"Oriel, kamu harus anter aku pulang. Kalau gak mau, aku bilang ke papa," ucap Anna biasa, tapi tersurat sekali nada paksa dan ancaman di dalamnya. Ia menatap tajam pada Lauryn yang masih berani berdiri di sebelah Oriel.
"Kenapa harus Oriel?" tanya Lauryn malas.
"Ya karena Oriel itu pasangan gue," akunya, "dan lo, Lauryn." Anna menunjuk pada wajah Lauryn. "Bukan siapa-siapanya Oriel."
"Kata siapa?" tanya Lauryn.
"Kata gue barusan. Gak denger lo?!" tanya Anna sewot.
"Engga. Coba ulangi," tantang Lauryn.
"Lo bukan siapa-siapanya Oriel," ucap Anna penuh penekanan.
Lauryn manggut-manggut mengerti. Mulutnya ber-oh ria. Ia mengulurkan tangannya untuk mengajak Anna berjabat tangan dengannya.
"Apa?" tanya Anna tidak mengerti.
"Kenalin, gue Lauryn. Calon pengganggu hubungan lo," ucap Lauryn santai, "lebih tepatnya, hamanya Oriel."
"Lo?!"
"Dah sana gih pergi. Kali ini gue biarin lo pergi sama Oriel. Tapi lain kali jangan harap," ucap Lauryn, ketus. Ia berlalu pergi terlebih dahulu. Ada urusan yang harus ia selesaikan.
***
Lauryn akhirnya sampai di sebuah kafe mewah. Ia melihat ke jam tangan putih miliknya. 22.00, cukup malam juga. Ia menghela nafas pelan, lalu berjalan masuk kedalam kafe tersebut.
Mata Lauryn berkeliling di dalam kafe mencari seseorang yang sudah janji dengannya. Tapi, tidak nampak.
"Kok gak ada?" tanya Lauryn bingung. Ia memilih untuk menghubungi orang tersebut.
"Orang yang lo cari, ada di dalam. Ruang makan khusus, di lantai dua," ucap seseorang dari arah belakang Lauryn.
Tanpa menoleh juga Lauryn tahu siapa laki-laki dibelakangnya ini.
"Bilang kek daritadi," balas Lauryn, malas, "ingat, habis pekerjaan gue yang ini selesai. Jangan lo tambah job gue dulu untuk sementara waktu, gue lagi males," peringat Lauryn.
"Siap Ryn." Ia merangkul pundak Lauryn hangat. "Bagi bonus tapi ya," rayunya.
Lauryn berdecak pelan. "Iya. Iya bawel. Dah gue mau pergi dulu. Selesai nanti anterin gue balik," pinta Lauryn, seperti menitah.
"Okay."
Dari kejauhan, seorang gadis tersenyum miring melihat hasil jepretan kamera miliknya.
"Siap-siap lo jadi bahan ejekan satu sekolah," ucapnya dengan nada sinis, "gak sia-sia gua ikutin lo."
***
Baru juga datang. Lauryn sudah disambut tatapan tidak menyenangkan dari para siswi. Tapi biasalah, para betina akan selalu menatapnya tidak suka seperti itu.
Dengan langkah santai, Lauryn berjalan di koridor sekolah yang cukup ramai.
Ehh tunggu? Lauryn melirik jam tangannya. Padahal jam pelajaran, tapi kenapa banyak siswa yang berkeliaran.
"Wah gawat ini, petugasnya pada rapat, penghuninya pada keluar dari habitat," monolog Lauryn.
Sebuah botol plastik bekas sengaja dilempar seseorang pada Lauryn. Lauryn hanya menatap malas pada sang pelaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE (END)
Teen FictionCerita On Going ⚠️Dilarang Copas, Plagiat dan melakukan hal-hal seperti plagiarisme ⚠️ Argani Putra Oriel, lelaki yang selalu berani menghadapi bahaya dengan wajah bak malaikat. Persis sekali dengan namanya. Oriel akan menjadi orang pertama yang tur...