Katarina telah meninggalkan rumah sejak pukul enam pagi bersama Dezel untuk mengunjungi hotel yang akan dijadikan pesta alumni yang biasanya disebut sebagai reunian. Wanita itu bersikeras untuk pergi hanya dengan Dezel karena tidak ingin merepotkan Welsen yang hanya tidur selama tiga jam karena tidak terbiasa untuk tidur didepan aquarium ketiga ikan kesayangannya itu. Ketika Welsen memberitahu kalau dirinya tidak bisa tidur, dengan jelas dia mengingat apa yang dikatakan oleh kekasihnya itu.
"Bagus dong? Untung aja aku suruh kamu latihan tidur di depan aquarium sekarang kan? Jadi, pas nanti kita udah nikah, kamu jadi terbiasa buat diusir dari kamar," kata Katarina dengan senyuman manis yang membuat Welsen jadi tidak bisa marah dan kesal.
Sekarang, Welsen tengah bersantai di atas sofa ruang tamu yang dulu dijadikan tempat kumpul saat sedang mengerjakan tugas ataupun menyiapkan bahan ujian bersama, "It's been a long time," pikirnya. Siapa yang sangka kalau mereka berempat akan menempati rumah ini lagi? Ya, walaupun hanya sesaat.
"Kat keren juga ya kalau dipikir-pikir," Sam berjalan dari arah kolam renang dengan bathrobe miliknya, "dia ngatur semua acara reunian besok padahal dia nggak ada di Indonesia. She is a great leader."
"She is," Welsen menyetujui apa yang dikatakan oleh temannya, "lo mau renang?"
Sam menganggukan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Welsen dan berjalan ke dapur, "Kenapa? Mau ikut? Lo nggak ada kerjaan sama sekali?"
"No and no," jawab Welsen, sesaat kemudian dia kepikiran sesuatu yang sepertinya akan membuat Katarina bangga terhadapnya. "Sam, you are a true kpopers kan?"
Sam mengeluarkan cereal dari dalam lemari dan menumpahkannya ke mangkuk yang sebelumnya sudah dia ambil, "Untung lo inget sih," katanya, "lo juga inget kan kalau hampir aja ngegunting photocard bias gue? Jennie hampir aja tergunting sama lo hanya karena photocard gue ketempel sama pelet ikan lo," ternyata bukan hanya Katarina saja yang menjadi korban kekejian Welsen dan ikannya. Sam juga.
"Wait? Really?" Welsen mengernyit tidak percaya.
"Iya, jangan bilang lo lupa? Gue hampir aja dulu pengen getok kepala lo pakai palu, terus buang dan kubur bangkai kepalanya di halaman rumah belakang."
"Sial! Nggak sampai segitunya kali!" ujar Welsen.
"Untung aja ya dulu photocardnya nggak beneran lo gunting. Kalau beneran lo gunting dan buat leher Jennie sengklek, gue udah janji bakalan buat leher lo juga sama kayak gitu," Sam berkata dengan penuh api-api.
Welsen merasa bersalah mendengar hal itu, tapi hal selanjutnya lebih penting lagi daripada siapapun dan apapun, karena dia sudah memutuskan untuk menuntaskan kesalahan-kesalahannya. "Forget about that, will you? Karena gue butuh bantuan lo."
"Bantuan gue?"
"Gue butuh lo untuk cari penjual yang jual album limited edition dari selingkuhan-selingkuhannya Katarina, yang waktu itu pernah gue gagalin pembeliannya," ujar Welsen.
"Oh, yang pas lagu Life Goes On ya? BE then?"
"Kayaknya?" Welsen menggaruk kepalanya pelan, menunjukkan dirinya bingung secara tidak langsung, "kayaknya itu deh. Gue sama sekali nggak tau sih, Sam."
"Well, coba lo cek di lemari koleksi album dia dan pastiin kalau nggak ada album yang warna kotaknya putih dengan tulisan BE."
"Okay, noted, Boss. Tulisan BE didepannya," Welsen berusaha untuk mengingat dan berlari dengan kencang ke dalam kamar Katarina untuk mengecek album yang harus dia beli sebelum dia lupa akan nama album tersebut. Sesampainya di depan rak yang berisikan puluhan album dengan versi yang berbeda-beda, rahang Welsen hampir saja jatuh ke lantai saking banyaknya album yang ada disana, "Berapa juta yang dia abisin buat beli ini semua? Mungkin gue bisa beli rumah yang paling gede kayaknya buat ketiga ikan kesayangan gue. Bisa kenyang mereka," ujarnya.
Welsen mengenyahkan pikirannya untuk sesaat dan kembali fokus untuk mencari album yang dulu dia gagalkan itu. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Sam, Katarina belum mempunyai album yang tertulis huruf BE di depannya. "Pasti beneran BE yang belum dibeli sama dia." Kemudian, dia kembali ke ruang tamu untuk menghampiri Sam yang ternyata sudah menjadi ikan di kolam renang.
"Sam!" serunya, lalu dia melemparkan ban berwarna hitam yang dulu digunakan oleh keponakan Sam dulu saat menginap di rumah mereka. "Bantuin gue dulu, Nyet."
"Apaan sih, Bego!" Sam menghentikan renangnya dan menghampiri pinggir kolam untuk bertemu dengan sahabatnya yang telah menjadi musuhnya hari ini. Dia paling tidak suka ketika apa yang sedang dia lakukan diganggu oleh orang, bahkan tunangannya yang akan menjadi istrinya selama beberapa hari kedepan saja sudah mengetahui hal itu.
"Gue butuh lo untuk cariin yang jual album yang Katarina mau, yang bisa dikirim hari ini juga," katanya, Welsen kemudian menyerahkan bathrobe milik Sam dengan maksud untuk membuat cowok itu untuk keluar dari air dan membantunya. "Gue nggak tau harus beli dimana. You see, I am not a Kpopers like you and Kat."
"Repot banget hidup lo ya, Weel," sindir Sam, "lo buka handphone gue dan hubungin calon istri gue. Dia punya banyak banget album BTS yang mungkin aja BE salah satunya. She bought hundreds of BTS albums to win the free concert event."
"Nah! Masalahnya sekarang tambah lagi. I don't even know her name," balas Welsen.
"Really? Gue belum kasih tau lo ya?" Sam berpikir, dia merasa kalau sudah memberitahu seluruh sahabatnya mengenai undangan pernikahan dadakannya itu. Atau mungkin tidak? Ah, ya, dia baru memberitahu Katarina mengenai permasalahan tersebut.
"Abigail."
"Abigail? Sounds familiar."
"Dia yang jadi pasangan double date lo sama Dezel waktu dulu. Yang suka sama lo," Sam menyunggingkan senyuman masamnya untuk mengingat kejadian tersebut. Dia dan Abigail bertemu di Paris dan memutuskan untuk menikah karena satu hal yang hanya mereka dan Katarina yang tau.
"Kok bisa nikahnya sama lo sih, Sam? Dia nggak kesambet apa-apa kan?" Welsen bertanya yang langsung dibalas dengan pukulan kencang dari sahabatnya itu, "lo sama dia ketemu di Paris?" Dia mengelus lengannya yang terkena pukulan tadi, sesekali meringis dan memastikan bahwa pukulan itu tidak menjadi biru yang bengkak karena dia bisa-bisa kena ocehan dari Katarina karena terluka di saat perempuan itu pergi.
"Panjang lah ceritanya. Intinya gue nikah sama dia minggu depan di Bali dan gue kemungkinan akan stay di Paris karena gue udah beli rumah disana," Sam memberitahu, tidak nyaman adalah hal yang selanjutnya dia rasakan ketika memberitahu rencananya itu, "and I am getting a baby within seven months."
"What? Baby? Are you insane? Baby?!" Percayalah, nada yang digunakan Welsen saat ini adalah nada paling tinggi yang pernah dia pakai seumur hidupnya. "Gue sama Katarina aja baru balikan dan apa?! Lo udah mau punya anak dan menikah? Shit, you are insane. Mau check up kejiwaan nggak? Gue bisa anterin lo hari ini juga ke dokter, Sam."
Sam mendengus, ternyata benar kalau ada pepatah yang bilang kalau pasangan itu saling melengkapi karena sebetulnya sifat mereka itu hampir mirip, jadi bisa dibilang tingkat kecocokannya itu lebih tinggi, karena apa yang sedang dilakukan oleh Welsen saat ini adalah reaksi yang sama dengan yang Katarina berikan padanya saat dia menceritakan kisah hidupnya. Hidup naas dan bahagianya secara bersamaan. "Chill out. It is not my baby, Weel."
KAMU SEDANG MEMBACA
END OF THE ROAD
Teen Fiction---------------------------------------------- This work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia (Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia no.19 tahun 2002). Any reproduction or other unauthorised use of the written work...