EMPAT PULUH DELAPAN

11 4 0
                                    

They said ... it should be enough for everything.

Kepala Katarina sungguh ingin meledak jika memikirkan mengenai hal yang hatinya bilang tadi siang ketika di lapangan bersama Charles dan Victoria. Dia benar-benar dilanda kebingungan tentang keputusan apa yang seharusnya dia ambil. Kemarin, dia sudah memutuskan untuk tidak melanjutkan apapun selain persahabatan dengan Welsen, namun apa yang dikatakan oleh Charles benar-benar masuk akal. Dia harus memprioritaskan apa yang hatinya inginkan. Ya?

"Lo ngapain disini sendirian? Lo sakit?" Seorang laki-laki menarik paksa hordeng yang memisahkan ranjang UKS yang digunakan oleh Katarina dengan dunia luar.

Katarina terkejut melihat kedatangan cowok yang entah datang dari mana. Dia memang sengaja ijin untuk istirahat di UKS dengan alasan pusing, bukan pusing pelajaran, pusing karena harus berdebat antara otak dan hatinya yang sama sekali tidak bisa diajak kerjasama.

"Lo sakit? Kok diem?" Laki-laki itu bertanya lagi.

"Ah, iya. Pusing," jawab Katarina sekenanya saja, dia tidak begitu nyaman dengan kedatangan cowok yang katanya sedang mendekati dirinya, entahlah.

"Oh, you are cold, Kat," sindir Jason Rayden, dia lalu mengambil tempat di samping ranjang Katarina. "Beda banget sama yang biasanya gue chat. Kita belum pernah ketemu face to face kayak gini ya? Is this the first time?"

"Ya," Katarina menganggukan kepalanya, dia tidak begitu nyaman dengan kehadiran Jason yang terkesan mendadak, apalagi ketika cowok itu melepas sweater hitam yang dia kenakan, menyisakan kemeja sekolah mereka.

"Udah dikasih obat sama suster?"

"Udah."

"You are really something ya, Kat."

"What do you mean?"

"You are challenging, very, I really like you," Jason menyeringai.

"Ma-maksud lo?" Katarina menarik dirinya mundur agar tidak begitu dekat dengan Jason yang sekarang begitu mencurigakan.

Jason mengeluarkan suatu kotak obat yang macam-macam obat dengan bentuk yang sangat aneh, sama sekali tidak dikenal oleh Katarina sebelumnya. "Gue punya obat yang bakalan manjur banget buat ngilangin pusing kayak gini."

"Ya?"

"Lo mau coba kan? Bentar, gue ambilin minumnya. Tunggu disini, gue bentar aja kok," Jason lalu bergegas mengambil gelas minum tanpa menunggu jawaban apapun dari perempuan yang sangat menarik menurut dirinya.

"Gue udah minum obat kok tadi," tolak Katarina halus,

"Nggak akan ngaruh apa-apa kok. Ini cuman vitamin biasanya aja kok, Kat," ujar Jason yang berusaha keras untuk meyakinkan Katarina untuk mengambil obat yang dia keluarkan dari balik botol obat dan menyodorkannya, padahal dia jelas-jelas tau kalau Katarina menolak untuk mengonsumsi apapun.

"No, thanks," Katarina menyunggingkan senyuman palsunya dan berusaha untuk turun dari sisi ranjang yang lain.

"Lo mau kemana? Istirahat aja dulu di UKS," ujar Jason.

"Ah, nggak. Gue harus balik ke kelas sih, soalnya ada ujian dadakan ... tadi Sam chat gue buat kasih tau," Katarina berbohong, bukan itu alasan dia ingin pergi dari hadapan cowok yang sudah mengirimkan pesan selama beberapa hari ini.

"Setau gue guru-guru lagi dipanggil rapat sama kepala sekolah, that is why I am here," Jason mengernyitkan dahinya.

"Ah, really?"

"Yeah."

"Tapi, gue harus balik ke kelas sih. Kalau kelamaan istirahat disini nanti mereka pada khawatir," Katarina sudah berhasil turun dari ranjang saat ini, hal yang harus dia lakukan saat ini adalah berjalan cepat keluar dari ruang UKS.

"Siapa? Mereka?"

"Temen-temen gue lah, hahaha," tawa Katarina dengan canggung, dia sudah mulai berjalan keluar.

"Lo beneran mau keluar?"

"Ya."

"Beneran mau balik ke kelas?"

"Ya, lo kenapa deh, aneh banget nanya mulu," Katarina terkekeh untuk menutupi kecanggungan dan sikap curiganya terhadap perilaku Jason yang terkesan sangat aneh. Dia jadi ingat cerita salah satu adik kelas perempuannya yang pernah hampir dilecehkan oleh Jason, dan bodohnya dia baru ingat itu sekarang, bukan satu minggu yang lalu dimana dia membalas semua pesan cowok itu tanpa mencurigai apapun.

Jason berjalan mendekati Katarina yang sudah berada di ujung pintu UKS, "Do you wanna have some fun?" Dia menahan tangan Katarina dengan memegang lengannya.

"Lo, apaan sih!" Katarina menghempaskan pegangan tangan cowok itu terhadap dirinya.

"You know, let's have some fun," Jason kembali menyeringai.

"What the fuck is going on with you!" Katarina berteriak, tangan kirinya dia taruh di gagang pintu untuk bersiap pergi.

"I just want to have fun, with you, cewek tercantik seantero sekolah," ujar Jason. Tangannya dia gunakan untuk kembali menahan lengan Katarina dengan kasar kali ini. "Gue yakin lo juga mau kan sama gue? That is the reason why you have been replying my text."

"Brengsek!" teriak Katarina dengan kencang, lalu dia menendang paha cowok tidak sopan yang ada didepannya dan berlari keluar dari pintu UKS dan berhasil. Namun, memang bukan Jason namanya kalau dia tidak berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan.

Jason menarik paksa Katarina yang sudah berada di depan UKS untuk kembali masuk ke dalam. "Sial!" umpat Katarina ketika tangannya ditarik dengan sekuat tenaga, dia berteriak minta tolong tapi nasibnya begitu buruk karena kemungkinan seseorang mendengar teriakannya itu sangat kecil. Kelas-kelas terletak di lorong yang berbeda dari UKS.

"Jangan buat ini jadi susah, Kat," ujar Jason yang kesulitan menarik tangan Katarina karena tentu saja cewek itu tidak akan menyerah begitu saja tanpa pertahanan.

"Lo yang buat ini jadi susah, bego!"

"Why me?" tanya Jason tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"If you hurt her, I will kill you!" tegas seseorang yang ada di depan sana, tidak jauh dari depan UKS dimana lokasi itu yang menjadi tempat Katarina dan Jason saling tarik menarik, "Lepasin. Sekarang!"

Jason menyeringai melihat cowok yang seakan menantanganya itu. Sedangkan, cowok itu menyadari dengan jelas bahwa Jason tidak akan melepas Katarina semudah itu. Dia langsung saja berlari kencang dan menendang tepat di perut Jason, membuat cowok itu meringis kesakitan dan melepas pegangannya terhadap Katarina.

"Shit!" umpat Katarina yang jatuh duduk di lantai.

"Udah gue peringatin, Goblok!" Welsen langsung saja menerjang Jason dan duduk diatas tubuh cowok itu untuk dia pukuli. "Jangan main-main sama gue, ataupun Kat!"

"Kenapa nggak boleh? Dia bukan cewek lo! Lo sama sekali nggak ada hak!" teriak Jason, dia melindungi bagian wajahnya dengan kedua tangannya agar pukulan bertubi-tubi dari Welsen tidak akan langsung berdampak banyak padanya.

Katarina yang sudah menyadari situasi yang terjadi saat ini langsung saja berlari memeluk Welsen dari belakang untuk menarik cowok itu, "Weel,"

"Lepasin gue! Biarin gue untuk ngebunuh nih cowok bajingan!" teriak Welsen.

"Weel, no!" Katarina kembali menahan Welsen dengan susah payah, karena dia tau dengan jelas bahwa Welsen tidak akan melepaskan mangsa yang sudah dia tentukan, "Weel, no! He is your brother." Rahasia itu keluar begitu saja ... tanpa terencana, dan membuat niat Welsen terhenti untuk memukuli laki-laki yang memiliki nama belakang yang sama dengannya

END OF THE ROADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang