ENAM PULUH DUA

7 3 0
                                    

Satu hal yang belum diketahui oleh siapapun kecuali Katarina. Alasan lainnya yang membuat Katarina mundur dengan cepat dari hubungannya dengan Welsen adalah ketakutannya atas tindakan cowok itu dalam melindungi orang yang dia sayang. Melihat apa yang terjadi kepada Jacquine, membuat dirinya sadar kalau Welsen adalah orang yang menyerah begitu saja ketika ada orang yang berusaha untuk merebutnya, dan sebagai perempuan yang sebelumnya belum pernah jatuh cinta pada siapapun, Katarina takut. Dia takut akan berakhir seperti Jacquine.

Meskipun begitu, dia hanya memutuskan hubungan percintaannya saja. Dia tetap akan berteman dengan Welsen, Sam dan Dezel. Dia akan tetap ada ketika mereka butuh, hanya statusnya saja yang berbeda. selain itu, dia sempat bertemu dengan Jacquine ketika sedang menghampiri ruang UGD, tepatnya ketika Jacquine sedang ditangani oleh dokter dan perawat.

Mungkin ini akan terdengar aneh dan tidak masuk akal, tapi dia melihat cahaya yang menerangi tubuh Jacquine dan ada rohnya yang sedang tersenyum ke arahnya sambil berkata, "Take care of him while letting him go. Inget apa yang pernah Mama bilang." Setelah mengatakan hal itu dan menghadap ke arah Katarina, mesin detak jantung Jacquine langsung saja berhenti dan menunjukkan garis panjang.

Setelah kembali dari rumah Jason, Katarina sudah berdiri di depan figura besar yang dia pajang di ruang tamu apartmen barunya. Figura tersebut menunjukkan empat keluarga besar yang masih bisa tersenyum dengan lebar tanpa adanya konflik dan kesibukkan yang melanda mereka semua. "Even if it seems beautiful together, you have to know when to let someone shine alone," dia mengucapkan kalimat yang dikatakan oleh Jacquine pada saat Katarina berumur delapan tahun, "aku udah ngelakuin apa yang Mama bilang."

"But it hurts ..."

Kembali, Katarina mengeluarkan air matanya ketika mengenang apa yang pernah disampaikan oleh orang yang sudah hadir dan peduli padanya sejak dia kecil, yang selalu menemaninya pergi ke konser BTS dan menelponnya pukul tiga dini hari untuk bercerita mengenai masa kecilnya. Kedekatan Katarina dan Jacquine memang tidak perlu diragukan lagi, bahkan Kat lebih dekat dengan Jacquine daripada kedua orangtuanya karena mereka selalu memiliki topik untuk dibahas ketika bertemu ataupun berbicara.

Ketika Katarina menangis, dia kembali mengingat berbagai kejadian yang membuatnya semakin yakin kalau pilihannya sudah tepat untuk meninggalkan semuanya. Dia menutup mulutnya dengan tangan kanannya dan menjatuhkan dirinya sendiri ke lantai ruang tamu yang dingin, "Why am I feeling like this ketika aku yang mengakhiri semuanya?"

"Ma, harusnya aku nggak ngerasain ini kan?"

"But why am I feeling like shit?"

Beberapa saat kemudian, ada bunyi telepon yang terdengar dari kamar Katarina, membuat cewek itu berlari untuk menangkat panggilan tersebut. "Kenapa harus sekarang? Gue sedari tadi menunggu untuk tanya pertanyaan ini sama lo and here we are. Kenapa harus sekarang? Kenapa harus lo putusin dia tanpa adanya alasan yang jelas? Kenapa di saat dia rapuh lo harus pergi? Lo jelas tau kalau dia butuh lo untuk bertahan di saat kayak gini," ujar Sam dari balik teleponnya.

Katarina menghembuskan nafas yang sudah dia tahan dari beberapa detik lalu, "Gue rasa gue nggak butuh untuk jawab pertanyaan ini disaat gue udah jelasin semuanya tadi. It is crystal clear, Sam. I am leaving him for good."

"Jawaban lo nggak menjawab pertanyaan gue, Kat."

"Terus gue harus jawab apa? Jawaban apa yang pengen lo dengar?" sinis Katarina, dia terlalu lelah saat ini untuk menjawab pertanyaan yang jelas sudah ada jawabannya. Tangan kanannya dia gunakan untuk membuka kotak obat yang ada di meja riasnya sedangkan tangan kirinya dia gunakan untuk memegang ponselnya. "Gue cape, Sam. I can not talk about this over and over again. Jawaban apapun yang pengen lo dengar, nanti aja ya?"

END OF THE ROADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang