Memancing Perseteruan

11.6K 813 30
                                    

Hari Senin adalah hari dimana sebagian besar dari masyarakat tidak begitu menyukainya. Entah karena mereka tidak rela jika harus mengakhiri hari weekend atau mereka belum siap untuk kepenatan di hari biasa selanjutnya. Jika pelajar mungkin tidak begitu menyukainya karena amanat yang disampaikan saat upacara bendera sama dan disampaikan berulangkali hanya berbeda saja siapa yang menyampaikannya.

Tapi kali ini Senin di Lansonia High School atau disingkat (LHS), sedang berpihak pada muridnya. Pagi hari diawali hujan ringan hingga waktu upacara bendera dimanfaatkan oleh para siswa untuk bersantai, menyalin tugas atau tidur, seperti Lauryn saat ini.

Gadis itu mengenakan hoodie abu-abu milik Oriel sambil tenang tertidur di kelas. Oriel sengaja memberikan headphone pada Lauryn agar gadis itu tidak terganggu oleh kebisingan di kelasnya.

Oriel beranjak berdiri dari kursinya. "Der, titip Lauryn," pinta Oriel pada Deren yang asik bermain game.

"Mau kemana?" tanya Deren.

"Bu Ambar manggil," jawab Oriel. Laki-laki itu lantas pergi meninggalkan kelas yang sedikit tenang karena cuaca yang mendukung untuk tidur dan bermalas-malasan.

***

"Deren," panggil Brama, "Lo gak mau istirahat? udah bel ini," tanya Brama sekaligus mengajak Deren untuk ikut bersama yang lain pergi ke kantin.

Deren menoleh sebentar ke arah Lauryn yang masih tertidur. Oriel, sahabatnya belum juga kembali. Oriel memberinya kabar bahwa laki-laki itu masih harus mengajarkan beberapa adik kelas yang akan ikut lomba olimpiade nantinya. Kelas XII IPA 5 juga tidak belajar karena pelajaran olahraga yang ditiadakan karena hujan yang masih turun walau tidak deras.

"Kalian duluan aja," balas Deren, "gue nyusul sama Lauryn kalau dia bangun nanti. Kalau gak, gue titip aja ke kalian."

Brama mengacungkan ibu jarinya pada Deren. "Siap. Nanti sekalian kita bungkusin makanan buat kalian aja ya," tawar Brama.

Deren mengangguk mengiyakan. "Tiga, sama Oriel sekalian," ucap Deren memberitahu.

"Iya," sahut Brama. Ia sedikit berlari untuk menyusul Radit dan Anwar yang sudah pergi terlebih dulu.

"Deren mana?" tanya Radit kala tidak melihat wakil REXITER's di belakang Brama.

"Jagain Lauryn, tuh cewek 'kan masih tidur," jawab Brama. Salah satu tangannya ia masukkan ke dalam saku celana dan yang satunya lagi melambai menyapa siswi yang ia lewati.

Ketika mereka bertiga sampai di kantin, mereka dikejutkan oleh keributan dari Anna bersama Loli dan Lila yang berhadapan dengan Clara, Prisil dan Crista.

"BILANG APA LO?! COBA BILANG SEKALI LAGI KALAU LO BERANI?!" tantang Clara. Amarahnya sudah sampai ke ubun-ubun kepala.

Anna berkacak pinggang. Ia mendengus. "Budek lo?!" tanya Anna tidak suka.

"Gue rasa Anna bener! Lauryn, sahabat kalian itu cewek gak bener! Mana ada anak yang bisa hidup sejahtera tanpa kedua orangtuanya?! Kecuali dia emang hidup dengan harta dari-"

Plak

Prisil menampar pipi Lila yang masih belum selesai dengan ucapannya. "Jaga bicara lo!" ucap Prisil menekankan, "Lauryn bisa hidup itu dengan kerja! Bukan kayak kalian yang tinggal hidup enak!" balas Prisil.

FATE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang