Perlahan mata yang sejak tadi tertutup mulai terbuka. Oriel mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk. Ia mencoba untuk bergerak, namun tidak bisa. Ia merasakan ada seseorang yang sedang menindih badannya.
Nafas Oriel sempat tertahan saat melihat Lauryn yang kini masih tidur dengan pulas diatasnya.
"Ughh," ringis Oriel pelan saat merasakan kepalanya sakit dan badan bagian atasnya yang terasa nyeri.
Kenapa bisa ada disini? batin Oriel bertanya.
Apa yang terjadi padanya? Seingatnya tadi masih pagi, ia memakan cokelat yang seharusnya diberikan pada Lauryn, tapi kenapa bisa sampai disini?
Oriel kembali terkejut saat melihat sekeliling yang ternyata merupakan kamar Lauryn biasa tidur. Ia mengalihkan pandangannya ke arah jendela dengan hordeng putih transparan, ia melihat langit sudah gelap. Untung saja lampu di kamar Lauryn sudah menyala.
Laki-laki itu mencoba untuk bergerak perlahan agar tidak membangunkan Lauryn yang masih tidur, tapi sulit. Ia baru saja sadar kalau tangan kirinya menggenggam erat kanan Lauryn dengan lilitan kain di tangan mereka.
Tapi kenapa bisa terikat?
Oriel menghela nafas pelan. Ia tidak bisa bangun dalam keadaan dan posisinya sekarang. Suara napas yang teratur disebelah telinga kanannya membuat Oriel sedikit tersenyum.
Lauryn, gadis itu tertidur dengan pulas diatasnya dan tidak bisa Oriel pungkiri, dirinya nyaman dalam posisi ini.
Tangan kanannya yang bebas mengelus lembut rambut belakang Lauryn yang panjang. "Lau?" panggil Oriel pelan.
Sebenarnya Oriel tidak mau membangunkan Lauryn, tapi karena posisi Lauryn yang kurang nyaman, ia mau tidak mau harus membangunkan gadis itu.
"Lau, bangun," ucap Oriel pelan, nampak tidak tega.
Lauryn belum menunjukkan tanda-tanda bahwa gadis itu akan bangun. Justru yang ada sebaliknya, gadis itu malah bergerak mendekat kearah Oriel. Menjadikan dada bidang laki-laki itu sebagai bantalan.
Dada Oriel kian bergemuruh, saat merasakan sensasi aneh dalam dirinya.
"Lau, gue tau lo udah bangun," ucap Oriel.
Tidak ada jawaban.
"Lauryn," peringat Oriel.
Hening. Lauryn belum mau bangun dari tidurnya.
"Lau, pacarnya gue yang nakal, bangun sebelum lo bangunin yang lain," ucap Oriel lagi memperingatkan.
Lauryn seketika mendongak. Bibirnya tertahan untuk tidak tersenyum. "Sesuatu yang lain?" tanya Lauryn.
"Lau!" panggil Oriel gemas.
Lihat? Benarkan dugaannya. Lauryn selalu menggodanya disetiap situasi.
"Gak mau bangun," tolak Lauryn. Tangan kirinya yang bebas mulai menari di atas dada bidang Oriel.
Oriel menghela nafas panjang. Rasanya ingin sekali menerjang Lauryn sekarang. Karena gemas Oriel mencubit salah satu pipi Lauryn.
"Aw swakwit, lewpaws," pinta Lauryn.
"Bangun," titah Oriel. Oriel melepaskan tangannya dari pipi Lauryn.
"Iya, iya gue bangun," ketus Lauryn. Gadis itu bangun dengan posisi terduduk di atas kasur. "Ini lepas dulu. Lo kalau mabuk ganas, mencuri kepolosan gue," ucap Lauryn sok sedih.
Oriel bangun. Ia meringis merasakan ngilu di bahu kanannya. "Siapa yang polosin siapa?!" tanya Oriel malas.
Lauryn menyengir. Ia mengambil sebuah gunting di atas lacinya. "Hehe, kapan lagi liat seorang Argani Putra Oriel mabuk," ucap Lauryn.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE (END)
Teen FictionCerita On Going ⚠️Dilarang Copas, Plagiat dan melakukan hal-hal seperti plagiarisme ⚠️ Argani Putra Oriel, lelaki yang selalu berani menghadapi bahaya dengan wajah bak malaikat. Persis sekali dengan namanya. Oriel akan menjadi orang pertama yang tur...