"Lo nggak pernah bilang mengenai apa yang Welsen bilang tadi pas di cafe, Kat," Sam memasukkan kedua kakinya ke dalam air di kolam renang, tempat dimana Katarina sekarang sedang duduk sendirian sampai dirinya datang.
"Ah," Katarina menoleh sejenak dan kembali fokus pada air yang mengalir.
"Kat, you know that you can tell me anything, right?"
"I know."
"Jadi, kapan kejadian itu terjadi? Apa saat gue ingetin lo untuk nggak ada hubungan apapun sama siapapun yang ada di rumah ini?"
"Sebelum itu," Katarina menjawab dengan penuh keyakinan mengenai ingatannya.
"Sebelum itu?"
"Beberapa bulan sebelum kejadian lo ingetin gue mengenai hubungan percintaan dari pertemanan kita," Katarina menjelaskan, tangannya dia masukkan ke dalam kantung hoodie merah yang dia pakai. Kedua tangannya saling bertemu dan menyatu.
"And?"
"And I said no, and funny how he reminds me about what I said earlier." Katarina kembali mengingat apa yang terjadi pada saat itu, "my concerns ... selalu sama. Kalau aja gue dan Weel pacaran, itu pasti bakalan bisa memengaruhi semuanya, iya kan?"
"..."
"Ya, pada saat itu dia okein ketika gue bilang mengenai kekhawatiran gue yang tentu aja masuk akal. And ... ternyata hari ini, dia bilang kalau dia yang mau nanggung semuanya, I mean," Katarina menggantung kata-katanya, dia berpikir, "It doesn't mean I want him just because he wants to tanggung semuanya, tanggung seluruh akibat dan perubahan yang akan terjadi saat kita pacaran."
"Ya?"
"Pokoknya, gue nggak ada niatan juga untuk pacaran sama Weel. Not now or later," ujar Katarina yang menelan ludahnya pelan-pelan tanpa perempuan itu sadari, perasaannya mendadak bergejolak ketika telinganya mendengar apa yang dia katakan. Entahlah, ini sangat aneh. Dia sama sekali belum pernah merasakan hal ini sebelumnya.
"Lo mau tau kenapa gue nggak pernah kasih ijin lo untuk jadian sama Weel?"
"Karena lo mau persahabatan kita akan terus aman kan? Apalagi mengingat kita semua baru aja baikan dan menyelesaikan satu masalah lagi, dan apa kabarnya kalau misalkan permasalahan selanjutnya adalah mengenai putusnya gue dan Weel, kalian pasti bakalan canggung untuk memilih berteman dengan siapa dan bingung dengan apa yang akan terjadi dengan rencana-rencana yang udah kita buat sebelumnya. Am I right?" tanya Katarina yang dibalas dengan anggukan kepala dari si lawan bicara.
"Mostly, yes," angguk Sam.
"Jangan khawatir, sama seperti apa yang gue bilang waktu itu. Me and him? We can not be in the same picture,jadi jangan pernah ngebayangin hal yang nggak perlu untuk dibayangin. Stop wasting your time," ujar Katarina dengan nada yang sangat jelas dan lugas. Dia menghela nafasnya panjang setelah itu.
"Ada satu alasan kenapa gue bersikeras untuk nggak pernah ngeship lo berdua, Kat. Asli, lo berdua itu bener-bener born for each others, yang bisa dibayangin untuk jadi satu, tapi sayangnya itu cuma satu, Kat," Sam menolehkan kepalanya kesamping, "both of you are friends. Paham kan? Kalau kalian putus nantinya, kalian hanya akan menyakiti satu sama lain. Dan gue sama Dezel? What can we do for you guys? Nothing, except melihat kehancuran yang kalian buat sendiri."
Katarina yang mendengar itu hanya menutupi kesedihannya dengan tawanya yang siapapun dengar pasti akan mengerti dan paham maksudnya, "Udahlah, Sam. Nggak perlu bahas mengenai hal itu lagi. Cukup tau aja kalau gue dan Welsen nggak akan pernah jadian because of many reasons yang udah ada jelas didepan mata. Jadi, please ... stop talking about that shit, karena gue nggak mau dengar hal itu lagi. That ends now."
Berbeda dengan Katarina dan Sam yang berada di kolam renang untuk bersantai, Dezel dan Welsen malah berada di tukang sate depan komplek, di depan motor ninja hitam yang dikendarai oleh Welsen tadi. "Lo mau berapa tusuk?" Dezel bertanya pada sahabatnya yang sekarang sedang menyenderkan tubuhnya di motor miliknya.
"Dua puluh aja cukup," jawab Welsen singkat, padat dan sangat jelas.
"Ok," lalu Dezel memesankan pesanannya, dan ikut menyusul Welsen yang duduk diatas motor. "Mau bahas mengenai hal tadi?"
Welsen menggelengkan kepalanya.
"Mau tau hal yang selalu gue bahas sama Sam setiap lihat kalian berdua yang terlalu peduli satu sama lain dan tentu aja bisa menimbulkan kesalahpahaman bagi orang yang lihat?" Dezel melayangkan pertanyaan yang sebetulnya tidak bisa ditolak oleh Welsen.
Dia penasaran saat ini dengan apa yang sahabatnya coba katakan mengenai hal yang sebelumnya tidak dia ketahui, "Kita berdua seratus persen udah tau kalau kalian pastinya akan menyukai satu sama lain. Ah, lebih tepatnya kita yang jodohin, mungkin?"
"Maksud lo?" Welsen mulai tertarik dengan arah pembicaraan yang sebetulnya dia pedulikan hanya karena mendengar satu nama yang telah membuatnya seperti ini.
"Well, both of you are meant together. Really. Bahkan, kayaknya beberapa cowok yang berniatan buat deketin Kat itu insecure dan mundur secara teratur just because they saw both of you, tanpa melakukan apapun ya. Cuman berdiri aja, could make us realize that both you of are the endgame."
"Us?"
"Well, to be honest gue dan Sam pernah hampir suka sama Katarina. Siapa sih yang nggak suka sama cewek yang udah lama tinggal bareng lo dan udah tau lo luar dan dalam?"
"Couldn't agree more," jawab Welsen dengan anggukan kepalanya pelan.
"Although you've come to the end of the road, both of you still can't let each other go. Paham kan?"
"Do we?"
"Yes, karena kalian berdua memang ditakdirkan untuk bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
END OF THE ROAD
Ficção Adolescente---------------------------------------------- This work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia (Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia no.19 tahun 2002). Any reproduction or other unauthorised use of the written work...