"Guys, kita cabut duluan ya," pamit Clara pada anak REXITER's lainnya.
Crista hanya mengangguk kecil, ia mempererat pelukannya di lengan Radit. Terlalu banyak anak cowok, ia malu.
"Bye semuanya," pamit Prisil, "eh, jangan lupa kasih tau kelanjutan mereka berdua ntar."
"Iya bener. Jangan sampai gue ketinggalan berita," sahut Brama pada Anwar yang hanya mengangguk mengiyakan.
Yang dimaksud mereka adalah Oriel dan Lauryn. Keduanya sama sekali belum keluar, padahal sudah sejam lebih mereka di dalam.
Tadi mereka sempat mendengar suara petikan gitar. Tapi, tidak lama setelahnya hilang. Entah apa yang mereka berdua lakukan. Jujur semuanya merasa penasaran.
Tapi hanya sebatas penasaran. Mereka tidak pernah berpikir negatif pada keduanya, kecuali Lauryn. Mereka malah tidak yakin dengan Lauryn.
Takut kepolosan bos mereka diambil oleh Lauryn.
Bukan khawatir pada Lauryn, malah kepada bos mereka, emang anak durjana semua.
Saat Deren keluar kamar mandi, niatnya ingin mengantar para sahabat Lauryn bersama Radit dan Brama. Tapi mereka serempak menoleh saat mendengar suara pintu terbuka.
Oriel. Laki-laki itu turun seorang diri dengan jaket REXITER's yang melekat di tubuhnya. Wajahnya tampak tenang, tapi langkah kakinya seperti orang terburu-buru.
"Mau kemana?" tanya Deren. Ia memberikan jaketnya di pundak Clara yang kini berdiri di sebelahnya.
"Balik dulu," jawab Oriel, "titip Lauryn, dia tidur," lanjutnya memberi tahu.
Ternyata sulit sekali membuat gadis itu tertidur. Alhasil Oriel cengkoki gadis itu dengan susu coklat kemasan dan iringan nada lembut dari gitar. Mulut gadis itu juga tidak berhenti sampai akhirnya kelelahan sendiri dan tertidur.
Begini baru aman. Lauryn tidak akan kemana-mana.
"Lo mau balik ngapain?" tanya Brama.
Deren mengamati wajah Oriel. Laki-laki itu sedang bingung.
"Perlu apa, gue bantu," ucap Deren.
"Laptop," jawab Oriel. Biasanya ia suka membawanya, cuma tertinggal di rumahnya Lauryn.
"Dimana?" tanya Deren.
"Rumah Lauryn," jawab Oriel.
Deren mengangguk mengerti. "Biar gue sama yang lain ambil nanti. Lo tunggu aja."
"Hm." Ia memberikan sesuatu di saku celananya pada Deren. "Kunci rumah Lauryn."
Dahi Deren mengkerut. Ia menatap heran pada kunci yang diberikan oleh Oriel. Baru saja ingin bertanya, Oriel sudah kembali ke kamar dimana Lauryn tidur.
***
Selepas mengantar para gadis. Kini mereka sudah berada di depan rumah Lauryn.
"Anjir! Gelap banget," keluh Brama saat melihat dalam rumah Lauryn yang gelap dari teras depan.
"Majikannya 'kan belum datang. Siapa yang mau nyalain?" tanya Radit.
"Kalian pernah mikir ga, kenapa Lauryn bisa tinggal sendirian? Orangtuanya dimana coba?" tanya Brama ikut penasaran. Pasalnya memang ia tidak tahu apapun soal siapa keluarga Lauryn.
Radit menepuk pundak Brama setuju. "Gue juga pernah mikir kayak gitu. Aneh bagi gue kalau liat perempuan kayak Lauryn tinggal sendirian."
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE (END)
Teen FictionCerita On Going ⚠️Dilarang Copas, Plagiat dan melakukan hal-hal seperti plagiarisme ⚠️ Argani Putra Oriel, lelaki yang selalu berani menghadapi bahaya dengan wajah bak malaikat. Persis sekali dengan namanya. Oriel akan menjadi orang pertama yang tur...