Banyak sekali yang berubah sejak kejadian kantin dan pertengkaran Sam dengan Katarina di depan pintu kamar mandi gym sekolah mereka. Sudah tiga hari tepatnya dan sama sekali tidak ada pergerakan dari mereka berempat. Katarina selalu menghindari setiap aktivitas dan percakapan yang dilakukan oleh ketiga temannya, sedangkan para kaum cowok itu juga menghindari Katarina ketika perempuan itu menolak untuk bicara.
Ketika kepala sekolah memanggil Katarina, Welsen dan juga Dezel untuk pemberian pidato singkat mengenai visi dan misinya agar dapat membuat para siswanya itu termotivasi, mereka bertiga hanya mengangguk dan sesekali tersenyum canggung tanpa adanya semangat seakan mereka tidak ingin menang dan pergi.
Selain itu, sudah tiga hari juga Katarina tidak pulang ke rumah dengan alasan ingin menghabiskan waktunya bersama Rosalinda yang masih berada di Indonesia karena dia harus fitting baju untuk pesta pembukaan cabang kantornya di Surabaya minggu depan.
"Kita nggak bisa kayak gini," Sam menggelengkan kepalanya, tekadnya sudah bulat ketika mengeluarkan pendapatnya ditengah-tengah sesi belajar mereka. "Kita harus bawa Katarina pulang."
"Dan apa yang bisa kita lakuin, Sam? You know her. Dia nggak akan pulang kalau memang belum ada alasan dia untuk pulang, mengingat kita udah menghancurkan alasannya sebelumnya," Dezel berkata, dia lalu menutup laptopnya setelah menyimpan file tugas Bahasa Korea yang sudah dia buat.
"Ya udah kalau gitu kita buat alasannya biar dia bisa pulang," kata Sam tanpa pikir panjang lagi.
"Kalau segampang itu kita bisa buat alasannya, udah pasti dari tiga hari lalu kita bawa dia pulang ke rumah tanpa harus menginap di hotel Mama Singa," Dezel mengganti nama Rosalinda dengan Mama Singa, julukan yang dibuat oleh anak perempuannya sendiri ketika acara tahun baru tahun lalu.
"Weel, menurut lo kita harus gimana?" Sam menahan nafasnya sambil menunggu jawaban dari yang teman-temannya katakan. Dia takut kalau tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk mengembalikan semua yang telah terjadi ini.
Welsen mengangkat kedua bahunya, "Gue nggak tau harus apa. We broke our glasses and there is nothing we can do, except earn that trust again. But, it could take a while."
"Gue nggak peduli selama apa kita harus berusaha untuk ngebuat dia percaya sama kita, I just want her back," ujar Sam, dia sangat merasa kehilangan jujur saja. Banyak hal yang dia lakukan di rumah selama tiga hari ini yang selalu berujung kembali pada memori dirinya dan Katarina, seperti makan di kolam renang walaupun pada akhirnya diomeli oleh Dezel karena telah membuat pembantu rumah mereka kerja extra untuk membersihkan kolam ataupun saat bermain billiard subuh-subuh.
"Kalau gitu apa yang harus kita lakuin dulu?"
"Nothing," Dezel yang menjawab pertanyaan Sam dan bukan Welsen karena cowok itu masih berpikir.
"Nothing?" Sam mengerutkan alisnya:
"Katarina, dia itu bukan perempuan biasa yang kalau marah harus dikasih kata-kata ataupun dibaikin. We have known her since we were a kid, dan setiap kali dia marah kita melakukan apa? Nggak ada kan?" Dezel bertanya dan menjawab pertanyaannya sendiri, "okelah gue setuju dengan kita yang harus earn that trust karena kita udah nutupin hal yang seharusnya kita nggak tutupin, tapi kalau kita baik-baikin, contoh kayak kasih makan or perhatian yang lebih, she will not come around. Not now and later."
Tidak ada pembicaraan apapun selama lima menit kedepan setelah apa yang dikatakan oleh Dezel, karena Sam dan Welsen masih berpikir apakah yang dikatakan oleh temannya itu benar.
Sam mengangkat bagel yang ada di meja depannya dan melahapnya, "Terus apa yang harus kita lakuin? Beneran nggak ngelakuin apapun? Terus gimana caranya dia bisa bersikap normal lagi ke kita?"
"Earn the trust by doing nothing, maksud gue do nothing-nya itu kayak jangan terlihat memaksa untuk melakukan hal itu. Tapi, bersikap kayak biasa aja. Contoh, kalau yang biasanya kita cuman temenin dia makan sate eventhough kita nggak suka sama asap sate, yaudah kita tetap temenin tanpa harus makan dan nggak perlu maksain diri kita untuk makan. Paham?" Dezel menjelaskan.
"Jadi intinya adalah bersikap biasa aja tanpa ada masalah? Bukannya itu juga yang kita lakuin tiga hari ini?" tanya Sam yang masih belum memahami strategi yang disarankan oleh Dezel.
"Pertama, lo yakin udah bersikap biasa aja? Let me remind what you did last night. Lo tiba-tiba aja ngasih cokelat kesukaan lo yang biasanya nggak pernah lo kasih ke Katarina," kemarin malam Katarina sempat pulang sebentar untuk mengambil lebih banyak baju lagi dari lemarinya karena Mamanya berencana untuk menetap lebih lama dari yang cewek itu kira. Lalu, Dezel menunjuk Welsen yang masih terdiam dan merenung, "Biasanya lo selalu marah ketika Katarina ngasih banyak makanan ke ikan satu, ikan dua dan ikan tiga. Tapi kemarin? You did nothing."
"Dan? Inti dari semuanya apa?" Sam bertanya.
"She hates extra attention and privilege yang orang lain kasih ketika ada masalah sama dia, and you guys did both of them, jadi nggak heran kan kalau usaha do nothing kita nggak berhasil selama tiga hari kemarin," ujar Dezel. Dia lalu menoleh ke Sam untuk menjawab pertanyaannya yang lain, "semuanya butuh waktu dan tiga hari bukan waktu yang tepat untuk mengembalikan semuanya seperti sediakala."
"Ah," Sam menganggukan kepalanya tiga kali, dia sudah mulai paham dengan apa yang dimaksudkan.
"Gue percaya kalau suatu hari Katarina akan kembali lagi sama kita." Dezel percaya diri dengan apa yang dia katakan, dia berdiri dari tempat duduknya dan memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung, "sekarang waktunya Katarina minum susu, ya kan?"
Sam mengecek jam yang ada dipergelangan tangannya, "Ah, lo bener."
"Kalau gitu bukannya lebih baik kita kasih susu hangat buat dia? Biasanya lo yang buat kan, Weel?" Dezel berjalan ke arah dapur dan membalikkan badannya ketika menyebut salah satu nama temannya itu, "it's your time to be the first one yang mencoba untuk melakukan hal yang biasanya."
"Tapi dia nggak ada disini sekarang, buat apa gue bikin susu?" Welsen bertanya.
"Lo tau hotel yang jadi tempat tinggal sementara Kat, kan?"
"Ya."
"Bawa kesana."
KAMU SEDANG MEMBACA
END OF THE ROAD
Teen Fiction---------------------------------------------- This work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia (Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia no.19 tahun 2002). Any reproduction or other unauthorised use of the written work...