Lauryn makan dengan khidmat. Ia kembali memasukkan mie kedalam mulutnya dengan sumpit di tangan kirinya. Wajahnya nampak tenang, mengabaikan hal lain didepan matanya.
Hal lain itu adalah mereka yang merasa telah dibohongi oleh Lauryn. Nyatanya, gadis itu masih bisa makan walau tangan kanannya terluka. Mereka menatap tajam pada Lauryn yang masih fokus makan. Bahkan, Oriel sendiri merasa ditipu oleh gadisnya.
"Lau," panggil Oriel gregetan sendiri.
Lauryn sedikit mendongak, mukanya terlihat biasa saja. "Hm?" Pipinya mengembung karena baru saja memasukkan mie kembali kedalam rongga mulutnya.
Boleh Oriel gigit pipi Lauryn tidak sih? Gadisnya masih asik makan tanpa sadar kalau dirinya ingin mendengarkan maksud dari perilaku Lauryn.
"Lauryn, lo gak bilang kalau lo kidal?!" tegur Clara terlebih dulu sebelum Oriel berbicara kembali. Ia sendiri merasa tertipu dengan Lauryn tadi pagi.
Lauryn menelan mienya. "Kalian gak nanya," jawab Lauryn enteng, "lo juga, Oriel," sambung Lauryn tidak mau disalahkan.
Mulut Clara sedikit terbuka. Ingin membalas ada benarnya juga.
Senyum menyebalkan terbit di wajah Lauryn. "Salah kalian, bukan gue," tampik Lauryn. Ia kembali menyeruput mienya dan mengambil satu bakso dari mangkuk Oriel dengan mudahnya.
Oriel memijat sebentar pangkal hidungnya. Lauryn selalu punya kejutan yang bisa membuatnya kesal sekaligus senang.
"A." Lauryn memberikan bakso kecil pada Oriel. "Gantian, ini gue yang mau nyuapin lo," ucap Lauryn.
Tuhkan. Apa Oriel pikirkan benar. Lauryn mampu membuat perasaannya berubah-ubah sesuai kelakuan gadisnya.
Oriel menerima suapan Lauryn. Membuat yang lain merasa tidak kasat di mata keduanya.
"Dan lo, Clara," ucap Lauryn, "lo sendiri yang 'iyain' penawaran jadi babu gue." Lauryn tersenyum. Senyum menyebalkan yang bisa mengundang emosi lawan jika tidak sabar.
Clara mengambil nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Ia meyakini dirinya sendiri agar tidak emosi pada Lauryn.
Tapi, Lauryn selalu punya cara jika lawannya belum terpancing. Ia mengusap dagu sambil menerawang. "Kali ini gratis, lain kali bayar perjamnya?" pancing Lauryn mengikuti bicara Clara tadi pagi, "iya?"
"Sabar Ra, sabar," ucap Crista membantu Clara. Ia mengusap-usap kedua bahu Clara.
"Iya Ra, sabar. Jangan ditahan, tumpahin aja emosi lo ke Lauryn," timpal Prisil memanasi.
"Nah iya bener itu," balas Crista setuju, sebelum ia sadar perkataan Prisil salah, "Sil, kayaknya perkataan lo salah deh."
Pemikiran Crista yang lambat, membuat Lauryn, Clara dan Prisil tertawa lepas.
"Please Cris, jangan kambuh disini," pinta Clara yang masih tertawa kecil.
"Crista doang emang," tawa Lauryn.
"Tau. Lemotnya bukan berkurang, malah nambah," timpal Prisil.
***
Dua bulan sudah terlewat, tidak ada masalah lagi yang ditimbulkan oleh Lauryn membuat Oriel merasa lega. Lauryn mulai menurut padanya dalam berulah. Gadis itu juga mengurangi kejahilan dan jam keluar malamnya. Ujian akhir semester juga sudah terlewat, membuat Lauryn dan Oriel bisa menikmati liburan bersama.
Itu rencana awalnya.
Sampai Lauryn kembali berulah. Hasil ujian akhir semester ganjil kemarin, keduanya menduduki peringkat nomor satu. Hanya saja untuk Lauryn, dia peringat satu...
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE (END)
Teen FictionCerita On Going ⚠️Dilarang Copas, Plagiat dan melakukan hal-hal seperti plagiarisme ⚠️ Argani Putra Oriel, lelaki yang selalu berani menghadapi bahaya dengan wajah bak malaikat. Persis sekali dengan namanya. Oriel akan menjadi orang pertama yang tur...