Hukuman pertama Oriel

14.7K 912 3
                                    

"Oriel! Mama kangen," ucap Grisselda senang melihat wajah putranya pulang.

Grisselda memeluk tubuh besar Oriel sekilas. Ia melihat Oriel dari atas sampai bawah. Ia tersenyum saat melihat Oriel sehat dan tidak ada luka sama sekali.

"Kamu kemana aja? Hampir seminggu kamu pergi, papa kamu marah banget pas tau kamu pergi." Grisselda menuntun Oriel untuk duduk di sofa ruang tamu. Mengajak anaknya untuk berbicara.

"Maaf," ucap Oriel, "Oriel pergi gak bilang."

Grisselda menggelengkan kepalanya pelan. "Kamu gak salah. Papa kamu yang memang keras kepala. Dia takut kalau hubungan antara kamu sama Lauryn berakibat di bisnisnya yang sedang bekerjasama dengan papanya Anna," balas Grisselda.

"Papa buta ma," ucap Oriel, "Lauryn gadis baik," lanjutnya.

"Ya mama tau itu. Tapi, ini semua papa lakukan demi keluarga kita sayang."

"Tapi Oriel gak suka," tampik Oriel. Ia menatap wajah Grisselda lembut. "Lauryn, dia yang Oriel cari selama ini."

Grisselda mengerti apa yang diinginkan oleh Oriel. Tapi Argan memiliki keinginannya juga. Ayah dan anak itu memiliki keinginan yang sangat bertolak belakang. Oriel menginginkan Lauryn untuk dirinya sendiri. Sedangkan Argan memikirkan segalanya demi keluarganya.

"Jangan melawan papa kamu, Oriel. Mama akan bujuk papa supaya memikirkan ulang soal Lauryn, ya?"

"Janji?" tanya Oriel berharap pada Grisselda, mamanya.

Grisselda tersenyum lembut. "Mama akan usaha buat kamu sayang. Tapi kamu jangan melawan papa kamu, Lauryn bisa kena getahnya nanti," peringat Grisselda.

Oriel mengangguk mengiyakan. "Oriel ngerti ma," ucap Oriel, "terimakasih," lanjut Oriel tulus.

***

Setelah seminggu lamanya Oriel tidak sekolah, laki-laki itu mulai kembali memasuki area sekolah dengan pakaian rapi dan atribut lengkap. Ia berjalan menuju kelasnya dengan kedua tangan yang ia masukkan kedalam saku celananya. Jaket hitam REXITER's melekat erat ditubuhnya.

"Akhirnya masuk sekolah juga lo," ucap Deren yang kini sudah berada di samping Oriel, "gimana? Dapat sesuatu tentang Lauryn?" tanya Deren sedikit memelankan suaranya.

"Cuma sedikit," balas Oriel, "masih samar," lanjutnya.

"Kalau lo perlu bantuan, bilang ke gue. Gue bakalan bantu sebisanya," ucap Deren.

Oriel berhenti. Ia menatap sekeliling kelasnya yang masih sepi. Ia memperlihatkan sebuah foto pada Deren di ponselnya. "Gue dapat ini."

Deren memerhatikan sebuah foto anak kecil yang berada di pangkuan seorang laki-laki berjas dan sebuah foto dengan tulisan asing.

"Ini yang lo dapat dari seminggu kemarin?" tanya Deren tidak percaya.

Oriel mengangguk mengiyakan. "Tepatnya baru kemarin," jawab Oriel. Ia kembali memasukkan ponselnya kedalam saku. "Lauryn terlalu misterius. Masih ada 1 tempat lagi."

Deren mengangguk mengerti. "Baru kali ini gue nemuin cewek kayak Lauryn. Gue juga kemarin sempet nyari informasi tentang dia di ruang OSIS, tapi cuma ketemu nama dia sama nomor telepon. Tanggal lahir, nama orangtuanya, golongan darah sama alamat sama sekali gak tercantum."

"Kakek pasti tau sesuatu," ucap Oriel.

Deren kembali mengangguk setuju. "Gue juga berpikir kayak gitu. Kakek Zack punya semua informasi tentang semua murid dan gurunya."

FATE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang