EMPAT PULUH TIGA

8 2 0
                                    

Keadaan begitu hening ketika Katarina meminta ketiga sahabatnya untuk bertemu dengannya di kantin sekolah pada jam makan siang. Hari ini hari jumat minggu keempat yang artinya adalah hari kerja bakti bersama. Sedari pagi, mereka semua sudah disibukkan untuk membantu program kerja bakti sekolah yang memang selalu digelar pada minggu keempat setiap bulannya.

Katarina mengusap peluhnya dengan handuk yang diberikan oleh Welsen, tanpa cowok itu berkata apapun juga Katarina sudah tau tujuan dan maksud Welsen saat memberikannya handuk kecil berwarna hijau tua saat sampai di kantin.

"Sam lagi jalan kesini, dia tadi dipanggil sama Meisya dari 12-6 dulu," Dezel memberitahu ketika alis Katarina meninggi melihat dirinya.

"Ah," Katarina menganggukkan kepalanya, lalu dia mengeluarkan tiga bungkus cokelat yang sudah dia persiapkan dan ia taruh diatas meja.

Tidak lama kemudian terdengar derap langkah dari laki-laki yang sudah penuh keringat dari arah depan pintu kantin, dia berlari sekuat tenaga dari ruang guru sampai kantin. Membutuhkan waktu lima menit baginya untuk sampai berlari di tempat yang sudah ditentukan oleh teman yang memang sudah sangat dia ... rindukan.

"Can you tell us why we are here today?" Welsen melipat kedua tangannya di depan dada dan bertanya. Sedangkan Sam, cowok itu langsung memeluk Katarina tanpa perlu berbasa-basi lagi. "I miss you," ujarnya.

Jujur saja, ketiadaan Katarina dirumah membuatnya sangat merindukannya cewek itu. Ternyata, apa yang dikatakan oleh orang-orang mengenai pepatah, "Kamu akan merindukannya ketika orang tersebut meninggalkanmu," itu semua benar.

"I just want to say how sorry I am for being childish," Katarina melepas pelukannya dan Sam, menundukkan kepalanya, "perbuatan dan ucapan gue kemarin emang bener-benar nggak bisa dibenerin, tapi I just want you guys to know how sorry I am. Gue bener-bener minta maaf, for a second I doubt yall and question about everything," dia mengalihkan pandangannya ke arah Welsen, "gue meragukan ketulusan lo buat ngatur kita, you are not selfish. Sometimes, you were right about things," melanjutkan pandangannya pada Sam, "lo juga nggak seharusnya denger hal yang sama sekali nggak harusnya lo denger. I was wrong."

"Kat ..."

"Gue bener-bener minta maaf. Gue paham sama apapun alasan yang kalian pake buat nutupin semuanya, tapi gue harap kedepannya nggak akan ada yang kalian tutupin lagi dari gue," ujar Katarina, "apapun itu," tatapannya menunjukkan bahwa dia serius dengan apa yang dia pinta.

Sam, Dezel dan Welsen tifak bisa membuka mulutnya karena mereka paham betul bahwa perempuan yang ada didepannya saat ini pasti tidak akan membiarkannya untuk berbicara sebelum dia selesai.

"Untuk kompetisi, gue denger dari Charles tadi pagi kalau semuanya dibatalin," Katarina melanjutkan, dia mulai sedikit-dikit menaikkan wajahnya agar dapat menatap lurus ke arah teman-temannya. Menggunakan tangannya dia memberikan isyarat bagi Sam untuk duduk diseberangnya bersamaan dengan Dezel dan Welsen.

"HAH?" teriak Dezel tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Lombanya dibatalin?

"Bentar, jadi kita berantem over nothing?" tanya Sam dengan kerutan alis yang begitu tinggi.

Katarina menganggukan kepalanya. Tadi pagi saat dia menghampiri Charles untuk mengembalikan dompetnya yang tertinggal di jaketnya, dia menemukan barang yang bukan miliknya. "Karena pemerintah Jepang nggak bisa jadi host kompetisi itu, makanya dia batalin dulu for a while sampai ada berita lanjutan lagi."

"Jadi kita beneran berantem over nothing," Sam menundukkan kepalanya menyesal dan marah di saat yang bersamaan. Dia cukup yakin kalau dirinya benar-benar tiga hari yang lalu dan selalu menginginkan ketidakadaan lomba tersebut, tapi entah kenapa ketika dia mendengar doanya terwujud ... dia begitu marah dengan hal yang sia-sia itu.

"Ya," Katarina menganggukan kepalanya dengan yakin dan menyipitkan matanya menatap Sam, "but that is not the whole point of our issues."

"Iya, tapi gue kesel aja," jawab Sam jujur.

"So sorry, tapi gue pengen nanya ke lo, Kat," Dezel mengarahkan pandangannya pada Katarina, dia menunjuk cokelat yang ada di meja,"kalau kita ambil cokelat ini, will you accept our apologize and comeback home?"

"Comeback home? Home?"

Tatapan dari ketiga cowok yang berhadapan langsung dengan Katarina mendadak panik, bingung, dan heran ketika perempuan yang sebetulnya niat mereka ajak balik ke rumah malah mempertanyakan hal tersebut.

"I don't have home," jawab Katarina singkat.

"Apa?"

"Jadi, lo nggak pernah anggap Rusy itu rumah?" Dezel dan Sam yang bertanya karena satu cowok yang duduknya agak lebih jauh itu menatap rapat bibirnya karena memang dia merasa tidak wajib untuk memberikan reaksi akan hal tersebut.

Sam menunjuk dirinya dan kedua temannya dengan menggunakan telunjuk kanannya, "Jadi, gunanya baikan sama kita apa?"

"Biar lebih tenang," jawab Katarina dengan raut wajahnya yang santai tanpa merasa adanya perasaan bersalah.

"Apa?"

"Selama tiga hari gue keluar rumah, tidur gue nggak nyenyak sama sekali karena nggak ada kalian. Selalu kepikiran kalian, tapi gue nggak mau pulang," Katarina mengeluarkan ponsel dan sticky notesnya. "Bercanda! Hahaha!" dia menunjukkan sticky notesnya yang berwarna kuning dan bertuliskan BOHONG didalamnya.

"Sial," umpat Welsen pelan namun masih terdengar oleh Sam dan Dezel yang ada disampingnya. Dia menghela nafasnya lega setelah beberapa detik yang lalu, dia lupa bagaimana caranya bernapas.

Dezel menoleh, "Hampir jantungan juga kan lo?"

"Nggak," Welsen mengalihkan pandangannya, pura-pura kalau dia sama sekali jauh dari apa yang dituduhkan oleh Dezel, gengsi. Biasalah.

"Bohong," Dezel menyipitkan matanya dan memukul lengan sahabatnya bercanda.

"Well, you guys deserve that kinda heartattack," Katarina merekahkan senyumannya. Dia mengepalkan tangannya dan menyodorkannya pada ketiga temannya satu persatu sebagai bentuk bahwa, ya, dia sudah berdamai dengan mereka dan ... dirinya sendiri yang sudah meragukan persahabatannya. "Let's go home, shall we?" dia tersenyum kembali.

"Ya, welcome back, Kat."

END OF THE ROADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang