Lauryn kok Dilawan

16K 1K 30
                                    

Sudah tiga hari lamanya, Lauryn tidak pulang ke rumahnya sendiri. Ia membuka pintu utama rumah dengan kunci yang selalu ia taruh di bawah pot bunga.

Saat membuka pintu, yang Lauryn lihat semuanya hitam. Gelap. Orang lampunya aja gak pernah Lauryn nyalain.

Seolah sudah terbiasa dengan letak rumahnya, Lauryn masuk dan kembali mengunci pintu. Ia berjalan di kegelapan rumahnya sendiri.

"Kotak paket?" tanya Lauryn saat menaiki tangga, tapi sebuah kotak di atas meja ruang tamu menyita perhatiannya.

Dengan rasa penasaran, Lauryn kembali turun menuju ruang tamu. "Bibi yang biasa bersihin rumah kali ya yang naruh disini?" tanya Lauryn bermonolog. Tapi, Lauryn tidak pernah membeli barang lewat paket. Lantas ini apa?

Lauryn berdecak kesal. Firasatnya mengatakan bahwa ia harus membuang kotak itu.

"Tempat sampah di luar. Gue malas buangnya. Yaudah lo, kotak." tunjuk Lauryn pada kotak terbungkus kertas kado itu. "Diam disitu. Jangan ngelayap di rumah gue. Besok gue buang lo, tenang aja." Lauryn menepuk-nepuk kotak tersebut. Lantas kembali ke tujuan awalnya yang ingin ke kamar.

"Gue tinggal mirip di kuburan," ucap Lauryn bermonolog, "gak ada kehidupan sama sekali disini." Lauryn merebahkan tubuhnya di atas kasur miliknya. Ia menatap langit-langit kamarnya.

"Sampai kapan gue sendirian begini?" tanya Lauryn entah pada siapa. Ia memejamkan matanya sejenak. Rasanya terlalu lelah.

"Kita gak pernah sendirian. Kita satu tapi berbeda."

"Ya gue tau itu," aku Lauryn, "lo selalu lindungin gue dari dia. Dari dulu hingga sekarang. Gue benci bilangnya, tapi kalau gak ada lo, mungkin gue gak bisa bertahan sampai sekarang."

"Hm. Kamu bisa beristirahat jika lelah, masih ada aku."

Lauryn perlahan membuka matanya. Ia menghela nafas panjang. Ia bangkit dari tidurnya dan menuju kamar mandi untuk menyegarkan pikirannya.

***

"Selamat pagi non Lauryn," sapa wanita paruh tua yang baru saja datang dari dapur dan menaruh sepiring roti panggang kesukaan Lauryn setiap pagi.

Lauryn dengan cepat menuruni tangga. "Pagi bi," balas Lauryn. Ia langsung melahap rotinya saat sampai di meja makan.

"Iwwtu pwakwet pwunnya-"

"Telen dulu non. Baru bibi ngerti," ucap bi Ece, asisten rumah tangga Lauryn.

Lauryn menurut. Ia menelan habis semuanya dengan cepat dan langsung menenggak minuman susu coklat pendamping makanannya.

"Itu paket di meja, bibi yang naruh kan? Dari siapa?"

"Bibi juga kurang tau non, itu bibi temuin di depan rumah," jawab bi Ece seadanya. Ia memberikan selembar tisu kering pada Lauryn.

Lauryn patuh, ia mendekatkan wajahnya pada bi Ece. Bi Ece selalu baik pada Lauryn. Ia akan mengusap bekas makan Lauryn yang kadang suka nempel di pinggir bibirnya.

"Non cantik tapi, makannya belepotan," ungkap bi Ece terus terang.

Lauryn menyengir. "Biar dielapin terus sama bibi," balas Lauryn santai.

"Pekerjaan bibi semuanya udah selesai. Bibi pamit pulang ya, nanti sore bibi balik lagi buat ambil cucian baju non," ucap bi Ece.

FATE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang