Nino melangkah memasuki kamar Amarilis. Wanita itu mengabaikan pertanyaannya mengenai bayi tersebut. Nino yakin kalau bayi di dekapan Amarilis adalah anaknya. Karena seingat Nino, hanya dia satu-satunya pria yang memerawani Amarilis setahun yang lalu. Kecuali jika Amarilis...
"Keluar," Amarilis berujar pelan sembari terus berusaha menenangkan bayi gembul di dekapannya.
Setelah cukup lama berusaha, Amarilis berhasil menenangkan bayi tersebut ketika puncak payudaranya berhasil dihisap oleh bibir mungil itu. Hisapanya begitu rakus. Amarilis tahu, bayi itu begitu lapar sehingga menangis dengan kencang.
"Ais, jawab aku, bayi ini..."
"Bukan anakmu!" Amarilis menjawab dengan kesal sambil menatap tajam pada Nino.
Nino menggeleng. Apalagi saat ia berada tepat di depan bayi tersebut dan menatap betapa rakusnya si bayi menyusu. Persis seperti dirinya kala itu.
"Kamu bohong. Ini pasti anakku," Nino masih bersikeras mengakui bayi itu adalah anaknya.
"Siapa namanya?"
Amarilis mendengkus. Pria di depannya begitu keras kepala. Uluran tangan Nino yang hendak menyentuh tangan bayi di dekapannya segera Amarilis tepis.
"Jangan menyentuhnya," desis Amarilis menahan kekesalan.
"Miss Ama?"
Amarilis dan Nino sontak menoleh kala mendengar suara seorang wanita memanggilnya. Amarilis kenal suara itu. Makanya ia segera keluar dari kamar sembari menepuk pelan bokong si bayi.
"Oh, lagi nyusuin, ya. Maaf langsung masuk. Pintunya terbuka dan saya panggil gak ada sahutan. Saya takut terjadi..."
"Gak papa, Mbak. Tunggu sebentar, ya, ini baru bangun tidur dan langsung nangis karena lapar."
Wanita di depan Amarilis tersenyum haru menatap bagaimana bayi di dekapan Amarilis begitu rakus menyusu.
"Andai saja saya bisa seperti Miss Ama. Saya pasti akan sangat senang," lanjutnya dengan mata berkaca-kaca.
Amarilis tersenyum tipis. "Mungkin anak kedua bisa minum ASI langsung dari Mbak Agi. Sebelum dan selama masa kehamilan rajin konsumsi makanan yang mengandung asam folat."
Anggukan kepala yang wanita bernama Agi itu berikan membuat Amarilis menepuk lengannya dengan pelan.
"Saya stop aja gak papa, ya? Nanti Mbak Agi lanjutin kasih susu dari botol aja. Udah saya stok banyak kok buat sampai besok."
"Wah, makasih banyak, Miss."
Amarilis melepaskan perlahan emutan rakus yang dilakukan bayi dalam dekapannya. Amarilis tersenyum saat bayi itu menatapnya.
"Mamanya udah datang, Sayang, udahan, ya..." Amarilis berujar lembut dan hati-hati memberikan bayi tersebut ke ibunya.
"Halo, Sayang... Makin-makin gendut kalau minum susunya sama Miss Ama, ya..."
Amarilis berlalu bersama wanita bernama Agi itu ke lantai bawah. Sedangkan di ambang pintu kamar Amarilis ada Nino yang berdiri mematung.
Jadi, itu bukan anaknya dan Amarilis?
Hati Nino cukup kecewa mengetahui fakta tersebut. Tapi seolah sadar sesuatu, Nino mengepalkan kedua tangannya. Jika payudara Amarilis menghasilkan ASI, artinya wanita itu pernah hamil dan melahirkan. Lalu di mana anak itu?
Nino melangkah kembali ke dalam kamar Amarilis. Matanya menatap semua perlengkapan yang ada di ruangan itu. Tidak ada tanda-tanda keberadaan bayi di sana. Hanya ada 1 box dan Nino yakin itu milik bayi yang tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2021 - 2022 (END)
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...