Huaaaa, semuanya yang baca mohon maaf lahir batin sebelumnya 🙏
Ay Hiatus kemarin karena ada di fase bosan... Ngapa-ngapain ga minat, ga menarik lagi🥲... Sampai Ay balik dan baca komen kalian banyak yang minta update... Bersoda sekali Ay dari kemarin-kemarin 👉👈
Langsung aja ya 2.5K words, moga ga bosen...
-Happy Reading-
"Ini apalagi Oriel?" tanya Lauryn heran, saat Oriel memasangkan sebuah jam tangan hitam baru di tangan kirinya. Padahal jam tangannya sendiri masih bagus.
"Pake dan jangan pernah dilepas," pesan Oriel, singkat.
"Ih. Gue nanya apa, lo jawab apa," dumel Lauryn. Wajahnya tertekuk kesal.
"Jaga-jaga kalau lo mau kabur lagi," balas Oriel. Ia menyelipkan anak rambut Lauryn ke belakang telinga gadis itu dengan seulas senyuman tipis.
Lauryn ikut tersenyum. Ia menatap wajah Oriel yang cukup dekat dengannya. "GPS?" tanya Lauryn to the point.
Oriel mengusap-usap puncak kepala Lauryn. "Hm. Pacar gue emang pinter."
Entah kenapa jika Oriel memujinya, membuat sensasi menggelitik dalam perutnya.
Rona merah terlihat dikedua pipi Lauryn. Membuat Oriel kian tersenyum dan jari tangannya berpindah menusuk-nusuk salah satu pipi Lauryn kedalam. "Merah," ucapnya.
"Diem!" balas Lauryn, galak.
"Nambah merah," ucap Oriel, lagi. Rasanya menyenangkan menggoda Lauryn saat ini.
Bletak
"Aw!" ringis Oriel. Lauryn sendiri tersenyum puas setelah mengadu dahinya dengan dahi Oriel.
"Lau!" omel Oriel, "jangan gitu. Kepala lo bisa sakit." Ia mengusap lembut dahi Lauryn yang sedikit memerah. "Tuh, ikut merah dahinya."
"Oriel, diem. Jantung gue makin gak sehat sekarang," dumel Lauryn.
"Lucu banget, pacarnya siapa sih?" tanya Oriel, gemas.
"ORIEL!"
Oriel tertawa lepas. Ia menertawakan wajah Lauryn yang berubah merah total karenanya. "Mirip tomat, Lau," kekeh Oriel.
"Wajah lo gak ada bedanya, Oriel." Kedua sudut bibir Lauryn refleks ikut tersenyum senang melihat raut wajah Oriel yang bahagia.
Mungkin ini yang dinamakan bahagia itu sederhana. Melihat orang yang kita sayang, tersenyum karena kita. Sederhana bukan?
***
3 hari setelah gagalnya rencana Lauryn yang ingin pergi. Di rumah sakit tempatnya dirawat, Lauryn tertidur pulas di brankarnya. Oriel tersenyum tipis. Ia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 8 malam. Lauryn tertidur setelah bertemu dokter.
Kondisi Lauryn mulai membaik, tapi Oriel yang meminta agar Lauryn tetap berada di rumah sakit setelah benar-benar sembuh seperti sedia kala. Lauryn masih perlu istirahat.
Oriel beranjak masuk kedalam kamar mandi untuk membasuh muka.
Pintu kamar rawat inap Lauryn terbuka. Seseorang masuk dan menghampiri kamar mandi. Ia mengunci pintu kamar mandi dan meletakkan kunci di bawah lantai. Ia beranjak menuju brankar, mengabaikan ketukan dari dalam kamar mandi yang meminta dibukakan.
Oriel yang mendengar suara pintu terkunci, bergegas untuk mengeceknya. Dan ternyata benar, diri terkunci di dalam. Ia mengetuk pintu kamar mandi cukup keras. Firasatnya mendadak tidak tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE (END)
Teen FictionCerita On Going ⚠️Dilarang Copas, Plagiat dan melakukan hal-hal seperti plagiarisme ⚠️ Argani Putra Oriel, lelaki yang selalu berani menghadapi bahaya dengan wajah bak malaikat. Persis sekali dengan namanya. Oriel akan menjadi orang pertama yang tur...