Yang Hilang telah Kembali

10.9K 842 55
                                    

Pengen up, tapi chapter Ay rombak habis-habisan, karena kritik dan saran dari kalian yang Ay pikirin dan Ay terima dengan baik, makasih ya🤧

Bagi yang puasa, gimana lancar puasanya? Ada yang udah bocor??

Dan tentang ending, semuanya pilih happy ending dong😌🤣

Okelah, tapi harap jadi pembaca bijak yang membaca sampai akhir cerita ini ya🥰

-Happy Reading-

Kedua kaki yang sengaja ia rendam di dalam kolam renang, tidak membuat Lauryn kedinginan di dini hari ini. Gadis itu kembali terbangun di tengah malam dan kembali tidak bisa tidur nyenyak, jika tidak dengan Oriel.

Tidak ingin mengganggu Oriel dan memilih untuk menikmati waktu malam, agar bisa menenangkan diri adalah waktu terbaik bagi Lauryn untuk diri sendiri. Ia suka sekali dengan cara ini, ketimbang harus kembali tidur dengan bantuan obat.

Kedua mata Lauryn mengamati langit yang hitam tanpa ada cahaya penerang dari bulan dan bintang. Dari kedua mata Lauryn, nampak seperti gadis itu sedang merasakan kekosongan sekarang.

Ia mencoba mengingat sesuatu lagi dari masa lalunya. Hitam. Semuanya nampak gelap dengan kekosongan yang disusul rasa sakit luar biasa. Ia selalu merasakan sakit ini, jika memaksa ingatannya.

Lauryn menjambak rambutnya sendiri. Bukannya ingatan yang ia dapatkan, malah rasa sakit yang kian berdenyut keras di kepalanya.

"Sialan!" umpat Lauryn, "Percuma! Gak ada yang bisa diingat sama sekali!" Lauryn menunduk. Ia perlahan melepaskan jambakan pada rambutnya.

Air kolam yang tenang, mengembalikan akal sehat Lauryn. Pantulan wajahnya, nampak jelas dimatanya dengan pantulan cahaya lampu di pinggir kolam.

"Maaf ya Pa, Ma. Lauryn istirahat dulu dengan kalian. Lauryn akan cari tau lagi, kalau semua ingatan kecil Lauryn kembali."

"Tapi kalau tidak, Lauryn minta maaf sama kalian. Lauryn tidak bisa mengingatnya. Entah kalian masih hidup atau tidak...Lauryn harap, itu yang terbaik untuk kalian."

Lauryn mengangkat kedua kakinya dari dalam kolam. Ia memeluk kedua kakinya yang dingin dengan erat. Rasa sesak yang menghujam dadanya tidak kunjung hilang. Ia ingin menangis di kesendirian malam ini, tapi rasanya sulit.

"Oriel," lirih Lauryn, "gue kangen mereka," imbuhnya nyaris seperti bisikan.

Cara apalagi yang harus ia lakukan untuk mengingat masa lalunya? Balik ke Amerika? Tidak. Ia tidak ingin kembali ke dunia gelap itu. Ia tidak mau kembali membunuh orang. Berapa banyak orang yang kehilangan karena ulahnya. Ia menoleh ke belakang, tepat di lantai dua kamar Oriel berada.

"Tapi, disini...gue capek."

Ia bangkit dan berjalan mendekat ke tepian kolam dimana terdapat kran air untuk menyiram tanaman. Ia membasahi seluruh badannya dengan air tersebut. Setelah selesai, ia memasukkan satu per satu anggota tubuhnya kedalam kolam renang dengan perlahan. Setelah dirasa cukup untuk tubuhnya agar tidak kaget, ia berenang ke dasar kolam. Menyentuh lantai dasar kolam dengan kedalaman 3 meter. Ia duduk dengan air mata yang membaur bersama dengan air kolam yang dingin.

Didalam kolam, Lauryn menangis tanpa suara.

Menyiksa diri sendiri dengan suhu dingin yang membuat kulitnya terasa kaku dan ditusuk-tusuk jarum saat terkena udara malam. Kalau seperti ini, Oriel tidak akan sadar jika dirinya selfharm, bukan?

Setelah dirasa cukup untuk melegakan hatinya. Lauryn memilih kembali berenang. Ia menengadah menatap langit dengan punggung yang terkena air kolam. Ia berenang perlahan dengan gaya punggung agar bisa bertatap dengan langit gelap.

FATE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang