Amarah Lauryn

18.4K 1K 20
                                    

Oriel tidak henti-hentinya memukul keras samsak yang berada di depannya. Perasaannya ingin marah, tapi ia tidak tahu bagaimana melampiaskannya. Hanya dengan samsaknya semua amarah yang Oriel rasakan, bisa ia lepaskan.

Keringat terus bercucuran membasahi wajah Oriel dan tubuhnya. Sudah 2 jam lamanya ia berolahraga memukul-mukul seperti itu.

"Cucu kakek kalau marah emang paling serem ya," ucap seseorang dari arah belakang Oriel.

Oriel menghentikan sejenak kegiatannya. Ia menoleh ke belakang untuk melihat kakeknya, Putra Zack,  sekaligus pemilik LHS.

"Kakek," panggil Oriel pelan. Ia mengambil handuk kecil di dekatnya dan mengelap keringatnya.

Zack duduk di salah satu kursi kayu yang berada di teras belakang rumahnya. "Ada apa sama kamu? Tumben banget bisa semarah itu. Biasanya juga kamu suka cuek."

Oriel ingin mengatakannya, tapi ragu. Ia sendiri tidak tahu harus bagaimana. Pikiran dan pertanyaan yang bersarang di pikirannya, semua tentang Lauryn.

"Apa yang bikin kamu bingung?" tanya Zack. Walaupun ia bisa membaca mimik wajah Oriel, cucu bungsunya. Tapi, ia ingin sekali kalau Oriel sendiri yang bilang padanya.

"Itu," ucap Oriel ragu, "gak jadi kakek." Ia kembali ingin melanjutkan olahraga sorenya.

"Soal Lauryn?" tebak Zack. Memang Oriel tidak akan pernah bisa mengutarakan perasaannya dan keinginan dirinya sendiri pada orang-orang.

Oriel kembali berbalik badan. Ia mengangguk mengiyakan.

Zack menghela nafas pelan. Benarkan dugaannya. Cucunya sudah mirip patung saja. Memang tidak salah kalau Lauryn selalu mengejek cucunya dengan sebutan itu.

"Kamu percaya sama Lauryn apa berita itu?" tanya Zack.

Oriel diam sebentar. "Lauryn. tapi-"

"Kalau begitu itu sudah cukup untuk kamu. Lauryn itu emang perempuan yang sedikit istimewa. Caranya sedikit berbeda dari gadis kebanyakan. Kamu lihat dan awasi dia saja," saran Zack, "dan kamu akan tahu bagaimana Lauryn menghadapi berita itu." Zack terkekeh.

"Kenapa?" tanya Oriel bingung saat mendapati wajah senang dari Zack.

"Kakek cuma kasian sama yang bikin berita. Ntah apa yang direncanakan Lauryn nantinya, kakek gak ikutan," jawab Zack lalu kembali terkekeh kecil. Dia tahu seperti apa Lauryn. Bahkan ia juga yang sengaja menyatukan Oriel dan Lauryn dalam satu kelas yang sama.

Zack menatap Oriel dengan tatapan hangatnya. Oriel, cucunya terlalu lama merasakan kesepian dan kesedihan semenjak meninggalnya nenek Oriel yang juga istri dari Zack, Xia. Kedua orang tua Oriel yang selalu sibuk dengan pekerjaan, Zack juga telah salah karena terlalu larut dalam kesedihannya. Sehingga mereka tidak menyadari ada anak kecil yang membutuhkan mereka menggantikan peran Xia yang selalu menjaga Oriel. Oriel berhak mendapatkan kehangatan yang lain, dengan cara yang lain. Inilah cara Zack menyayangi cucunya itu. Begitu juga dengan Lauryn.

"Ya sudah kamu lanjutkan saja pukul-pukulannya. Tapi, jangan keras-keras," peringat Zack, "itu samsak kedua di tiga bulan terakhir ini."

Oriel hanya mengangguk mengiyakan. Tapi kenyataannya tidak seperti itu. Ia masih dengan kuat memukul samsak dengan pukulannya.

"Oriel," keluh Zack. Ia menepuk pelan dahinya. Oriel sepertinya mulai terkena virus Lauryn yang suka ngebangkang. Tapi masih taraf normal.

***

Jika Lauryn terus sendirian seperti ini, bisa bahaya. Ia harus membulatkan tekadnya untuk kembali berteman dengan Prisil dan Crista.

FATE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang