Kamar bernuansa putih gading dan biru tua menjadi tema untuk kamar pribadi milik Katarina di vila keluarga Dezel. Pembangunan di keluarga besar Rusy Gang memang mewajibkan untuk membangun lebih dari empat kamar karena Katarina, Dezel, Welsen dan Sam akan mendapatkan kamar mereka masing-masing saat mereka sedang berlibur untuk menginap.
Abigail terlihat gugup saat memasuki kamar itu dengan Katarina yang duduk di kursi roda bersamanya, dia tidak tau apa yang akan dibicarakan oleh perempuan yang mendadak menginginkan dirinya untuk membantu mendorongnya ke dalam kamar. "Gue ajak lo ke kamar untuk ngomongin masalah Welsen, are you in love with him?" Kursi roda Katarina tiba-tiba saja berhenti di depan meja rias miliknya.
"Ya?" Abigail menatap perempuan yang menanyainya dari balik pantulan kaca meja rias.
"Are you in love with him?"
Haruskah Abigail mengatakan yang sebenarnya?
Tapi, dari sudut pandang mana Katarina menanyakan hal itu?
Apakah dari seseorang yang mengkhawatirkan masalah percintaan sahabatnya yaitu Welsen?
Atau, dari seseorang yang menurut Abigail telah menjadi wanita satu-satunya milik Welsen?
Dia tidak tau harus menjawab apa sebetulnya sampai pada akhirnya Katarina melebarkan senyuman manisnya dan menoleh ke belakang untuk memegang kepalan tangannya yang ada di kursi roda. "Kalo lo suka sama dia, gue setuju. You are good for him. Gue dukung," ujar Katarina dengan tulus.
"Ya?"
"Welsen," Katarina menggantung kalimatnya dengan membayangkan cowok itu ada didepannya saat ini, "he is a good guy, perhatian, loyal, and warm. Keliatannya aja dia dingin, penampilannya dingin ke semua orang, but, he is a warm guy I must admit."
Tidak ada balasan apapun dari Abigail karena cewek itu masih diam membeku, tidak tau harus berkata apa. Haruskah dia mengaku kalau dia suka sama Welsen dan terus maju dengan dukungan Katarina? Tapi ... dia akan melukai dirinya sendiri kan kalau melakukan hal itu? Dia jelas tau tatapan yang diberikan oleh Welsen pada Katarina ... tatapan kasih sayang dan penuh cinta. Dia juga paham betul kalau tidak akan ada yang bisa menandingi hal itu.
"Financial and mentally stable," Katarina menambahkan, "lo bisa lihat semua hal yang tadi gue mention kan di diri Welsen?"
"I am not sure," akhirnya Abigail mengatakan apa yang ada di pikirannya.
Katarina menarik nafasnya dalam, dia berniat untuk memberitahu lebih dalam mengenai sahabat cowoknya yang tidak pernah berhubungan dengan perempuan manapun, "So, you see, Welsen,"
"Gue tau ... he is a good guy dan semua hal yang lo katakan, tapi ada satu hal yang nggak bisa terlihat di gue, Kat. He is a warm guy ketika lo disekitarnya, jadi ketika lo nggak ada disekitarnya, he is not a warm guy." Abigail sadar apa yang dia katakan saat ini pastinya membuat kesempatannya untuk menjadi kekasih Welsen berkurang menjadi 50 persen.
"What?" Bukannya serius membalas perkataan Abigail, Katarina ternyata malah tertawa sambil memegang perutnya, "are you joking? Cause it sounds ridiculous. He is a warm guy ketika gue ada disana? No."
"No, I am serious, Kat. Mungkin lo belum menyadari mengenai hal ini, tapi coba aja lo tanya sama orang lain. Gue yakin jawabannya akan sama," ujar Abigail dengan penuh keyakinan.
"Yang lo bilang ini," Katarina tertawa lepas, membayangkan apa yang akan dia katakan selanjutnya adalah hal terlucu yang dia lakukan pada pagi hari ini, "nggak masuk akal, Bi."
"Terserah lo aja sih, tapi gue nggak buta, Kat. Welsen is a good guy whenever you're around. Lo bisa lakuin percobaan buat mastiin apa yang gue bilang itu bener atau salah. But, I am pretty sure kalau gue bener," ujar Abigail, dia mengeluarkan permen karetnya untuk dia makan untuk menutupi kegugupwnnya, "gue percaya dengan penglihatan gue yang lo bilang nggak masuk akal itu, Kat."
"Tes?"
"Ya."
"How?"
"Easy."
"Bentar," Katarina mengisyratkan tangannya untuk Abigail agar cewek itu berhenti bicara, "gue nanya mengenai cara untuk tes apakah Welsen cuman warm guy in front of me atau dia juga begitu dengan orang lain, itu cuman karena gue mau membuktikan perkataan lo itu salah ya," dia mengingatkan maksud dan tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman.
"Ok," Katarina menyetujui.
"Dan ketika tes ini menunjukkan kalau dia bersikap hangat bukan hanya karena gue disana, lo otomatis harus ikutin cara gue buat dapetin Welsen," ujar Katarina, "nothing to lose right?" dia berusaha untuk membuat kesepakatan disini.
"Deal. Dan lo sendiri gimana? Kalau ternyata apa yang gue lihat itu bener? Apa yang bakal lo lakuin?" tanya Abigail, pertanyaan yang sebetulnya tidak ada jawabannya di kamus Katarina karena belum pernah terpikirkan olehnya untuk melakukan hal seperti ini.
Apa yang bakal lo lakuin?
Apa yang bakal lo lakuin?
Apa. Yang. Bakal. Lo. Lakuin?
"Gue ... akan pergi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
END OF THE ROAD
Teen Fiction---------------------------------------------- This work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia (Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia no.19 tahun 2002). Any reproduction or other unauthorised use of the written work...