Keputusan Oriel

12.1K 924 66
                                    

Oriel menatap cemas pada gadisnya yang masih belum sadarkan diri. Ia masih menunggu Lauryn untuk bangun dari tidurnya. "Lau," panggil Oriel pelan.

Kalung merah yang telah membuat Lauryn jatuh dan kini dirawat di rumah sakit. Kini berada dalam genggaman tangan Oriel. Ia penasaran, apa hubungannya dengan Lauryn? Apa mungkin ingatan Lauryn sudah kembali?

Jika benar, ia takut. Takut kalau Lauryn akan memilih pergi meninggalkannya, karena ingin kembali pulang. Oriel hanya ingin Lauryn menetap bersamanya, selalu.

Dokter bilang, Lauryn kelelahan dan mengalami depresi, yang Lauryn perlukan adalah istirahat. Tapi, menurut Oriel sepertinya tidak sesederhana itu. Gadisnya mengerang kesakitan, mana mungkin Lauryn baik-baik saja.

"Lau," panggil Oriel lagi.

Oriel memilih untuk menemani Lauryn. Ia tidur dengan posisi duduk bersama Lauryn yang masih belum sadar di samping brankar Lauryn.

***

Lauryn bangun tanpa gerakan. Ia merasa hampa, setelah ia sadar dari mimpi. Kedua matanya menatap lurus langit-langit di tempatnya berada.

Ingatannya telah kembali, tapi tidak dengan hatinya yang kian hancur. Kenyataan untuk bertemu dengan orangtuanya, sirna. Bersamaan dengan luka lain yang ia ingat dalam ingatannya.

Dibuang dan lebih baik mati?

Perkataan itu terus memutar di otaknya.

Pantas saja, ia tidak bisa mengingat masa lalunya. Ternyata alam bawah sadarnya yang memilih untuk melupakannya. Karena memang itu yang terbaik.

Lauryn memejamkan mata kala kedua matanya terasa perih. Kepalanya kembali berdenyut nyeri. Dadanya terasa sesak.

Keinginan terbesarnya untuk pulang dan berkumpul dengan keluarga telah hilang, sejak umurnya 10 tahun. Semuanya pergi, dengan ketidaktahuan kenapa dirinya ditinggalkan saat itu.

"Lau?"

Suara itu. Lauryn sedikit menoleh.

Dengan lembutnya Oriel menghapus jejak air mata yang tidak berhenti keluar dari balik mata Lauryn. Walau cahaya temaram, Oriel bisa melihat luka di balik mata indah Lauryn. Dadanya terasa sesak melihat Lauryn yang seperti ini.

"Jangan nangis," pinta Oriel, "ada gue disini," imbuhnya.

Lauryn ingin berbicara, tapi suaranya tidak bisa keluar. Ia takut, dirinya belum siap mengatakan yang sesungguhnya pada Oriel.

"Gapapa, Lau. Gue disini. Gue gak akan ninggalin lo," ungkap Oriel. Ia memeluk Lauryn yang terbaring.

Air mata Lauryn kian menyerbu keluar. Ucapan Oriel sukses membuat hatinya menangis.

Oriel terus mendekap tubuh Lauryn, hingga gadisnya kembali tenang dan akhirnya tertidur. Ia kembali menidurkan Lauryn agar posisinya nyaman. Satu air mata lolos dari pelupuk mata Oriel. Wajah Lauryn nampak damai dalam tidur, sangat berbeda dengan saat sadar tadi.

***

Tiga hari dirawat, Lauryn berubah total. Tidak ada Lauryn yang biasanya ceria. Lauryn hanya menatap datar dan jarang berbicara. Gadis itu belum mau bilang tentang apa yang terjadi padanya.

FATE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang