Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam ketika Katarina keluar dari kamarnya dan meninggalkan Welsen yang ketiduran. Mungkin karena dia lelah? Katarina menyempatkan diri untuk memberikan ikan-ikan peliharaannya makan malam sebelum dia turun ke bawah.
"Udah bangun?" Sam mendongakkan kepalanya menatap sahabat perempuannya yang baru turun dengan hoodie hitam besarnya itu.
"Udah," Katarina menguap, dia melirik ke arah jam dinding untuk menghitung berapa lama dia sudah tertidur.
"Gue udah lapar banget nih, pesen makan dong," ujar Dezel, dia melempar buku-bukunya dan membanting tubuhnya ke atas sofa.
Katarina sempat berpikir sebentar, "Nggak sehat kalo makan dari luar mulu, kasih gue lima belas menit. Gue masak. Lo pada bangunin Weel," dia berlalu ke dapur tanpa menunggu jawaban dari kedua curut yang selalu saja menyusahkan dirinya.
Langkah pertama yang dilakukan oleh Kat ketika sampai di dapur adalah mengambil bahan makanan dari dalam kulkas. Ketika dia menaruh perlengkapan dan peralatan masaknya diatas meja panjang, dia melihat roti tawar yang sepertinya bisa dia siapkan dulu untuk ketiga temannya itu. Tidak membutuhkan waktu lama bagi Katarina untuk menyiapkan roti panggang dengan ham didalamnya.
"Makan ini dulu, gue masak makan malam bentar," Katarina menaruh piring besar yang berisikan roti diatas meja ruang tamu.
"Lo masak?" Welsen menguap, dia memejamkan matanya lagi sembari duduk di sofa setelah dibangunkan oleh Dezel. Tangannya mengusap wajahnya yang terasa lembab akibat masker yang dia pakai tadi saat tidur.
"Nggak, gue beranak di dapur," sindir Katarina.
"Dasar gila," balas Welsen.
Setelah itu, Katarina kembali melanjutkan proses memasaknya selama dua puluh menit kedepan dengan diiringi oleh album SOUR oleh Olivia Rodrigo. Apakah kalian tau mengapa Katarina bisa berani untuk mengatakan kalau dia yang akan masak makan malam? Karena, dia sudah menghabiskan satu bulan kursus memasak saat dia menduduki bangku kelas sembilan tepatnya sepuluh hari sebelum orangtuanya berencana untuk memindahkan kantor pusat ke London dan pindah kesana. Ditambah dengan fakta kalau dia sudah tinggal bersama ketiga sahabatnya itu selama beberapa tahun, dia tau jelas standar rasa enak bagi mereka.
"Mau gue bantu nggak?" Sam tiba-tiba saja muncul dan menghampiri Kat yang baru saja menaruh bubuk cabai ke dalam Aglio Olio yang sedang dia buat untuk menu makan malam hari ini.
"Nggak perlu, udah mau selesai kok," jawab Katarina.
Sam menganggukan kepalanya paham, dia mengeluarkan biskuit dari kantong celananya untuk dia makan sambil menunggu sang koki selesai masak. "Muka lo udah mendingan?"
"Udah kok, lo nggak liat kalau kemerahannya udah hilang?" Katarina menjawab.
"Tadi gue sama Dezel sempet naik keatas, ke kamar lo," ujar Sam sambil mengunyah biskuitnya, "gue tau kalau kita udah tinggal bareng-bareng untuk waktu yang lumayan lama dan nggak pernah terjadi apa-apa ... tapi gue harap kalau lo dan Welsen nggak satu ranjang lagi."
"What?" Katarina mengerutkan dahinya dan terkekeh setelah itu, dia tidak mengerti mengapa Sam tiba-tiba saja mengatakan hal itu, "nothing happened."
"I know," Sam menganggukan kepalanya.
"Terus?"
"Gue takut kalau lo dan Weel pacaran,"
Belum sempat Sam menyelesaikan pembicaraannya, Katarina lebih dulu memotong dengan mengatakan, "Look,gue udah anggap kalian bertiga itu seperti kakak kandung gue yang udah jagain gue dari kelas sembilan dan sekarang kita sama-sama udah mau lulus. Jadi, kekhawatiran apapun yang lo dan Dezel pikirin tentang gue dan Weel itu nggak bakalan terjadi."
"Okay," Sam kembali menganggukan kepalanya. Sejujurnya dia hanya khawatir dan tidak mau kalau hubungan yang sudah terjalin lama dengan harmonis tanpa masalah yang serius harus berantakan hanya karena perasaan yang tidak masuk akal.
"Daripada lo ngelantur, mending lo bantu gue buat cobain Aglio Olionya. I think I add too much salt here,"Katarina menyodorkan garpu yang tadinya dia pakai untuk mencicipi makanan yang dia masak.
"Udah enak kok, mana ada keasinan," Sam memutar bola matanya jengah, dia cukup yakin dengan kemampuan masak yang dimiliki satu-satunya perempuan di rumah besar ini.
Katarina melebarkan senyuman bangganya, "I know," dia memang dengan sengaja membohongi Sam agar cowok itu berhenti untuk melamun dan memikirkan hal yang tidak-tidak. Langkah selanjutnya yang dia lakukan adalah memindahkan Aglio Olio yang dia masak ke dalam masing-masing piring.
"Besok pagi Bi Inah datang kan?" tanya Katarina.
"Datang sih harusnya, kenapa?" ujar Sam.
"Gue mau minta dia beliin roti," balas Katarina yang tangannya masih sibuk memindahkan makanan.
Sam melemparkan plastik biskuit kosongnya ke tempat sampah, "Roti apa? Mau gue aja yang beliin?"
"Roti Jepang," Katarina asal menjawab.
"Beneran roti Jepang? Roti Jepang yang biasanya lo pakai tiap bulan kan?" Sam mengerutkan dahinya bingung, dia paham betul kenapa softex disebut sebagai roti Jepang bagi kaum wanita.
"Nggak mungkin roti Jepang dong, Sam!" Katarina menggerutu.
"Terus roti apa dong?" Sam mengambil ponselnya yang ada diatas meja dapur, membuka aplikasi supermarket online untuk memesankan apa yang Katarina inginkan, "mau pesen apa jadinya? Gue pesenin sekarang aja biar lo besok Bi Inah nggak usah beliin buat lo. Jaman udah canggih, Kat."
"Sometimes gue lupa kalau kita seumuran," Katarina tertawa.
Sam yang mendengar itu tertawa dengan bangga, dia menaik-turunkan kedua alisnya, "Kenapa? Gue lebih pintar ya?"
"Kadang," ujar Katarina.

KAMU SEDANG MEMBACA
END OF THE ROAD
Teen Fiction---------------------------------------------- This work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia (Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia no.19 tahun 2002). Any reproduction or other unauthorised use of the written work...