Gaduh itu biasa

16.6K 1.2K 42
                                    

Oriel menatap datar pintu ruang kerja papanya. Sesuai keinginan papanya, Oriel datang langsung ke perusahaan milik papanya ini.

Pintu terbuka memperlihatkan pria paruh baya yang berbadan cukup tegas. Dia adalah Argan Putra Zack.

"Kamu masuk dulu. Papa ada urusan sebentar," titah Argan pada putra bungsunya.

Oriel hanya mengangguk mengiyakan. Ia lantas masuk kedalam ruang kerja papanya dan mengistirahatkan tubuhnya di sofa yang tersedia. Oriel menatap sekeliling ruangan papanya. Apa ia akan menjadi pewaris selanjutnya perusahaan ini? Atau justru abangnya yang kini sedang kuliah di luar negeri?

Tok! Tok!

Oriel menoleh ke arah pintu. "Masuk," titah Oriel.

"Loh kamu Oriel? Argan kemana?" tanya Atha pada Oriel.

Yap. Yang mengetuk pintu ruangan adalah Atha, ayahnya Deren. Selain sahabat papanya, Atha juga termasuk rekan bisnis Argan.

"Papa keluar," jawab Oriel seadanya.

Atha mengangguk mengerti. Ia menghampiri Oriel dan duduk disebelah Oriel.

"Kamu ngapain disini? Disuruh papa kamu lagi?" tanya Atha beruntun.

Oriel mengangguk mengiyakan.

Atha tertawa kecil. "Kamu sama papa kamu beda banget. Kalau papa kamu pas muda, orangnya cerewet. Hobi banget bikin masalah di sekolah," ucap Atha, "kamu lebih mirip sama mama kamu yang pendiem. Tapi kamu lebih parah diemnya," ungkap Atha.

"Om juga," balas Oriel, malas.

Kali ini Atha sedikit lebih keras tertawa. Ia tahu kalau Oriel juga menyindirnya. Atha sendiri mengakui kalau dirinya berbeda dengan Deren. Bisa dibilang sebelas dua belas sebenarnya antara mereka berdua.

Pintu ruangan yang terbuka membuat tawa Atha berhenti. Ia menoleh ke arah pintu dan melihat Argan yang datang dan duduk di hadapannya.

"Ngapain disini?" tanya Argan.

"Biasa kepentingan kantor," jawab Atha. Ia memperlihatkan sebuah map yang ia bawa.

"Taruh di meja aja. Abis itu keluar," titah Argan pada Atha.

Atha hanya mengangguk mengiyakan. Ia lantas berdiri. Ia sengaja memelankan langkahnya. Ia sedikit ingin tahu apa yang kali ini dilakukan oleh Oriel, hingga membuat Argan marah sekarang.

Argan beralih menatap pada Oriel. "Apa yang kamu lakukan pada Anna?" tanya Argan.

Anna pasti mengadu. Oriel tahu itu.

"Gak ada," jawab Oriel.

"Lalu maksudnya ini apa?" tanya Argan lagi. Ia menyerahkan kertas berita tentang Anna pada Oriel.

"Gak tau."

"Kamu jangan jawab enggak-enggak terus. Papa mau kamu jelasin semuanya sekarang," titah Argan, mencoba bersabar.

"Gak ada hubungannya," jawab Oriel.

"Maksud kamu, ini semua gak ada hubungannya sama kamu? Gitu?" tanya Argan.

Oriel mengangguk mengiyakan. 

"Lalu kenapa kamu diam saja saat Anna dipermalukan begini?"

"Malas."

Argan menghela nafas panjang. Oriel selalu seperti ini. Jawabannya tak lebih dari 3 kata. Lebih parah dari ibunya Oriel sendiri.

"Oriel, papa mau nanya ke kamu," ucap argan.

FATE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang