Mohon maaf sebelumnya, karena Ay yang belum bisa update sebelumnya. Ada sedikit problem. Tapi, semoga sudah selesai, biar Ay bisa lanjut lagi up ceritanya.
Langsung aja ya 😂 Amannya baca pas gak puasa ya. Cuma kiss biasa sih, tapi baca aja biar tau. Oke👍
-Happy Reading-
Lauryn terus memperhatikan dokter yang kini sedang mengecek keadaannya. Sedangkan Argan pergi ke kamar mandi sebentar.
"Kamu bangun tidur karena gelisah?" tanya pria dengan setelan putih dan stetoskop yang menggantung di lehernya.
Lauryn mengangguk mengiyakan. "Boleh minta obat tidurnya, dok? Saya mimpi buruk terus, tidur saya sama sekali tidak tenang," jelas Lauryn.
"Saya berikan suntikan saja ya."
Saat dokter tersebut ingin menyuntikkan cairan obat kedalam kulitnya, ia terlebih dahulu menghentikannya.
"Jangan dok. Saya takut disuntik. Kalau bisa, minta pil aja," pinta Lauryn.
Dahi sang dokter mengernyit heran. "Kalau begitu kamu merem saja. Usiamu sudah 18 tahun, kan?"
"Gak mau dokter. Saya takut," tolak Lauryn.
Sang dokter akhirnya mengalah. Pasien seperti Lauryn tidak hanya satu, justru banyak yang seperti itu. "Baiklah." Ia merogoh sakunya. Obat tidur dengan dosis cukup untuk Lauryn. "Ini, minumlah."
Tangan Lauryn menengadah menerima obatnya. Ia langsung bergegas memasukkan ke dalam mulutnya. Dokter tersebut tersenyum tipis, setelah melihat Lauryn menelan obat tanpa minum.
"Takut jarum suntik, tapi ahli minum obat tanpa minum."
"Hehe." Lauryn menyengir. "Terimakasih, dokter," ucap Lauryn.
Dokter itu hanya mengangguk, lalu berlalu pergi.
Lauryn menatap datar pada telapak tangan kanannya yang mengepal. Tangan tersebut perlahan terbuka dengan obat yang sama, yang seharusnya tadi ia minum. Dengan tergesa-gesa, ia menyembunyikan obat tersebut dengan tisu dan menaruhnya di bawah bantal, tepat setelah Argan keluar dari dalam kamar mandi.
"Apa kata dokter?" tanya Argan.
"Istirahat, jangan banyak pikiran," jawab Lauryn seadanya.
Argan tersenyum tipis. Ia mengusap lembut puncak kepala Lauryn. "Cepat sembuh," ucap Argan.
Hati kecil Lauryn tersentuh merasakan usapan tangan besar dan terasa hangat di kepalanya. Ia memberikan ponselnya pada Argan.
"Apa?" tanya Argan tidak mengerti. Ia hanya menerima uluran ponsel dari Lauryn.
Lauryn tersenyum tipis pada Argan. "Lauryn pernah setuju 'kan sama perjanjian papa soal bisnis," ucap Lauryn.
"Lauryn ini tidak perlu. Papa nerima kamu, tanpa peduli syarat itu lagi," balas Argan.
"Lauryn tau, Pa. Sejak kejadian Anna, Papa berubah sikap sama Lauryn. Tapi, kali ini Lauryn mau nepatin janji ke Papa. Lauryn jauh-jauh hari udah hubungin beberapa kolega sebagai calon partner bisnis Papa. Mereka setuju buat luangin waktu ketemu sama Papa. Ini hal kecil yang Lauryn bisa bantu. Tapi, balik lagi, Papa sendiri yang memutuskan dan harus ketemu sama mereka langsung. Di ponsel Lauryn, Papa tinggal atur jadwal ketemu mereka," jelas Lauryn.
Argan tersenyum simpul. Ia mengusap-usap puncak kepala Lauryn lagi. "Kalau begitu, kamu tinggal istirahat sekarang. Tidur yang nyenyak. Oriel akan kembali, setelah urusannya selesai." Argan menarik selimut Lauryn hingga menutupi dada gadis itu. "Selamat tidur, putri Papa."
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE (END)
Teen FictionCerita On Going ⚠️Dilarang Copas, Plagiat dan melakukan hal-hal seperti plagiarisme ⚠️ Argani Putra Oriel, lelaki yang selalu berani menghadapi bahaya dengan wajah bak malaikat. Persis sekali dengan namanya. Oriel akan menjadi orang pertama yang tur...