TIGA PULUH DUA

8 3 0
                                    

"Gue denger-denger dari Welsen, lo mau ketemu sama anaknya menteri pertahanan kita yang datang ke acara pernikahan Kak Echa hari ini?" Sam bertanya pada temannya yang duduk manis di kursi roda sedangkan yang lainnya berdiri di depan meja kecil yang berisikan minum soda untuk para tamu undangan.

            "Ya, tapi nggak jadi," jawab Katarina, dia menunjukkan dua bungkus chocoball yang ada dipangkuannya sedari tadi. "Gue dikasih chocoball sama si Welsen, liat nih!"

            "Then? Apa yang ngebuat lo nggak jadi nyamperin seorang Martus Jhandra di acara pernikahan ini? Such a great opportunity, ya kan? Siapa tau beneran nyantol," kata Sam, dia melepas jas yang sudah dia pakai sejak tadi. Beberapa tamu undangan sudah meninggalkan area rooftop yang dijadikan tempat after party.

            "Kalau gue samperin Martus, yang ada itu satu, dia akan ngira gue anak kecil karena ada chocoball ditangan gue dan itu semua karena setan satu ini," Katarina menunjuk Welsen yang ada di belakang kursi rodanya, "kedua, jahitan gue masih belum lepas dan pastinya akan terlihat seperti perempuan cacat di mata Martus, ya kan?"

            "Cacat, my ass. Kalau sampai cowok kayak Martus berpikiran kayak gitu tentang lo, gue yang bakalan maju duluan buat ngabisin dia tanpa peduli anak siapapun dia," Dezel berbicara, lalu meneguk gelas jeruk yang ada di meja dengan santai.

            "Sweet banget sih temen gue," Katarina terkekeh, memukul pelan lengan Dezel dengan tangan kanannya yang terbebas dari chocoball.

            Tidak lama kemudian, Jade dan Abigail yang sudah mengganti pakaiannya menjadi gaun pendek dan mudah untuk berjalan pun menghampiri Katarina dan kawan-kawannya yang sedang asik mengobrol.

            "Kita ke waterboom besok pagi?" Jade bertanya sesampainya dia di hadapan teman-temannya yang lain.

            "No, we are not going anywhere except villa," Welsen mengeratkan pegangannya pada kursi roda milik Katarina yang dia dorong, tidak ingin kursi rodanya terlepas—walaupun ini tidak mungkin, dia mengedarkan pandangannya pada setiap orang yang ada disana kecuali Katarina, "I will order five stars chef buat masakin kita breakfast and lunch untuk besok, sebelum kita balik ke Jakarta sorenya."

            "You will?" Abigail mengerutkan alisnya, sebetulnya dia heran mengenai alasan yang membuat Welsen untuk tidak pergi ke Waterboom dan menghanguskan tujuh tiket yang sangat sulit didapatkan dan menggantinya dengan chefternama.

            Welsen menganggukan kepalanya, "Well, kalau kalian mau pergi ke waterboom ya go ahead, tapi Katarina dan gue akan stay di vila."

            "Ih apaan sih! Nggak mau!" protes Katarina.

            "Jahitan lo belum lepas, Kat. Nggak boleh banyak gerak," Welsen memberitahu, dia khawatir dengan luka Katarina yang sebetulnya lumayan dalam kemarin, hanya saja cewek itu tidak begitu menggubris lukanya sendiri. Bahkan, waktu Katarina mandi, dia harus menggunakan bantuan dari salah seorang pengurus perempuan yang ada di vila karena jahitannya itu tidak boleh terkena air walaupun ditutupi dengan kasa.

            "Kemarin perjanjiannya nggak kayak gini, Weel," Katarina tidak terima dengan keputusan Welsen yang memberatkan liburan kecilnya yang sudah dia siapkan dengan matang.

            "Tapi kaki lo nggak mendukung, Kat. Next week atau mungkin setelah jahitan lo lepas, kita balik lagi ke Bali dan lo bebas untuk kemanapun dan melakukan apapun. Trust me, will you?" ujar Welsen.

            "Gue setuju sama Welsen, Kat. Luka lo bener-bener nggak bolehin lo untuk banyak beraktifitas and I know it was my fault," Dezel menundukkan kepalanya setelah itu, perasaan bersalahnya kembali menghantui.

            "Here we go again," Jade memutar bola matanya kesal, dia sama sekali tidak suka kalau Dezel mengungkit mengenai kesalahannya.

            "Kenapa? It was on me, if you don't want to admit that, that's okay. Really," Dezel mengangkat wajahnya untuk menatap lurus perempuan yang harusnya menjadi pasangannya pada pernikahan sepupunya hari ini, tapi mereka harus berpisah karena selain Jade dipilih menjadi pengiring pengantin, Dezel juga enggan bersama perempuan yang menurutnya sangat egois.

            "Apaan sih," Katarina terkekeh melihat kedua orang yang menurutnya sangat aneh itu sedari kemarin. Well, dia mengerti kalau memang insiden kemarin terjadi karena piring yang dipegang oleh Dezel terlepas karena pelukan kejutan dari Jade, tapi bukannya dia sudah meluruskan bahwa semua itu hanya kecelakaan? Kenapa perlu ribut?

            "Udahlah ya, daripada permasalahan ini makin panjang dan nggak berujung. Kita bagi kelompok aja. Siapa yang mau di vila dan yang mau ke waterboom. Semuanya punya haknya masing-masing—kecuali Katarina, karena gue juga setuju dengan Welsen dan Sam. Menurut gue solusi terbaiknya ya kita balik lagi ke Bali setelah lo lepas jahitan and until then, stay the hell out of water and strenuous activity that can cause your stitches to come off."

            "Fine," Katarina mendesah kesal, sangat tidak adil.

END OF THE ROADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang