TIGA PULUH

13 4 0
                                        

Sepuluh tahun yang lalu,

            "Menurutmu, apa kita bisa menjadi seperti mereka?" Anak perempuan dengan gaun hitam menunjuk kedua pasangan yang baru saja berciuman setelah mengikat janji manis mereka dihadapan para tamu undangan.

            "Ya," para laki-laki yang ada disebelahnya menganggukan kepala mereka secara bersamaan, menutup mata mereka dengan kedua tangan setelah itu. "Kita tidak boleh melihatnya, Ri."

            "Kenapa?" Anak perempuan itu bertanya, dia tidak merasa ada hal yang harus membuatnya menutup kedua matanya dengan tangannya, seperti yang dilakukan oleh ketiga pria yang telah menjadi temannya sejak dia masuk ke taman kanak-kanak.

            "Ri, kamu tau," Laki-laki dengan dasi kupu-kupu dan mata kecokelatan itu membuka telapak tangan yang menutupi matanya untuk sementara waktu, tapi dia tetap menutup matanya dan menoleh ke arah perempuan itu, "kita belum cukup umur untuk melihat semua itu."

            "Semua itu?" Alis perempuan itu mengerut, tidak paham dengan yang disampaikan.

            "They are kissing, for God's sake, Ri," ujar anak laki-laki yang berumur delapan tahun itu.

            "Ah," Perempuan dengan gaun hitam itu menganggukan kepalanya tapi tidak berniatan untuk menutup matanya sampai pada akhirnya Sam kecil yang melakukan hal itu untuk Katarina. "I still don't understand why we should close our eyes when someone's in front us kissing," kata Katarina yang menaruh tangan kanannya ke dalam kantung kecil yang ada di gaun hitamnya itu.

            "Because we are still eight years old, Ri," Welsen kecil berkata, dia lalu mengintip sedikit untuk mencari tau apakah dia dan teman-temannya itu sudah boleh membuka matanya. "Sudah, open your eyes, guys."

            "Right," Dezel melepas kacamata hitam yang dia gunakan pada malam ini, guna untuk mendukung pakaiannya hari ini yang bertemakan iron man, karakter favoritnya yang terlihat sangat gagah itu.

            "Funny how we close our eyes ya," ujar Katarina.

            "It's not funny, Ri. Kita memang harus melakukan hal itu, we are not old enough to see that kinda scene," Welsen menjelaskan, dia mendekat ke arah Katarina yang sekarang sedang merogoh kantungnya untuk mencari makanan ringan favoritnya yang sudah disiapkan oleh salah satu pembantu rumah perempuan itu agar dia tidak bosan di acara pernikahan pamannya pada malam hari ini. "Nyari chocoball?"

            Katarina mengangguk, melanjutkan pencahariannya.

            "Makan punya aku aja," Welsen mengeluarkan tiga bungkus chocoball yang ada di balik kantung celana bahannya, "I have three chocoballs."

            "Ah, thanks," Katarina menerima pemberian sahabat cowoknya itu, kemudian satu pertanyaan terbesit di pikiran Katarina yang pada saat itu masih berumur tujuh tahun, delapan hari lagi dia akan berulangtahun yang ke delapan. "Kamu pernah bilang kalau kamu nggak suka chocoball, and why you have this in your pocket?"

            "Are you in love with her?" Dezel menerka-nerka, dia juga merasakan hal ganjil dengan apa yang dibawa sahabatnya saat ini. Awalnya, dia pikir bahwa Welsen hanya kebetulan membawa chocoball yang pada akhirnya malah diberikan pada Katarina, tapi sepertinya tidak?

            "Hahaha, you think too much, don't you think so?" Welsen menjawab. Dia mengedarkan pandangannya untuk mencari seseorang yang sudah sangat dia rindukan, dia adalah Rebecah Montana, anak perempuan tunggal dari keluarga Montana, darah biru.

END OF THE ROADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang