Kumpul Bareng

15.8K 1K 9
                                    

Ditemani suara dari guyuran hujan yang deras, tidak menyurutkan semangat anak REXITER's yang suka menebar kegilaan mereka semua, untuk menggelar konser dadakan tunggal di basecamp.

Semuanya telah berkumpul bersama, seperti keluarga. Mereka menyatu satu sama lain. Tidak ada kata rasis di antara mereka semua. REXITER's itu sama, mereka satu.

"WOI TRA! SELIMUT SUTRA!" panggil Lauryn keras pada salah satu anak REXITER's yang merupakan adik kelasnya.

"Nama gue Putra kak," koreksi Putra.

"Oh nama lo udah ganti?" tanya Lauryn polos.

Anwar terkekeh. "Nama dia emang Putra. Lo aja yang suka isengin nama," bela Anwar.

Lauryn menatap curiga pada Anwar. "Sejak kapan lo belain adik kelas. Biasanya bodoamatan."

Ini Lauryn bicara fakta ya. Anwar itu paling anti sama yang namanya adik kelas. Entah kenapa Lauryn juga tidak tau.

"Ya jelas dia belainlah Ryn. Orang adiknya sendiri," sahut Radit ikut menimbrung.

"EHH? EMANG IYA?" tanya Lauryn pada seluruh anak REXITER's.

Mereka mengangguk mengiyakan.

"Kok cakepan adiknya daripada kakaknya. Woah jangan-jangan lo?" ucap Lauryn menggantung dengan tatapan curiganya.

"Gue anak kandung," protes Anwar, "cuma pas pembagian kegantengan gue keduluan sama Oriel. Jadi gak kebagian," ucap Anwar, bercanda.

Lauryn tertawa akibat perkataan Anwar. "Kehabisan stok ganteng ternyata," ucap Lauryn, sambil terkekeh.

"Jadi ada apaan nih kak manggil gue?" tanya Putra.

"Gue butuh kontak lo." Lauryn main asal melemparkan ponselnya pada Putra.

"Kak!" seru Putra terkejut, "Jangan tiba-tiba lempar ponselnya dong. Untung gue tangkep, kalau engga? Bisa ancur ini ponsel lo, kak," ucap Putra, sedikit ngos-ngosan akibat sempat lupa bernafas beberapa detik karena ulah Lauryn.

"Rusak tinggal ganti." Lauryn menyeruput jus kemasan miliknya, yang dibelikan oleh Oriel saat ingin ke basecamp tadi.

"Buat gue kalau lo gak mau kak," balas Putra, "hp lo gak di lock?" tanya Putra. Ia mengetikkan nomornya sesuai keinginan Lauryn.

"Ngapain di lock? Gue bukan cewek penakut yang kalau ada apa-apa langsung kunci. Gue terbuka. Tapi kalau lo senggol, gue tebas burung lo."

"Anjir! Masa depan anak orang bisa rusak kalo lo begitu Ryn," ucap Anwar. Ia mengambil ponsel milik Lauryn yang dioperkan padanya.

"Bodo," ucap Lauryn santai. Ia menoleh ke arah Brama yang hari ini cukup diam. "Tuh buaya jantan kenapa?" tanya Lauryn pada Radit yang asik memakan kacang kulit.

Radit mengendikkan bahunya acuh tak acuh. "Paling abis putus lagi," ucap Radit, "dia mah galau cuma sebentar. Ntar juga punya gebetan baru lagi. Cadangannya 'kan banyak."

Lauryn ber-oh ria. Ia mengambil satu kacang kulit. Memakan isinya, lalu melempar kulitnya tepat mengenai kepala Brama.

Brama menoleh malas ke arah Lauryn. Lalu kembali menunduk kebawah.

Lauryn berdecak kagum. "Woah!hebat juga dia gak kepancing. Kurang nih kurang." Lauryn kembali mencari benda yang sekiranya ia bisa lempar pada Brama, tapi aman untuk otak buayanya.

Bantal? Jangan. Terlalu empuk.

Toples? Jangan. Terlalu keras.

Dengan bantuan anak REXITER's, Lauryn menemukannya.

FATE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang