Kiss

17K 1K 72
                                    

Double update untuk kalian semua yang baca cerita Ay...

Sub judulnya😏

-Happy Reading-

"Tugas dari bokap lo udah beres?" tanya Deren saat melihat Oriel dengan posisi duduk dengan mata terpejam di depan laptopnya.

"Hm."

Deren ikut duduk di sofa kamar Lauryn. Mereka tidur di satu kamar ini. Oriel sama sekali belum tidur. Ia sibuk melanjutkan tugas dari Argan yang diberikan semalam.

"Masih jam 5, lo bisa tidur sekarang. Mumpung tanggal merah," ucap Deren.

Perlahan Oriel membuka matanya. Masih ada yang mengganjal dipikirannya tentang semalam. Ia melihat ke arah lemari Lauryn.

Oriel perlahan bangkit dari duduknya. Tubuhnya terasa kaku dan berat akibat semalaman tidak tidur.

"Der, bantu gue," pinta Oriel.

Deren ikut bangkit. Ia menghampiri Oriel. "Apa?" tanya Deren.

Oriel membuka pintu lemari Lauryn yang kedua. Ia menggeser pintunya. Deren yang mengerti pun, ikut membantu Oriel.

Deren menutup mulutnya agar tidak membangunkan ketiga temannya yang masih tertidur. Matanya melebar saat melihat isi dari lemari Lauryn yang ia buka.

"Ini apa?" tanya Deren tidak percaya.

Oriel sama terkejutnya dengan Deren, tapi ia berusaha tenang dengan wajah datarnya. Perlahan Oriel memegang benda yang ada di dalam lemari. Tapi belum sempat terpegang, Oriel menarik lengannya saat ada beberapa jarum lewat dari sisi kiri dan kanan lemari.

Apa itu?

"Shh." Oriel meringis kecil saat sebuah jarum menggores kecil kulit lengannya.

"Lo gapapa?" tanya Deren.

Oriel mengangguk mengiyakan. "Ada jebakan kecil disini."

"Isinya senjata semua, kita gak akan dapat informasi tentang Lauryn."

Ya, yang diucapkan Deren memang benar adanya. Di lemari kedua Lauryn menyimpan berbagai senjata api dan tajam. Pantas saja Lauryn memasang jebakan kecil didalamnya, ternyata untuk melindungi benda-benda itu.

Tapi pertanyaannya, kenapa Lauryn menyembunyikan benda berbahaya seperti itu? Untuk apa?

"Kita balik aja ke basecamp. Kita tanya Lauryn langsung. Terlalu banyak yang harus dipertanyakan dari Lauryn," ucap Deren memberi saran.

"Jangan," cegah Oriel. Ia menahan rasa perih kecil dari lukanya. "Gue takut Lauryn akan menjauh, kalau kita tahu yang sebenarnya."

Deren menatap iba pada Oriel. Pertama kalinya ia melihat sahabatnya sendiri berjuang demi seorang cewek.

"Bilang gue kalau lo butuh bantuan," ucap Deren sambil menepuk ringan pundak Oriel. Ia curiga kalau Lauryn juga terlibat dalam bisnis senjata api, tapi ia tidak bisa mengatakannya tanpa adanya bukti.

"Hm."

***

Lauryn memandang malas pada Putra dan anak-anak REXITER's lainnya.

"Minggir. Gue mau olahraga," ucap Lauryn.

Putra menggelengkan kepalanya. "Gak bisa. Lo pecicilan kak orangnya. Bang Oriel bilang jangan sampai lo lepas."

"Lagian bukannya lo dikunci sama bang Oriel ya semalam. Kok bisa keluar?!" tanya Wahyu, teman Putra.

Lauryn tersenyum miring. "Gue 'kan bisa tembus pandang," jawab Lauryn ngaco, "yaudah sekarang kalian minggir. Gue mau cari mainan," titah Lauryn sok serius. Padahal sekarang ini dia sudah senang bermain dengan anak-anak REXITER's. Tapi mereka saja yang belum sadar.

FATE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang