Ay balik di malam Minggu, ada yang nungguin😁
-Happy Reading-
Tidak ingin kehilangan tempat baginya pulang. Lauryn berusaha untuk kembali ke rumahnya. Ia tidak tau harus kemana, hanya itu pilihannya.
Ia berjalan dan membeli makan dari uang tabungan di dalam tasnya. Untuk tempat tidur saat malam, ia memilih untuk menumpang sementara di panti asuhan yang ia lewati. Jika tidak ada, Lauryn tidur di bangunan yang tidak ditinggali. Dimana pun, asal ia bisa pulang.
Lauryn bisa saja memesan taksi, tapi ia trauma ditinggalkan. Alhasil, ia memilih untuk berjalan kaki.
Perlu 3 hari lamanya ia berjalan dengan lutut terluka yang membuat jalannya tidak normal. Ia tersenyum tipis saat melihat bangunan rumahnya sudah mulai terlihat di gelapnya langit malam.
Saat ditikungan, Lauryn kembali bersembunyi. Di luar rumahnya, banyak sekali mobil hitam dengan pria berjas hitam yang berkumpul. Mereka bertubuh besar dan berperawakan sangar. Lauryn tidak berani mengambil jalan lewat depan, ia masuk melalui semak atau jalan tikus yang sering ia pakai untuk kabur dari les privat bahasanya.
Lauryn mengamati sekeliling taman belakang rumah yang sepi. Tidak ada pria yang menakutkan baginya. Ia segera naik ke atas pohon dengan kain hitam panjang yang terurai. Kain hitam itu sengaja ia ikat di pohon untuk kabur.
Kain hitam seperti gorden dengan ikatan mati yang sengaja dibuat dengan jarak 50 cm antar ikatan, untuk mempermudah memanjat atau turun.
Tiba diatas pohon, Lauryn ingin masuk kedalam kamarnya melewati balkon, tapi ia urungkan saat melihat ayah dan ibunya sudah berada di dalam kamarnya dengan orang-orang yang baru ia lihat. Tapi, hanya satu orang yang membuat Lauryn kian ketakutan, dia adalah Aldrich Neron Adelard. Pria dengan kemeja hitam dan setelan yang senada. Pistol yang pria itu genggam, kian membuat nyali Lauryn hilang.
Lauryn melihat ibunya yang kembali memohon ampun, tapi pada orang yang berbeda. Ayahnya tergeletak di atas lantai kamar dengan wajah penuh lebam dan luka. Ibunya juga bernasib sama. Rambut panjang yang selalu tergerai indah, kini kusut. Air mata yang tidak berhenti dan ujung bibir yang berdarah.
"Tolong lepaskan kami, kami tidak tahu dimana dia sekarang," pinta Lian.
Neron mencengkram erat kedua pipi Lian. Kedua mata abunya menatap Lian murka. "Katakan, apa yang kamu lakukan padanya?!" tanya Neron, mengintimidasi.
"Kalau kamu mau cari dia, silahkan. Auryn, aku buang di hutan!"
Plak
Tamparan keras diterima oleh Lian untuk kesekian kalinya.
Dibuang? Dirinya dibuang? Tapi, kenapa harus dibuang? Apa kesalahannya sangat besar, hingga ia harus dibuang di hutan? Padahal dirinya selalu menjadi anak baik dan kebanggaan bagi ayahnya. Apa itu kurang?
Lauryn tidak kuasa menahan air matanya. Mulut yang ia paksa tertutup agar isakkannya tidak terdengar oleh mereka yang berada di dalam kamarnya.
Tidak cukup satu pukulan pahit bagi Lauryn, ia kembali melihat kenangan pahit dengan matanya sendiri, bagaimana Neron membunuh ayahnya dengan satu peluru yang melesat dari pistolnya.
Lian, ibunya mengerang marah diiringi isak tangis yang luar biasa. Sumpah serapah keluar dari bibir Lian untuk Neron. "Berengsek!" Lian dengan berani meludah tepat di wajah Neron. "Ku harap anak itu mati dimakan hewan buas di hutan!"
Tidak dapat menahan amarahnya, Neron menjambak rambut Lian dan membenturkan kepala Lian ke samping ranjang besi.
Bagh
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE (END)
Teen FictionCerita On Going ⚠️Dilarang Copas, Plagiat dan melakukan hal-hal seperti plagiarisme ⚠️ Argani Putra Oriel, lelaki yang selalu berani menghadapi bahaya dengan wajah bak malaikat. Persis sekali dengan namanya. Oriel akan menjadi orang pertama yang tur...