Tamu baru

11.2K 813 85
                                    

Malam hari, Oriel sudah sibuk dengan kegiatan memasak di dapur. Berhubung Grisselda tidak ada, maka Oriel sendiri yang memutuskan untuk memasak makanan bagi Lauryn. Gadis itu tadi sempat tertidur, setelah mengerjakan semua tugas remedialnya.

Bisa saja Oriel membelikan makanan saji sama seperti Argan dan Zack. Tapi, karena ini Lauryn, Oriel ingin memberikan hadiah kecil untuk gadisnya.

"Gue cariin, ternyata lo disini Oriel," ucap Lauryn yang baru saja datang dengan pakaian piyama hitam legam. Rambut panjang Lauryn sengaja ia gulung asal. "Perlu gue bantu?" tawar Lauryn.

Oriel sibuk menaruh panci kecil dengan air didalamnya di atas kompor. "Jangan. Nanti gosong," balas Oriel. Ia lanjut mengupas kulit kentang dengan pisaunya.

Lauryn berjalan menghampiri Oriel. Ia membuka penutup panci. Matanya mendelik sebal. "Masak air doang mah gampang, gak akan gosong."

Kedua mata Lauryn melirik ke arah semua bahan yang tersedia di depan Oriel. "Mau masak apa?" tanya Lauryn. Ia mengambil sebuah pisau yang tajam berukuran sedang. "Benda ini enak Oriel, kalau masuk kedalam kulit orang," ucap Lauryn memberitahu, lelucon.

Oriel menggelengkan kepalanya pelan. Ia menukar pisau yang Lauryn pegang dengan pisau kecil kepunyaannya, takut jari Lauryn yang kena. "Sop," jawab Oriel, "kalau bisa, lo potong wortel disana aja, Lau."

Lauryn mengikuti arah pandang Oriel. "Gampang." Lauryn mengikuti apa yang dikatakan oleh Oriel. Ia mengambil sebuah talenan untuk memotong lalu mencuci kedua tangannya.

Oriel diam memperhatikan Lauryn. Lauryn bilang, gadis itu tidak bisa memasak dan kini gadis itu menawarkan diri untuk membantunya memasak. Oriel jadi curiga.

Tratak tak tak tak

Suara sedikit gaduh yang Lauryn ciptakan karena memotong wortel dengan cepat. Membuat Oriel khawatir takut tangan gadisnya terluka, ia segera mendekat kearah Lauryn.

"Dah selesai. Ada lagi?" tanya Lauryn pada Oriel.

"Gue liat tangan lo." Oriel mengambil tangan kiri Lauryn dan memeriksanya.

"Kenapa tangan gue?" tanya Lauryn.

"Pelan-pelan. Lo bisa keiris tangannya," peringat Oriel. Ia mengamati potongan wortel Lauryn yang nampak sama ukurannya. "Lau!" panggil Oriel gemas. Sepertinya ia ditipu lagi.

Lauryn menyengir.

Oriel kembali ke pekerjaan awalnya mengupas kulit kentang. "Lo mau hukuman apa, Lau?" tanya Oriel dengan nada rendahnya membuat bulu kuduk Lauryn berdiri.

Lauryn melirik takut-takut pada Oriel yang masih fokus pada kentang. Ia menelan salivanya susah payah. "Oriel, please forgive me, okay," bujuk Lauryn.

Oriel melirik sebentar kearah Lauryn. Matanya menatap intens pada gadisnya.

"Yes?" tanya Lauryn pelan.

"No."

Jawaban Oriel sukses membuat Lauryn terdiam. Ia kembali mencincang daun seledri yang ada. Ia harus apa sekarang?

"Oriel, itu yang terakhir. Gue janji," ucap Lauryn.

"Bener yang terakhir?" tanya Oriel mengintimidasi.

"Iya bener. Janji, kalau gue gitu lagi, baru lo hukum deh gapapa," balas Lauryn mencoba bernegosiasi dengan Oriel.

"Sini lengan kanan lo," titah Oriel.

Lauryn tidak mau melawan. Ia menaruh pisau dan memberikan lengannya mendekat pada Oriel. "Nih."

Tanpa peringatan Oriel langsung menggigit gemas pergelangan tangan Lauryn yang terhalang oleh kain, membuat sang empu meringis kecil. Setelah selesai, Oriel kembali bersikap tenang seperti biasanya.

FATE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang