"LAURYN! HUA GUE KANGEN SAMA LO!" girang Prisil saat melihat Lauryn masuk kedalam kelasnya. Ia langsung berhambur memeluk Lauryn.
"Lo gak kira-kira liburannya. Mana gak ngajak lagi perginya," gerutu Crista. Ia juga melepaskan rindunya dengan Lauryn.
"Anak-anak gadis rindu Mommy ya? Kenapa? Ada jahat sama kalian?" tanya Lauryn.
Crista dan Prisil serempak menunjuk pada dua lelaki yang duduk tidak jauh dari mereka.
Lauryn menoleh kearah yang mereka tunjuk. "Brama sama Radit? Kenapa?" tanya Lauryn tidak mengerti, "okelah kalau Brama gue ngerti maksudnya Prisil. Tapi Radit? Lo diapain sama dia, Cris?"
Crista menyengir, membuat Lauryn jengah. Ia sepertinya mulai bisa menebak apa itu, unfaedah. "Masih punya utang dinner," jawab Crista seadanya.
"Tagih sana." Lauryn berjalan kearah bangkunya, dimana Oriel sudah duduk tenang dengan bukunya. "Oiya oleh-oleh dari gue, gue kirim lewat paket. Males bawa," ucap Lauryn.
Dasar Lauryn. Gadis itu memang tidak mau susah.
"Oleh-olehnya apa?" tanya Prisil dari bangku mejanya.
"Parfum yang lo berdua mau," jawab Lauryn. Ia meletakkan tas punggungnya dia atas meja. Ia sedikit menengok ke arah lacinya. Kosong tidak ada apa-apa. Padahal tadi ia bertemu dengan Agam dan laki-laki itu memberitahunya kalau ia membawakan hadiah untuknya.
"Apa udah ada orang yang ambil ya?" monolog Lauryn. Ia menoleh pada Oriel. Tidak mungkin laki-laki es itu mau mengurusi urusannya.
"Bodoamatlah," putus Lauryn. Ia membuka resleting tasnya, mengeluarkan sebuah box kecil berwarna hitam.
"Buat lo." Lauryn memberikan kotak itu pada Oriel.
Oriel hanya sekilas melirik pada kotak yang diberikan Lauryn. Lalu kembali fokus lagi membaca bukunya.
"Oriel sayang, ini oleh-oleh buat lo," ucap Lauryn.
Oriel hanya diam tidak menanggapi. Ia fokus membalik lembaran kertas yang ia baca.
"Ada gitu ya manusia yang lebih tertarik sama kertas daripada gue?!" Lauryn mencebik kesal. "Gue emang kurang menarik ya?"
"Si bos lebih minat sama yang gepeng," tawa Brama.
"Yakali masa gue harus pres badan biar dia minat," cemberut Lauryn. Ia tertunduk lesu. Kepalanya ia baringkan diatas meja dengan lipatan tangannya sebagai bantalan. Ia baru saja tiba di bandara tengah malam. Belum lagi ia mampir ke arena balap bang Jonan. Ia kembali mengantuk.
***
Setelah acara jam tidurnya di sekolah. Lauryn terasa bersemangat lagi. Belum lagi ia tidur 4 jam lamanya dikelas.
Lauryn sebenarnya merasa heran. Ada hal yang ia pikirkan sekarang. Bagaimana bisa ia tidur tanpa gangguan sama sekali? Sedangkan kelasnya saja berisi orang yang kayak hidup di hutan semua. Kecuali si es tentunya.
"Gue yakin tuh beruang kutub pasti nyasar," celetuk Lauryn. Ia kini sedang berjalan kearah parkiran, dimana motornya berada.
Langkah kaki Lauryn cukup santai. Area sekolah juga sudah cukup sepi, mengingat sudah 15 menit berlalu dari bel pulang sekolah berbunyi. Bibir tipis Lauryn, bersenandung kecil. Jarinya sibuk mutar-mutar kunci motornya.
Saat di parkiran, mata Lauryn memandang malas kearah dua insan yang berbeda jenis itu. Tapi tidak seperti waktu terakhir kali yang ia bersembunyi. Kali ini ia terang-terangan melangkahkan kakinya dengan santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE (END)
Teen FictionCerita On Going ⚠️Dilarang Copas, Plagiat dan melakukan hal-hal seperti plagiarisme ⚠️ Argani Putra Oriel, lelaki yang selalu berani menghadapi bahaya dengan wajah bak malaikat. Persis sekali dengan namanya. Oriel akan menjadi orang pertama yang tur...