Siswi Baru

14.9K 958 16
                                    

"Kalian mau ngapain bertamu ke rumah gue?" tanya Lauryn yang baru saja selesai berganti baju. Ia mencomot satu tusuk sosis bakar yang hanya sedikit terkena saos.

Ia lantas duduk di bawah karpet berbulu di dekat meja depan tv. Menyandarkan punggungnya di samping kaki Oriel yang sedang duduk di sofa.

Oriel yang sedari tadi melihat apa yang dilakukan Lauryn. Ia mengambil alih sosis di tangan Lauryn dan tanpa izin memakan ujung sosis milik Lauryn.

"Eh? Itu masih ada yang lain loh," ucap Lauryn sedikit terkejut saat Oriel mengembalikan sosis miliknya.

"Nyobain doang," balas Oriel.

Nyatanya yang Oriel makan itu pedas. Ia sengaja memakannya.

Lauryn yang tidak mempermasalahkannya pun hanya mengendikkan bahunya acuh tak acuh. Ia kembali memakan sosisnya.

"D'ride balik bikin ulah. Putra korbannya," ucap Brama, sambil asik memainkan game di ponselnya Lauryn yang tergeletak di atas meja sejak tadi.

"Adik lo gapapa Wnar?" tanya Lauryn. Ia menengok ke arah Anwar yang duduk sambil memakan pop mie persediaannya. 

"Masuk rumah sakit gara-gara Tito, sementara dirawat," jawab Anwar seadanya.

"Berani banget tuh Kiko nyerang Putra. Setau gue, kemampuannya tuh banci, gak sebanding sama adik lo. Kok bisa kalah?" tanya Lauryn sejujurnya. Ia menaruh tusuk yang telah habis diatas meja.

"Iyalah. Menangnya keroyokan," balas Radit, "untungnya gue sama Anwar lewat pas Putra di keroyok mereka."

"Berapa orang?" tanya Oriel ikut menimbrung.

"3 lawan 1," balas Deren. Ia memberikan selembar kertas kucel pada Oriel. "Derik lempar ini ke basecamp pake batu, sampe kaca depan markas pecah berantakan," jelas Deren.

Oriel menerima kertas itu. "Ada yang luka?" tanya Oriel.

"Gak ada, karena markas lagi kosong," jawab Deren.

Lauryn tertawa meledek. "Emang dasarnya pengecut, ya mana berani," ledek Lauryn.

Brama menepuk-nepuk pundak Lauryn cukup keras. "Gue setuju sama lo. Mereka semua emang pengecut," balas Brama senang.

Oriel memukul ringan tangan Brama yang asik bertengger di bahu kanan Lauryn. "Jauhin," peringat Oriel.

"Tau tuh. Sakit ogeb pukulan lo," timpal Lauryn. Ia kembali menyenderkan kepalanya di samping kaki Oriel.

Brama hanya menyengir, merasa tidak bersalah. Ia kembali melanjutkan mainnya.

Oriel membaca isi kertas itu. Setelah selesai, ia melipat rapi kertas itu dan menaruhnya di atas meja dimana sisa makanan terkumpul.

"Apa isinya?" tanya Lauryn.

"Ajakan berantem," jawab Oriel seadanya.

"Kapan? Ikutan dong," tanya Lauryn senang.

"Akhir bulan."

Lauryn manggut-manggut mengerti. Ia mendongak menatap wajah Oriel. "Ikut ya," pinta Lauryn.

"Hm." Oriel tersenyum tipis melihat wajah Lauryn dari atas.

Bagi Oriel percuma melarang Lauryn ikut. Gadis itu punya pemikiran yang makin gila jika dilarang.

***

"Pagi semuanya," sapa pak Ikhsan, "kita kedatangan murid baru di akhir semester awal tahun ini, silahkan masuk."

FATE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang