Kenyataan

12.7K 832 82
                                    

Brugh

Oriel menjatuhkan tubuh salah seorang penjaga yang berdiri di dekat tangga. Ia segera berlari menuju tangga bawah ruangan. Untungnya dari mereka tidak ada yang melawan menggunakan senjata api. Awalnya Oriel merasa heran dengan itu, karena dari cerita Lauryn, senjata api adalah hal yang paling utama mereka andalkan saat berhadapan dengan lawan.

Tapi, Oriel tidak ingin pusing memikirkan hal itu. Pikirannya sudah penuh dengan Lauryn.

Ya hanya gadis itu. 

"Penyusup!"

Oriel tersentak kaget saat dua orang muncul dari arah belakangnya. Ia sudah berpisah dengan Hugo yang bilang jika Hugo akan melawan beberapa penjaga. Sedangkan, Oriel fokus pada tujuan utamanya, yaitu menyelamatkan Lauryn.

Oriel mengamati sekelilingnya. Ia melemparkan sebuah vas bunga dari keramik kearah salah satu dari mereka.

Jangan pernah lo mikir bisa sportif, kalau lawan lo orang jahat. Jangan. Lo harus memanfaatkan keadaan dan lingkungan sekitar. Jadi, orang terlicik dari yang licik. Ingat itu, Oriel.

Oriel tersenyum tipis mengingat perkataan Lauryn. Ia menepis pukulan yang diarahkan padanya. Ia balik menyerang dengan menendang perut lawan menggunakan lututnya. Terakhir memberikan pukulan keras di tengkuk lawan agar pingsan.

Prok prok prok

Suara tepukan tangan yang berasal dari belakang punggung Oriel, membuatnya mematung sesaat. Ia mengenali wajah yang selama ini Lauryn hindari.

"Bagus sekali. Tapi, sayang kamu belum cukup untuk melindungi Lauryn," jedanya, "kamu tidak pantas untuknya!" lanjutnya sarkasme.

***

Ceklek

Suara pintu terbuka membuat Lauryn mendongak. Ia menatap malas pada sosok pengkhianat yang kini menghampirinya.

"Laury-"

"Kalau Oriel mati, lo orang pertama yang gue cari! Dasar pengkhianat!"

Hugo mengangguk mengiyakan. "Itu kalau dia yang mati," balas Hugo.

Dahi Lauryn mengernyit heran. Tapi, ia tidak ingin memikirkan perkataan dari orang yang sudah berkhianat padanya. "Pergi dari sini! Gue gak mau liat wajah lo!" usir Lauryn.

Hugo hanya tersenyum tipis. Ia kian mendekat pada Lauryn. Dan kini, ia berada tepat di depan gadis itu.

Lauryn menendang selangkangan Hugo dengan lutut kanannya. Kakinya masih bisa bergerak bebas karena Neron tidak memberinya hukuman di kaki.

"Ughhh...Lauryn, kamu-" Hugo meringis merasakan ngilu.

"Kalau gue bilang pergi, itu artinya pergi. Gue gak suka ngulang perkataan gue!" sinis Lauryn.

"Kali ini saja Lauryn. Aku tidak mau menurut pada perkataanmu." Hugo kembali berdiri tegak. Tapi, kali ini ia berhati-hati agar tidak masuk dalam jangkauan kaki jenjang Lauryn. "Jujur saja, aku kemari ingin memberikan sesuatu padamu. Ini juga perintah dari Mr. Neron," ucap Hugo.

Lauryn masih tidak minat pada apa yang dikatakan oleh Hugo. Baginya tidak ada yang bisa dipercaya dari kakak angkatnya ini.

Hugo mengeluarkan sebuah kertas dari saku celananya. Ia sengaja memperlihatkan isi dari surat yang sudah kucel dan sedikit robek di ujungnya. "Ini surat yang sudah membuat ayah dan ibumu membuangmu, Lauryn. Ini juga alasan kenapa Mr. Neron melakukan semuanya hal yang sudah terjadi padamu."

FATE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang