ENAM PULUH TUJUH

10 2 0
                                    

Lima tahun kemudian, London.

"Kamu sadar betul kalau sekarang adalah musim semi yang artinya sudah waktunya kamu untuk pulang ke Indonesia kan? Sudah dua musim semi kamu lewatkan dan tetap menetap di London. You are a grown up woman, Kat. Come on, ngambek hanya karena tidak ada yang datang ketika kamu acara kelulusan? What a fool, don't you think?"Camille, sahabat Katarina dari lulusan Oxford melempar baju yang ada di keranjang cuciannya ke wanita yang sekarang sedang bersantai di kursi pijatnya.

"To be fair, I didn't say the year. Aku cuman bilang musim semi, nggak salah dong? Kalau aku mau pulang di musim semi tahun depan juga masih bisa kok," balas Katarina yang jengah. Sudah satu minggu dia diocehkan oleh ocehan yang sama dan tentu saja dari orang yang sama juga.

"Weel, he called you," ujar Camille, "dozen times."

"He did?"

"Yeah, once I answered the call and he said that he will drag you from London to Indonesia with a handcuff on your hands," ujar Camille dengan nada yang sudah dia tujukan untuk menakuti sahabatnya itu.

Katarina lalu terkekeh dan bangkit dari bangku pijatnya untuk mengambil kotak sereal yang ada di lemari dapur apartmen yang baru saja dibeli oleh Camille setahun yang lalu. "You do realize that he is a freaking resident, right? He has no time to come here dan bawa aku kembali ke Indonesia. Plus, kamu juga tau kalau dia masih hutang sama aku kan?"

"Maybe, I don't know," Camille mengangkat kedua bahunya, "tapi yang jelas aku tau adalah ada kemungkinan yang sangat besar untuk dia datang ke London dan melunasi hutangmu itu. Maybe, it's time for him to introduce himself as a man, like what he promised you when you left."

Camille jelas tau apa yang terjadi pada saat hari dimana keberangkatan mereka dari Indonesia ke England untuk belajar ke Oxford. Dikarenakan Camille dan Katarina menggunakan satu agensi pendidikan yang sama, mereka mendapatkan keuntungan untuk bertemu lebih dahulu dan melanjutkan pertemenan mereka dari Indonesia ke England.

"Yeah, whatever, tapi yang jelas dia masih jadi temanku saat ini dan I fucking hate that status. If you were me, you would hate that too, right?" tanya Katarina, jangan tanya seberapa kesal dirinya karena telah menunggu bertahun-tahun untuk perkenalan mereka dengan status yang baru. Jujur saja, ketika dia memutuskan untuk menunggu cowok itu pulih, dia tidak tau kalau cowok itu membutuhkan waktu yang sangat lama.

"Pertama, hal yang kamu lakukan dengan Welsen, whatever it is, nggak akan pernah terjadi dihidupku," jawab Camille, dia lalu tersenyum karena mengingat laki-laki yang tengah menjalani hubungan jarak jauh dengannya, "Dezel bukanlah Welsen. He is not an idiot by wasting time to heal himself and by himself. Harusnya healing itu bisa dilakuin secara bareng-bareng."

Ya, kalian tidak salah. Dezel dan Camille memang menjalani hubungan jarak jauh karena saat ini Dezel tengah melanjutkan studi masternya di University of California. Hubungan mereka tengah berjalan selama empat tahun sejak kunjungan Dezel terakhir kali ke England.

"Ah, aku lupa," Camille melupakan sesuatu, dia lalu tertawa setelah itu, "it's your idea to be like this."

"Fuck you!" seru Katarina dengan sebal, dia meraih ponselnya untuk mengabadikan semangkuk sereal yang ada didepannya saat ini.

"Dezel will come to London," ujar Camille. Semalam, kekasihnya itu mengabarkan kalau dia akan berkunjung ke London untuk liburan musim semi selama satu minggu, lalu kembali ke California. "He also will be here."

"He? Dezel dan Sam?" tanya Katarina.

"No," Camille menggelengkan kepalanya, "what I meant is Welsen."

"Oh ya? Bukannya dia sekarang lagi di Indonesia? Residen di rumah sakit milik Papanya sekarang kan?" tanya Katarina, dia tentu saja tidak tau begitu jelas mengenai kabar cowok yang sudah sangat jarang memberikannya kabar.

"Yes, tapi sekarang dia lagi ada di California buat bantu tim kepala dokter untuk ngobatin anak perdana menteri," jawab Camille.

"Woah, residen tapi udah jalanin tugas yang berat ya? Kayaknya saking beratnya sampai nggak bisa kasih aku kabar," sindir Katarina. Jangan heran kenapa dirinya tidak biasa menggunakan panggilan gue-lo kepada Camille, karena memang sudah seperti itu sedari awal dan kalau diubah akan menjadi canggung bagi mereka berdua.

Camille yang tidak mau terjadi kesalahpahaman langsung saja menjelaskan dan memberitahu yang memang dia ketahui, "Aku tau semuanya dari Dezel, he told me about this last night. Dan, dia juga bilang kalau Welsen bener-bener kerja keras untuk bantu seniornya untuk melakukan tugasnya."

"Yeah, of course, for his own good," sindir Katarina lagi.

"No, dia ngelakuin itu buat dapatin libur selama satu minggu juga biar bisa ke London sama Dezel," ujar Camille, "me and Dezel assumed that he wants to meet you so badly sampai yang berani untuk risk all of his career. We all know for sure kalau siapapun yang berani membahayakan nyawa anak perdana menteri, he will be cut from the team dan tentu aja ijin medisnya juga akan dicabut. In addition, we are talking about the daughter from United States Prime Minister here."

END OF THE ROADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang