TIGA PULUH ENAM

8 2 0
                                    

"Kamu harus hati-hati, Kat," Rosalinda mengambil garpu dan pisau makan untuk memotong daging steak yang dia pesan sebagai menu makan siang mereka setelah menemani anak perempuannya melepas jahitan.

         "Will do," jawab Katarina sebelum dia meneguk lemon tea pesanannya dengan santai. Dia menoleh ke arah samping tepatnya tempat duduk Welsen, laki-laki yang seharusnya banyak bicara apalagi ketika ada Mamanya di Indonesia. Katarina mengernyitkan dahinya heran.

         "How was London, Ma?" tanya Sam dari arah depan Rosalinda, dia menyempatkan diri untuk melirik si penanya dan menjawab, "It was great, kalian kapan liburan ke London? Papa nunggu kalian main ski bareng di Tahulaski," jawab Rosalinda.

         "Mungkin setelah kompetisi?"

         "International competitionnya bakalan dilakuin di Amsterdam, but before that we need to win the national battle first di Jogja, Ma," Dezel menjelaskan dengan rinci.

         "Ah, that international competition," Rosalinda mengangguk paham, dia sempat mendengar mengenai kompetisi di Amsterdam ini saat meeting dengan board member sekolah pada hari senin kemarin. "Papa kamu will fully funded that competition, dimulai dari transportasi, hotel, dan juga uang saku," dia menunjuk Dezel dengan telunjuknya.

         "Ah, aku baru denger tentang itu, Ma," Dezel sekilas bertatapan dengan Rosalinda, tapi dia kembali fokus terhadap makanannya setelah itu.

         "Kamu harus ikut kompetisi itu kalau gitu, Zel. It is your opportunity and you deserve to join the competition itself. Your father," Rosalinda berniat untuk mengulang perkataan terakhirnya lagi, namun Katarina lebih dulu memotong pembicaraan Mamanya.

         "Can we just," ujar Katarina, dia menaruh tangan kirinya di tangan kanan milik Mamanya yang ada diatas meja, "can we just for once not talk about competition or education di meja makan? I—we, just need a break from that, Ma."

         Rosalinda yang mendengar itu langsung saja terdiam dan kebingungan. Dia bingung harus membicarakan apalagi kalau begitu? Suasana sepertinya menjadi canggung tapi dia tidak tau alasan jelasnya mengapa.

         "Let's not discuss about that, shall we?" Katarina bertanya lalu dia melebarkan senyuman manisnya pada Rosalinda dan kepada ketiga teman laki-lakinya yang terlihat lebih murung tidak seperti biasanya. Padahal pada saat jahitan Katarina dilepas dan konsultasi bersama dokter, Dezel, Sam dan juga Welsen malah berjingkrak sana-sini kesenangan karena teman main mereka sudah kembali siap untuk menguncang dunia.

         "Ma, how was your trip to Beijing?" Sam memulai pertanyaan lain, tepatnya selain masalah perlombaan dan pendidikan.

         Rosalinda mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan mengabaikan steak yang dia pesan. Kemudian dia menunjukkan sebuah foto dari salah satu tempat yang ada di Beijing, di dalam foto tersebut ada seorang anak laki-laki dan perempuan dewasa yang tidak lain adalah Rosalinda. Terlihat dari foto tersebut kalau mereka berdua sedang berdoa di salah satu kuil yang ada di Beijing.

         "Anak laki-laki siapa ini, Ma?" Katarina bertanya setelah Rosalinda menggilir foto yang ada di ponselnya untuk memperlihatkannya pada ketiga teman anak perempuannya.

         "He looks cute," ujar Sam memuji.

         "Ah, ya, kamu benar. Harry adalah anak kecil yang paling lucu yang pernah Mama temui," Rosalinda mencetak senyum bahagia diwajahnya, "to be fair, kalian berempat memang lucu saat kalian masih seumuran Harry—tujuh tahun, tapi Harry benar-benar berbeda daripada kalian. Dia punya pesonanya sendiri yang bisa buat orang jadi suka sama dia secara cepat," dia menjelaskan.

END OF THE ROADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang