Akankah berakhir?

12.6K 829 21
                                    

NOTE :
1️⃣Maybe ada yang lupa alur, boleh baca ulang dulu bab sebelumnya ya...
2️⃣Ay ngilang di bulan Juni-Juli karena ada something. Pas mau update, lupa sandi buat masuk apk wpnya.

-Happy Reading-

Lauryn terkejut melihat Oriel yang berhasil menghampirinya. "Lo gapapa, Oriel? Apa yang mereka lakuin sama lo?!" tanya Lauryn beruntun, ia mendesak Oriel untuk mengatakannya.

"Harusnya itu pertanyaan gue, Lau," balas Oriel pelan, ia tersenyum menyembunyikan ketakutan yang sempat kembali hadir karena ulah Hugo.

Lauryn diam memperhatikan wajah Oriel. Laki-laki itu merogoh saku guna membuka kunci rantai yang diberikan oleh Neron. Tapi, saking gemetarnya, kunci sempat jatuh ke lantai.

'Oriel takut?' batin Lauryn bertanya.

Ia tidak bodoh. Apa yang terjadi pada Oriel pernah ia alami, jadi ia paham apa yang terjadi pada Oriel walau laki-laki itu tidak mengatakannya. Lauryn terus memperhatikan Oriel yang membuka kunci rantainya. Darah yang ada di tangan kanan Oriel berhasil mengalihkan perhatian Lauryn. Jejak jarah dari tangan dan masih baru. Ia kembali melihat ke arah pintu masuk. Kedua matanya melebar melihat Hugo terbaring dengan cairan kental berwarna merah yang mulai membasahi lantai. Apa Oriel yang melakukannya?

Tidak.

Ia yakin Oriel didesak oleh kedua orang gila itu.

Setelah kedua tangan Lauryn terlepas, gadis itu langsung memeluk tubuh Oriel. Baru kali ini ia melihat Oriel gemetaran seperti ini. "Are you...okay?" tanya Lauryn pelan.

Oriel balas memeluk Lauryn cukup erat, hingga Lauryn menggertakkan giginya lantaran menahan rasa perih di punggungnya.

"G-gue udah...,bu-bunuh dia, Lau."

Lauryn menggeram. Neron terbiasa menindas lawannya dengan rasa takut atau trauma yang membuat lawan tidak akan bisa melawannya. Cara yang paling ia benci.

"Gapapa. Dosanya ditanggung tua bangka itu sama pengkhianat. Lo gak salah," ucap Lauryn pelan.

"Lau, ayo kita pergi!" ajak Oriel. Ia melepaskan pelukannya, tapi tidak dengan wajahnya yang masih dekat dengan Lauryn.

Lauryn tersenyum tipis. "Lo yang harus pergi Oriel," balas Lauryn, terdengar lirih dan tidak bersemangat. "Keluar dari sini, jalanin hidup lo kayak biasanya. Anggap semua yang lo alamin hari ini gak ada!"

Kata-kata seperti itu tidak akan terucap dari bibir Lauryn, jika gadis itu tidak merencanakan sesuatu.

"Gak!" tolak Oriel dengan tegas, "kita pergi bareng!" putus Oriel. Matanya menatap lurus pada Lauryn. Seolah meyakinkan Lauryn bahwa gadis itu harus pergi sesuai ucapannya.

"Oriel," mohon Lauryn. Ia memandang wajah Oriel teduh. "Gue gak bisa. Gue harus ketemu sama Mr. Neron. Dia...," jeda Lauryn. Ia merasa berat untuk mengatakan kebenarannya. Ia pun memilih untuk menundukkan kepalanya.

"Ayah kandung lo?" terka Oriel.

Lauryn tersenyum kecut. Ia mengangguk pelan. "Rupanya lo udah tau," ucap Lauryn pelan.

"Lau," panggil Oriel lembut, "liat gue," pinta Oriel.

Lauryn menurut, tapi ia sudah lelah dengan semua kebenaran tentang dirinya. "Sekarang gue udah ngerti semuanya. Alasan nyokap cuek, ayah buang gue, grandpa yang benci dan nyiksa gue. Semuanya jelas dan semuanya terjadi karena kesalahan hadirnya gue. Itu karena gue anak hara-"

FATE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang