Ingatan yang hilang

10.5K 823 51
                                    

Ramaikan komennya ya, lopyu kalian banyak-banyak 🥰

-Happy Reading-

Auryn atau sekarang lebih dikenal sebagai Lauryn, setelah ia memiliki alter ego dalam dirinya.

Lauryn tumbuh dalam keluarga yang beruntung. Ayahnya, yang memiliki nama Deve , adalah seorang pria dewasa yang memiliki perusahaan cukup besar di Amerika. Hidup Lauryn saat kecil, selalu tercukupi. Bahkan, lebih baik dari anak sepantarannya. Ia selalu menjadi kebanggaan untuk Ayahnya.

"Ini apa, Ayah?" tanya Lauryn saat tiba-tiba saja Deve memasangkan kalung liontin merah di lehernya.

"Kalung," jawabnya dengan mudah.

Wajah Lauryn masam. "Aku tau. Tapi, bukan itu yang aku tanyakan."

Deve tertawa. "Untuk Auryn, putri pintar Ayah."

Walau begitu, Lauryn kecil merasa kurang. Ibunya yang asli dari daratan Tiongkok bernama Lian, tidak pernah memberikan kasih sayang padanya. Sikap Lian sangat berbanding terbalik, antara Lauryn dengan kakak laki-lakinya saat itu. Entah apa alasannya, Lauryn tidak pernah mendapatkan jawabannya. Ia pernah bertanya sekali pada ibunya saat usia 5 tahun. Tapi, no respon. Anak kecil seperti Lauryn saat itu hanya bisa menangis dan merenungkan di dalam kamar. Ia bahkan tidak berani untuk bertanya atau mengadu pada ayahnya soal ini. Ia tidak mau keluarganya bertengkar karenanya. Ia pun mengalah.

Saat usia Lauryn menginjak 10 tahun, semuanya dimulai. Takdir mengubah segala miliknya.

Lauryn lulus dari sekolah dasar dengan nilai sempurna dan penghargaan yang ia dapat, karena lulus dengan usia paling muda. Cantik, pintar, keluarga yang lengkap dan mapan. Kurang apa Lauryn? Bahkan, banyak anak-anak yang iri dengan gadis kecil itu.

Dengan wajah sumringah dan senyuman lebar, ia pulang dari sekolahnya. Ayahnya sibuk bekerja dan ibunya sudah dipastikan tidak akan hadir, jika tidak dengan Deve. Piagam bandul emas yang ia kalungkan di lehernya, terus ia genggam. Kakinya berlari menuju rumah.

Sosok Lian yang sedang minum teh di ruang tamu, kian membuatnya senang. "Ibu," panggilnya gembira.

Wanita dengan rambut hitam panjang yang di clury itu menengok.

"Lihatlah." Ia menunjukkan piagamnya. "Aku dapat piagam penghargaan," ungkapnya.

Wajah datar Lian, perlahan menurunkan senyuman Lauryn. Wanita seolah tidak minat pada apa yang telah diraih Lauryn. Lauryn menunduk.

"Iya, selamat," balas Lian acuh tak acuh, membuat Lauryn kembali mendongak.

Senyuman Lauryn tidak bertahan lama, saat Lian kembali menyesap tehnya. "Apa boleh aku minta hadiah pelukan?" tanya Lauryn takut-takut. Ia meremas erat rok mini sekolahnya.

"Kembalilah ke kamar," titah Lian.

Lauryn hanya menggigit bibir bawahnya. Ia naik kembali ke kamarnya sesuai perintah. Sebelum masuk, ia tersenyum miris saat melihat Lian memeluk abangnya yang baru saja pulang dari lomba futsal dengan menenteng sebuah piala.

Ia masuk dan segera menutup pintu kamarnya. Ia berlalu menuju meja belajarnya. Terdapat sebuah foto keluarga disana.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FATE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang