"Lo itu pembawa sial! Lo yang udah menghancurkan persahabatan kita, dari awal itu semua salah lo, Kat! Harusnya lo itu nggak pernah gabung sama kita bertiga! Harusnya lo pergi aja ke luar negeri sama bokap-nyokap lo, ngapain juga lo disini!" teriak Sam, dia melemparkan piring bekas makannya ke bawah lantai posisi Katarina berdiri, persis dihadapannya.
PRANG! Piring yang dilemparkan oleh Sam itu pecah. Pecahan beling dari piring tersebut secara tidak sengaja mengenai beberapa bagian kaki Katarina, dia meringis kesakitan namun dia harus tetap bisa menahan semuanya.
"Sakit?!" tanya Dezel yang datang menghampiri ruang tamu, tempat dimana Katarina dan Sam bertengkar.
"Kalau ditanya orang itu dijawab!" teriak Welsen, cowok itu sedari tadi hanya menyimak di belakang Sam, dia tidak mau begitu ikut campur. Tapi, ketika Katarina tidak menjawab pertanyaan temannya, dia baru bertindak.
"G," Katarina ingin sekali menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan oleh ketiga temannya, tapi entah kenapa mulutnya terkunci rapat. Hal yang dilakukan oleh Katarina sekarang hanyalah menunduk dan sesekali menengadahkan kepalanya untuk menatap Welsen, meminta pertolongan yang naasnya tidak akan diberikan oleh cowok itu.
"Rasa sakit kaki lo," Sam tersenyum miring menatap kaki Katarina yang tergores oleh pecahan piring yang dia lempar tadi, "nggak lebih sakit dari pada kehancuran yang udah lo kasih ke pertemanan kita, Kat. Lo pantas untuk dapet itu, lo sangat pantas."
"Weel," Katarina berusaha untuk berbicara, tapi suaranya malah tercekat. Darah di kakinya sudah mulai mengalir keluar.
"Satu hal yang harus lo tau, Kat. Kita semua itu benci sama lo karena lo adalah penghancur dari segalanya. Egois, keras kepala, mau menang sendiri, manja, kita bertiga udah nerima semua sifat buruk lo selama bertahun-tahun, tapi sayangnya kita memutuskan untuk berhenti karena you consumed our body and soul, Kat," Sam meninggikan nada bicaranya dan menunjuk Katarina dengan telunjuk kanannya, "berteman sama lo itu toxic!"
—
"Sial!" Katarina tiba-tiba saja bangun dari tidurnya. Dia langsung membuka matanya begitu saja, tidak seperti biasanya. Keringat dingin sudah membasahi seluruh tubuhnya akibat dari mimpi buruk yang dia mimpikan. Katarina menghela nafasnya lega, ternyata dia hanya bermimpi. Tapi, ada satu hal yang mengganjal di hatinya.
Kenapa kejadian tadi seperti benar-benar terjadi, nyata?
"Kat, buruan mandi gih, pagi ini Bibi bikin bubur," Sam membuka pintu kamar Katarina tanpa meminta ijin dengan si pemilik kamar, "lo kenapa pucet gitu? Masih sakit?" Dia berjalan mendekat.
"Nggak kok, gue cuman mimpi buruk aja," jawab Katarina.
"Mimpi apa?"
"Nothing."
"Serius, Kat. Lo bisa ceritain mimpi lo sama gue."
"Nothing, Sam."
"Kat,"
"Sam, lo tau mitos yang bilang kalau kita menceritakan mimpi buruk yang kita alami itu bisa menjadi kenyataan?" Katarina bertanya, tiba-tiba saja dia kepikiran dengan mitos masa kecilnya itu.
Sebagai jawaban, Sam mengedikkan bahunya, "Gue nggak tau."
"Lo tinggal dimana sih, setan? Mitos kayak gitu aja bisa nggak tau," Katarina memutar bola matanya kesal.
"Nggak tau, but, fine, I'll take it—that mitos. Lo cepetan mandi sama siap-siap, sarapan udah disiapin dibawah. Hari ini lo nggak lupa kan ada apa di sekolah?" tanya Sam.
"Ada apaan sih emang di sekolah," Katarina mengusap wajahnya kesal, lalu dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, merasa ada yang janggal karena seragam yang biasanya diletakkan oleh Bibi di depan lemari tidak ada dan tergantikkan dengan seragam olahraga.
"Yes," Sam tau kalau Katarina sudah mulai sadar, "it's evaluation day. Tanggal 14," ada senyuman yang terpancarkan dari wajah Sam. Mungkin karena dia sangat menyukai hari evaluasi olahraga?
Tidak seperti Sam yang senang, Katarina malah berteriak kesal dan melempar dua guling yang ada di ranjangnya ke arah Sam, "Sial! Kenapa ada sih tanggal 14? Shit!" bayangan mengenai apa yang akan dia lakukan hari ini mendadak bermunculan di imajinasi Katarina. Dia segera mengenyahkan pikiran-pikiran tersebut, "Gue masih sakit, iya, gue masih sakit. Nggak bisa masuk sekolah. Gue demam."
"No excuses, Kat. Lo tau kalau guru olahraga kita nggak bakalan ngasih siapapun ijin sakit ataupun lainnya," ujar Sam. Sebelum dia mundur beberapa langkah menuju pintu kamar Katarina, dia mengembalikan dua guling yang sempat dilempar oleh Katarina dan berkata, "Gue dan yang lainnya tunggu lo dibawah ya. Setengah jam lagi kita harus berangkat."
"Ah, ngeselin," Katarina menghentakkan kakinya diatas ranjang tidurnya berkali-kali, dia benar-benar sangat membenci yang namanya hari evaluasi. Hari evaluasi adalah hari dimana tidak ada jam pelajaran apapun dan hanya difokuskan pada latihan fisik serta permainan dari berbagai cabang olahraga. Tidak lupa ditutup dengan kompetisi renang sebagai nilai tambahan. Membicarakan mengenai hari evaluasi saja sudah membuat darah Katarina mendidih. Kalau dia mempunyai satu kekuatan untuk menghilangkan satu tanggal di hidup ini, dia akan menghilangkan tanggal 14.
Katarina menghela nafasnya panjang, dia harus kembali pada kenyataan kalau dia tidak mempunyai kekuatan untuk menghilangkan tanggal 14. Jadi, hal yang dia lakukan selanjutnya adalah mengumpulkan kekuatannya untuk bangun dari ranjang dan pergi mandi. Lima belas menit kemudian, Katarina sudah keluar dengan kaos olahraga biru dongker dan hitam milik sekolahnya lengkap dengan celana pendek yang disponsori oleh Adidas.
"Sial," Katarina gagal mengikat rambutnya menjadi ikat satu tinggi karena karet yang dia gunakan putus. Dia melihat pantulan dirinya dari balik kaca dan memutuskan untuk menggerai rambutnya hari ini karena dia sudah tidak punya karet rambut cadangan lagi.
Dalam hatinya, Katarina berharap hari ini guru olahraganya tidak akan memberikan banyak latihan fisik yang nantinya akan melelahkan dirinya. Selain itu, dia juga berharap kalau hari ini dijauhkan dari insiden-insiden yang bisa menghancurkan harinya, seperti karet rambut yang menjadi awal dari harinya di tanggal 14.
KAMU SEDANG MEMBACA
END OF THE ROAD
Teen Fiction---------------------------------------------- This work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia (Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia no.19 tahun 2002). Any reproduction or other unauthorised use of the written work...