"Lauryn, apa kamu insaf sekarang?" tanya Bu Ambar merasa aneh dengan siswi yang satu itu.
Anwar tertawa. "Lauryn insaf, sekolah aman kayaknya."
"Lumayanlah. Guru BK setidaknya libur sehari tanpa masalah dari dia," sahut Bu Ambar.
Sepertinya suasana Bu Ambar sedang baik, sampai bisa diajak ngobrol.
Lauryn menggeleng pelan. "Saya cuma bosen Bu. Nanti kalau mood saya sudah balik, nanti saya bikin ulah lagi, ibu tenang aja," jawab Lauryn santai.
"Kepala kamu kebentur, sikap kamu jadi bener ya?" tanya Bu Ambar.
"Sementara doang ko Bu," jawab Lauryn.
"Jangan sementara. Kamu itu sudah kelas 12, berhenti main-main. Kamu sudah dewasa, masa depan kamu harus dipikirkan dari sekarang," nasihat Bu Ambar, "bukan hanya untuk Lauryn, tapi kalian semua juga," peringat bu Ambar pada seluruh murid kelas XII IPA 5.
"Iya Bu."
"Lauryn, kamu sikapnya sekarang sudah membaik. Ibu mau tes seberapa pintar kamu. Ulangan kemarin kamu bisa lolos, saya curiga kamu lihat jawaban di meja saya kemarin," ucap Bu Ambar penuh selidik.
Mampus. Ketahuan sudah cara kerjanya mendapatkan jawaban kemarin.
"Boleh," jawab Lauryn tetap tenang, "tapi ibu gak salah ngira saya nyontek jawaban? Essay ulangan kemarin saya jawab betul semua loh Bu," lanjutnya.
Bu Ambar tampak berpikir sebentar. "Iya juga ya. Yasudah, tidak perlu ibu tanya ke kamu. Remedial bagi kalian yang kena saja," ucap Bu Ambar membuat seluruh siswa kebanyakan mengeluh.
"Bu kemarin kan tugas remedi sudah terkumpul semua," ucap Brama.
"Iya Bu betul. Abis ceban saya buat ngerjain tugas ibu doang kemarin," keluh Anwar.
"Ibu mau tes seberapa ingat kalian dengan soal kemarin," jawab Bu Ambar santai, "oke, kita mulai testnya." Bu Ambar membuka buku absensi kelas XII IPA 5.
Jangan gua duluan. Pokoknya jangan sampai yang pertama.
Itu teriakan batin hampir seluruh siswa kebanyakan.
"Brama," panggil Bu Ambar.
"Mampus yang pertama," ledek Prisil pelan.
Brama menatap tajam pada Prisil. "Gue orang pertama yang ngetawain giliran lo, nanti," balas Brama pelan.
"Brama, apa rumus gaya?" tanya Bu Ambar.
Brama tampak berpikir. "Usaha Bu. Gak akan bisa gaya kalau gak ada usaha," jawab Brama asal.
Teman-temannya Brama sontak tertawa mendengar jawaban Brama yang ngaco.
"Berdiri di depan kelas dan angkat satu kaki kamu," titah Bu Ambar.
Anwar kembali menertawakan kemalangan Brama. "Aduh, aduh makanya jangan kebanyakan gaya, Bram," tegur Anwar, masih tertawa walau pelan.
"Kasian ya dirimu," ledek Prisil.
"Prisil, jawab soal Brama tadi," titah Bu Ambar, yang membuat Prisil terkejut.
Prisil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Matanya melirik ke arah Crista tapi Crista menggeleng pelan, tanda bahwa gadis itu juga tidak tahu.
"Prisil," tegur Bu Ambar, saat Prisil melirik ke arah Lauryn.
"Wah minta contekan tuh Bu," adu Brama.
"Hadeuh, kalian berdua sama aja. Prisil kamu berdiri di samping Brama di depan," ucap Bu Ambar.
Prisil menatap galak pada Brama yang malah tertawa puas melihatnya dihukum.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE (END)
Teen FictionCerita On Going ⚠️Dilarang Copas, Plagiat dan melakukan hal-hal seperti plagiarisme ⚠️ Argani Putra Oriel, lelaki yang selalu berani menghadapi bahaya dengan wajah bak malaikat. Persis sekali dengan namanya. Oriel akan menjadi orang pertama yang tur...