Satu hal yang pasti dan disadari oleh Sam setelah dia berbicara dengan Katarina di dapur saat mereka mengambil pirinng makan untuk sate yang mereka pesan adalah Katarina memegang peran penting dan menjadi alasan kenapa Welsen masih tenang tanpa melakukan apapun setelah mengetahui rahasia besar itu.
Saat ini, mereka berempat sedang berkumpul di ruang tamu untuk menentukan film apa yang akan mereka tonton malam ini karena memang jadwalnya hari ini untuk bersantai.
"Pengen nonton yang horor, komedi, atau thriller?" tanya Dezel yang baru saja duduk di ruang tamu menyusul ketiga temannya.
"Agak rollercoaster ya," ujar Katarina tanpa sadar membuat ketiganya melihat ke arahnya, dia yang menyadari tatapan bingung dari mereka langsung aja menjelaskan, "tadi lo ngomong. Habis horor, komedi, lalu thriller. Kayak rollercoaster, naik turun."
"Ah, otak gue lagi koslet keknya buat humor receh. Jadi kurang nangkep," gumam Dezel.
"Ya," gumam Katarina, dia berdeham lalu mengambil tempat di bawah sofa dan di depan meja kecil yang memudahkan dirinya untuk mengambil ponsel yang ada di meja tersebut. Beberapa detik kemudian, ponselnya berbunyi dan ada notifikasi pesan yang masuk. Dia adalah Jason, cowok yang menjadi alasan kenapa hidupnya sekarang kembali diujung tombak permasalahan.
"Nggak usah dibales," Tanpa sadar Welsen sudah duduk tepat di belakang Katarina dan mengintip pesan tersebut. "Cowok nggak jelas itu nggak usah diurusin."
"Weel," panggil Katarina cemas, dia tau kalau Welsen dan Jason masih belum mengenal satu sama lain, tapi bukannya akan menjadi awal yang buruk bagi kedua saudara tersebut dengan saling bermusuhan seperti ini?
"Apa?" Welsen menatap Katarina tajam seakan cowok itu sudah tau apa yang akan keluar dari mulut cewek itu, "don't you ever think to make me love him, or even like him. Karena itu nggak akan mungkin terjadi. Do you understand me?"
Ah, sudah tertolak rupanya. Katarina menghembuskan nafasnya. "He is your brother."
"Not until you explain that—apapun yang mau lo jelasin ke gue nantinya mengenai cowok brengsek nan mesum itu," kata Welsen dengan pembawaannya yang tenang namun masih ada nada kesal kalau didengarkan lebih teliti dan jelas lagi. Lalu, dia menoleh ke kedua temannya, "Lo belum tau kan mengenai kejadian UKS?"
"Kejadian UKS?" Sam dan Dezel mengernyitkan dahinya heran. Yang mereka tau hanya mengenai rumor bahwa Jason adalah saudara Welsen, entah kandung atau tiri. Namun, mereka percaya bahwa rumor tersebut bukanlah sebuah rumor jika itu keluar dari mulut Katarina.
"Weel, shut your mouth. Don't you ever," ancam Katarina yang diabaikan begitu saja.
"He tried to rape her."
"Apa?!" Sam berdiri dari tempat duduknya dan membanting remot televisinya dengan marah.
"Siapa yang mau rape siapa?" tanya Dezel, wajahnya sudah merah padam saat ini. Tangannya sudah siap untuk memukul siapapun yang disebut namanya oleh Welsen nanti.
"Jason tried to rape her," Welsen menunjuk Katarina yang juga marah, tapi bukan kepada orang yang disebut oleh Welsen, namun marah kepada si pembawa berita.
Sam menatap kesal ke arah Welsen. Dia begitu marah sampai dia tidak bisa mengatakan apapun, selain memikirkan caranya untuk membunuh seseorang tanpa harus masuk ke dalam penjara. Atau, kalau sampai dia harus masuk penjara karena membunuh orang yang berusaha untuk menyakiti keluarganya, ia akan dengan senang hati masuk ke dalam sel.
"Dia nggak berusaha untuk lecehin gue kok," Katarina menyudahi acara tatap-tatapannya pada Welsen dan mengabaikan perasaan kesalnya terhadap cowok itu. Hal yang harus dia lakukan saat ini adalah menenangkan kedua sahabatnya yang tentu saja marah.
"Dia udah ngelakuin apa aja sama lo, Kat?! Dia sama sekali nggak berhasil kan?" Sam bertanya, dia lalu menggelengkan kepalanya , "it doesn't matter. Yang terpenting adalah niatnya yang busuk karena udah berusaha untuk melecehkan lo." Dia melirik ke Dezel, "lo tau rumah dia dimana kan?"
"Gue nggak tau, tapi gue bisa nanya ke anak sekelasnya. Let's go," Dezel lalu berjalan meninggalkan ruang tamu bersamaan dengan Sam dan emosinya.
Sedangkan, Welsen malah duduk santai melihat apa yang memang dia sudah duga. Katarina yang panik entah harus berbuat apa dan Sam serta Dezel yang akan bertindak, menyelesaikan pukulannya tadi siang yang masih belum terselesaikan dengan bonyok yang banyak.
Katarina menatap marah Welsen, "Lo sadar sama apa yang lo lakuin kan? Lo tau kalau itu hanya akan menambah masalah yang ada. Iya kan?"
"No, to be very honest ... mereka berdua pantas untuk tau apa yang cowok brengsek itu lakuin ke lo, sahabat mereka. Gue salah dimananya?"
"Lo nanya salah lo dimana, Weel? Are you fucking kidding me?"
"Apa yang gue lakuin itu bener. Gue nggak berusaha untuk nyembunyiin apapun dari sahabatnya."
"Really?"
"Apa?"
"Lo beneran baru aja nyinggung mengenai gue yang nyembunyiin rahasia ke lo? Jujur aja ya! Gue bener-bener cape dan muak sama apa yang terjadi saat ini. Permasalahan yang sama sekali nggak selesai. Lo kira gue nggak cape? Lo kira gue nyantai-nyantai aja tanpa mikirin apa yang harus gue lakuin, iya?
Gue cape, Weel. Gue cape. Permasalahan antara hubungan lo sama gue aja belum selesai, gue belum selesaiin validasi perasaan gue sama lo dan Abigail. Terus, gue belum tau harus gimana kedepannya sama rahasia yang udah gue pegang selama beberapa bulan ini mengenai lo dan Jason. Dan apa? Lo malah nambahin masalah baru mengenai kejadian tadi siang? Really, Welsen? Really?"
Katarina menarik rambutnya ke belakang agar tidak menutupi wajahnya yang sudah merah padam, "Are you trying to kill and raped me too? Karena menurut gue, lo dan Jason sama aja. Cuman bedanya, Jason langsung to the point sedangkan lo perlahan-lahan trying to do that."
KAMU SEDANG MEMBACA
END OF THE ROAD
Teen Fiction---------------------------------------------- This work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia (Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia no.19 tahun 2002). Any reproduction or other unauthorised use of the written work...