Tamu?

15.3K 1K 12
                                    

Mata Lauryn melebar melihat wajah yang tidak asing lagi baginya.

"NGAPAIN LO DISINI?!" tanya Lauryn terkejut. Sungguh ia tidak pernah menyangka apa yang terjadi di depannya ini.

"Numpang," jawabnya datar.

Mulut Lauryn sedikit terbuka. Ia tidak tahu harus berkata apa lagi. Tangan Lauryn memijat sebentar pangkal hidungnya, guna meringankan pikirannya.

"Numpang ngapain?" tanya Lauryn berusaha sabar. Ia masih terkejut dengan kehadiran cowok di dalam rumahnya ini.

Oriel diam. Ia perlahan menikmati makanan yang ia buat sendiri.

Ya, cowok yang sering Lauryn panggil beruang es atau lebih sering Lauryn samakan dengan patung, tiba-tiba saja sudah ada di dalam rumah Lauryn. Saat pulang tadi Lauryn mencium aroma makanan, tapi ia kira itu adalah bi Ece, asisten rumah tangganya. Tapi nyatanya berbeda.

Ia melihat sendiri bagaimana Oriel memasak di dapurnya. Bahkan laki-laki itu seperti sudah akrab dengan rumahnya Lauryn.

Oriel mendekatkan sepiring nasi goreng buatannya pada Lauryn.

Lauryn menghela nafas panjang. Masih banyak pertanyaan di pikirannya. Tapi ia yakin kalau Oriel pasti tidak akan menjawabnya.

"Lo mau numpang tinggal disini?" tanya Lauryn. Ia mengambil sepiring nasi goreng miliknya.

"Hm."

Satu suapan pertama Lauryn makan. "Beruang es bisa masak juga ternyata," ucap Lauryn, senang. Ia menyengir menatap wajah Oriel yang tampak tenang di sampingnya. "Lumayanlah ya buat pengiritan."

Oriel menepuk pelan pundak Lauryn. "Pelan-pelan," ucap Oriel lembut.

Lauryn cengengesan. "Lapar. Tadi siang gak sempet makan, karena Bu Ambar ngasih hukuman lagi ke gue," ucap Lauryn malas. Ia kembali melahap makanannya.

Setelah selesai makan, Lauryn mengambil alih kedua piring bekas mereka makan. Mencucinya dengan cepat dan mudah seolah terbiasa.

"Mau sampai kapan lo ngumpet di rumah gue?" tanya Lauryn, "bukan gue gak suka lo disini, nyokap lo bisa aja nyariin lo," lanjutnya. Ia tidak mau Oriel salah paham padanya.

"Gue masih mau tinggal," jawab Oriel. Ia membuka salah satu laci makan. Mengambil satu snack keripik kentang dan membawanya ke ruang tamu.

Lauryn mengangguk mengerti. Sepertinya Oriel belum mau menceritakan sebenarnya pada Lauryn, maka ia tidak akan memaksanya. Ia berlalu mengikuti langkah Oriel.

"Karena lo udah tinggal di sini. Lo harus masak buat gue," ucap Lauryn, "makanan buatan lo enak. Gue ketagihan," ucap Lauryn cengengesan.

Oriel mengangguk mengiyakan. "Hm." Ia duduk di salah satu sofa dan mulai menyalakan televisi. Ia menatap pada Lauryn yang ikutan duduk disebelahnya.

"Kenapa?" tanya Lauryn, menyadari kalau dirinya diperhatikan oleh Oriel.

"Mandi," ucap Oriel, "Lo bau," lanjutnya dengan wajah datar.

Lauryn seketika mengubah tatapannya menjadi malas. "Iya. Gue mandi. Puas lo," ucap Lauryn, kesal. Ia terpaksa bangun dan melakukan aktifitas yang disuruh si es.

Oriel tersenyum tipis saat melihat Lauryn yang dengan kesalnya menghentak-hentakkan kakinya saat menaiki tangga.

"Hamanya lucu," ucap Oriel pelan.

***

Oriel berbaring dengan kedua tangan yang terlipat dibelakang kepalanya. Ia menatap langit-langit kamarnya yang baru. Sudah terhitung tiga hari yang lalu, ia tinggal di rumah Lauryn.

FATE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang