ENAM BELAS

10 2 0
                                    

Seluruh murid sudah dikumpulkan di lapangan indoor dan diinstruksikan untuk berbaris sesuai dengan kelas mereka masing-masing. Cuaca pagi ini benar-benar sesuai dengan dugaan dengan teriknya sinar matahari pagi yang menyinari lapangan indoor dari balik kaca.

"Sumpah! Panas banget didepan!" Katarina menunjuk area luar lapangan indoor dari balik kaca besar belakangnya.

"Belum begitu panas itu," ujar Welsen, cowok sok keren itu mengatakan hal yang kalau didengar oleh perempuan lainnya bisa-bisa dia kena pukul.

"Lo gila sih, asli," Katarina menggeleng tidak percaya. Menurutnya, matahari didepan itu sudah terik. Dia bahkan sudah mengecek kalau suhu saat ini sudah mencapai tiga puluh lima derajat, cukup panas bukan?

"Gue cuman berharap hari ini nggak banyak latihan fisik, gue cape banget hari ini," Dezel berbicara, rupanya karena kemarin malam sempat tidur dengan posisi yang tidak jelas di kamar Katarina, badannya menjadi pegal-pegal ketika dia balik ke kamarnya.

"Gue juga," Katarina memajukan bibirnya, dia menyenderkan kepalanya pada Sam yang ada disampingnya karena baris mereka bersebrangan, "pegel."

Sam terkekeh kecil melihat kepala Katarina yang ada di bahunya sekarang, dia mengulurkan tangannya untuk menepuk-nepuk bahu temannya itu dan berkata, "Feeling gue hari ini sih kita bakalan lari keliling lapangan lima belas kali, abis itu lanjut sama latihan fisik lainnya kayak push-up, plank, sit-up dan lainnya."

"Ah! Gila! Gue nggak mau!" teriak Katarina, membayangkan apa yang dikatakan oleh Sam saja badannya sudah lelah, apalagi melakukan itu semua.

"Gue denger-denger kalau habis sakit itu wajib olahraga biar badannya nggak mudah sakit, imun lo kemarin turun gara-gara sakit," ujar Welsen yang membuat Katarina menoleh ke posisi cowok itu di belakang.

"Jadi?" Katarina menjawab dengan tidak niat.

"Ya, harus olahragalah," Welsen berkata.

"Gue benci lo," Katarina menajamkan penglihatannya pada wajah Welsen yang sangat menyebalkan, dia menunjuk cowok itu dan berkata, "sekarang gue tau kenapa gue selalu menjawab gue nggak akan pernah mau jatuh cinta sama lo, padahal kita udah temenan lama banget."

"Kenapa?" Dezel yang bertanya, sedangkan yang sedang dibahas hanya menjawabnya dari tatapan.

"Karena lo kejam, nggak perhatian, bukan tipe gue intinya. Kalau lo membela gue dan memberikan satu alasan masuk akal—kecuali sakit karena alasan itu pasti bakalan ditolak, untuk gue biar gue bisa bolos hari ini, I will fall in love with you, deeply," ujar Katarina, dia kemudian kembali bermanja-manja untuk menyenderkan kepalanya di bahu Sam yang kekar.

"Siapa juga yang mau lo jatuh cinta sama gue," Welsen berdecih, dia mengalihkan pandangannya pada perempuan-perempuan yang sekarang sedang menatapnya kagum, "lagipula masih banyak perempuan lainnya yang jatuh cinta sama gue tanpa harus gue kasih satu alasan buat ijin hari ini."

"Kenapa jadi saling sindir sih," Dezel terheran-heran, dia mengeluarkan ponselnya dengan segera setelah mendapati panggilan dari salah satu cewek yang sedang dia dekati.

"Siapa?" Katarina yang melihat Dezel menelfon seseorang.

"Ya? Sabtu ini ya?"

"..."

"Boleh," jawab Dezel pada orang yang ada dipanggilan tersebut.

"..."

END OF THE ROADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang