Anggota REXITER's kini sudah kembali berkumpul di depan basecamp menyambut kemenangan telak kali ini.
Lauryn yang diboncengi oleh Oriel turun diikuti anggota REXITER's yang lainnya. Kedatangan mereka disambut oleh ketiga sahabat Lauryn yang memang sengaja menunggu.
"Menang?" tanya Clara pada Deren yang hanya diangguki oleh laki-laki itu.
"REXITER's gak pernah kalah lawan musuhnya," ucap Anwar bangga. Tapi ia merasa ada yang kurang. "Ryn, adik gue gimana kabarnya?" tanya Anwar khawatir. Ia baru saja mengingat tentang adiknya yang kini mungkin menjadi tawanan oleh papanya Oriel. Takut kalau adiknya dihajar oleh papanya Oriel.
"Tenang aja. Gue bantu sampe tuntas," jawab Lauryn yakin. Ia menatap kearah Oriel. "Lo harus balik sekarang. Tapi sama yang lain ya, gue mau matiin cctv disana biar kalian gak ketahuan."
Berat. Bagi Oriel sungguh berat. Ia merasa tertekan jika dirumahnya. Berbeda dengan di basecamp. Semua semangatnya ada di tempat ini. Tapi Oriel tidak mau melibatkan teman-temannya. Ia ingin semuanya aman, termasuk Lauryn.
Dengan berat hati Oriel mengangguk lesu.
Lauryn tersenyum tipis. Ia menangkup wajah Oriel dengan kedua tangannya. "Masih ada hari esok. Gue gak akan kemana-mana," ucap Lauryn pelan.
"Sorry, gue balik duluan," ucap Oriel sedikit keras sekaligus berpamitan pada anggotanya, "gue serahin sisanya sama lo," lanjut Oriel pada Deren yang diangguki oleh laki-laki itu.
Sebelum pergi, Oriel menyempatkan untuk mengusap-usap puncak kepala Lauryn. "Makan terus istirahat," pesan Oriel.
Kali ini Lauryn mengangguk mengiyakan. "Siap papi Oriel yang sayangnya cuma punya Lauryn." Lauryn menyengir lebar, membuat Oriel tersenyum tipis.
Laki-laki dengan julukan pangeran LHS itu maju selangkah dan mengecup sekilas dahi Lauryn tepat di lukanya yang tergores pisau. Ia menatap teduh pada Lauryn di depan teman-temannya dan anggota REXITER's.
Entah keberanian darimana, atau kesurupan apa Oriel berani melakukan itu di depan anggotanya.
"Hari ini. Lo punya gue, Lau. Gak ada yang lain." Oriel mendekap tubuh Lauryn erat. Ia merasa semakin berat jika harus pulang sekarang. Oriel ingin waktu terhenti sekarang. Membiarkan Lauryn terus berada di dalam dekapannya.
"WAH! JADIAN NIH?!" ucap Brama terkejut sekaligus semangat bersamaan.
"WAH SELAMAT BOS LO GAK JOMBLO LAGI SEKARANG," ucap Radit senang.
"WAH SELAMAT! GUE BAHAGIA! AKHIRNYA PAPI SAMA MOMMY MENYATU!" sahut Anwar histeris. Ia adalah orang pertama yang menyambut baik hubungan antara keduanya.
"ANAK-ANAK BEGO! EMANG MOM UDAH JAWAB?!" teriak Lauryn kesal. Ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Oriel. Ia sungguh merasa tidak menyangka jika Oriel akan menembaknya sekarang. Terlalu tiba-tiba. Pipinya mendadak terasa panas. Tangan Lauryn kian erat memeluk Oriel.
Oriel ikut mengeratkan pelukannya. "Lau mau, kan?" tanya Oriel lembut, membuat Lauryn kian terbuai. "Harus mau. Iel maksa soalnya," lanjut Oriel membisiki Lauryn.
Argh! Gak romantis, tapi manisnya itu loh, batin Lauryn menjerit.
"Gak usah ditanya lah jawabannya pasti mau. Iya, kan mom?" tanya Anwar.
Oriel melepaskan pelukannya. Ia menatap wajah Lauryn penuh kasih. "Anak-anak REXITER's setuju, lo?" tanya Oriel merasa Lauryn tidak kian menjawabnya.
"ARGH!" teriak Lauryn, membuat Oriel dan anak-anak REXITER's lainnya terkejut. "CURANG! LO MINTA BANTUAN ANAK-ANAK BUAT DESAK GUE!" Lauryn memalingkan wajahnya dari Oriel, yang mungkin masih memerah malu. "Mana mungkin gue tolak."
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE (END)
Teen FictionCerita On Going ⚠️Dilarang Copas, Plagiat dan melakukan hal-hal seperti plagiarisme ⚠️ Argani Putra Oriel, lelaki yang selalu berani menghadapi bahaya dengan wajah bak malaikat. Persis sekali dengan namanya. Oriel akan menjadi orang pertama yang tur...