Hey guys, Ay comeback again, atas permintaan pembaca...
Ay seneng walau masih bisa dihitung jari pembaca setia Ay, semoga yang baca cerita ini bisa bertambah nantinya, puluhan, ratusan, dan semoga sampe ribuan, walau sulit, Ay mau usaha...
Promosi lewat akun toktik Ay @new.shaya
Happy reading
Lauryn menatap malas tembok yang berada di depannya. Mau tidak mau ia harus panjat dinding ini agar sampai di dalam sekolahnya.
"Ini tembok gak bisa ya dipindahin dulu? Males banget liatnya, ngehalangin jalan aja," keluh Lauryn.
Jika bukan karena urusan dengan Mr Roy kemarin, Lauryn tidak akan terlambat kesiangan seperti ini. Mana tubuhnya terasa sakit lagi karena kemarin seharian dirinya menemani Mr. Roy.
"Lauryn," panggil Anwar, yang baru saja tiba bersama Radit di belakangnya.
"Bagus. Anak pintar, telat juga ya?" tebak Lauryn, senang.
Radit mengangguk mengiyakan. "Gara-gara ini anak satu yang masuk angin semalam, jadinya telat," ucap Radit.
"Mau gimana lagi. Perut gue kerasa kembung banget dari semalam," bela Anwar. Ia menoleh ke arah Lauryn. "Lo mau manjat juga Ryn?" tanya Anwar.
"Yap. Kebetulan ada kalian, jadi gue gak perlu ambil tangga. Sekarang gue duluan yang naik, takutnya ntar ada pak Ikhsan atau Bu Ambar, kalian bisa lari," ucap Lauryn.
"Baik banget lo," puji Radit tanpa menaruh curiga sama sekali dengan Lauryn, "yaudah buruan naik." Radit sedikit membungkukkan badannya agar Lauryn bisa naik.
"Gak mau naik punggung," tolak Lauryn.
"Lah terus gimana cara lo buat naik?" tanya Anwar heran.
"Tangan lo berdua, bikin kotak." Lauryn memperagakan dengan tangannya. Ia lalu menyatukan kedua tangan Radit dan Anwar hingga membentuk sebuah persegi. "Yap. Ini baru bener."
(Permainan zaman kecil yang salah satu tangan memegang di siku tangan yang lain, satunya lagi di bahu teman. Begitu juga sebaliknya.)
Lauryn mendekatkan keduanya dengan pinggiran tembok. Ia langsung saja mengambil ancang-ancang untuk naik dan hap. Ia bisa mendapatkan ujung tembok yang tidak terlalu tinggi itu.
"Aman cuy. Cus naik," ucap Lauryn saat sudah duduk di atas tembok.
Anwar dan Radit mengikuti Lauryn yang memanjat tembok. Mereka berdua hampir saja jatuh, saat melihat wajah galak dari pak Ikhsan yang ada di dalam area sekolah.
Lauryn tertawa keras. "Hahaha...mau aja kalian kena tipu," ledek Lauryn.
"Kacau. Lo bohongin kita Ryn?" ucap Anwar, kecewa. Ia bahkan menggelengkan kepalanya, melihat Lauryn kian puas tertawa.
"Gapapa. Selow, pak Ikhsan gak akan ngamuk. Hari ini hari spesial buat dia."
Lauryn turun dengan meloncat langsung dari tembok. Anwar dan Radit mencari aman, mereka memilih untuk mengikuti cara Lauryn. Mereka berdua sudah seperti anak ayam yang mengikuti induknya.
"Lauryn. Kalian juga," tegur pak Ikhsan. "Sudah berapa kali saya bilang, untuk tidak memanjat tembok. Kalian ini bener-bener-"
"Pak jangan marah-marah di hari spesial bapak. Saya sama Anwar dan Radit gak sengaja terlambat karena nyari hadiah buat bapak," tukas Lauryn. Ia mengeluarkan box yang sudah ia siapkan di dalam tasnya dan memberikannya kepada pak Ikhsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE (END)
Teen FictionCerita On Going ⚠️Dilarang Copas, Plagiat dan melakukan hal-hal seperti plagiarisme ⚠️ Argani Putra Oriel, lelaki yang selalu berani menghadapi bahaya dengan wajah bak malaikat. Persis sekali dengan namanya. Oriel akan menjadi orang pertama yang tur...