Dero masih setia mengikuti mobil Naljja hingga kendaraan itu memasuki salah satu area apartemen mewah yang tak jauh dari area rumah sakit tempatnya bekerja.
Mobil Naljja berhenti di basement diikuti oleh mobil Dero tak jauh di belakangnya. Dero memperhatikan kendaraan wanita itu tanpa mengalihkan tatapan sedikit pun.
Hampir 5 menit berlalu, Naljja tidak juga keluar dari mobil. Dero hampir membuka pintu ketika ia melihat Naljja akhirnya keluar. Kening Dero berkerut samar saat Naljja memegang kepalanya.
Hampir saja tubuh Naljja tersungkur kalau saja tangan wanita itu tidak memegang pintu mobil dengan cepat. Dero keluar dan berlari mendekati Naljja.
"Na, lo kenapa?"
Dero memegang kedua lengan Naljja dan mendorong wanita itu untuk masuk kembali ke dalam mobil. Naljja duduk dengan bersandar di kursi kemudi sembari memejamkan mata.
"Na? Lo denger gue?" tanya Dero karena Naljja seperti setengah sadar.
"Hm."
Dero berdecak dan membungkuk untuk bisa meraih Naljja ke gendongannya. Naljja membuka mata dan menahan lengan Dero.
"Ngapain?" tanyanya lemah.
"Kita ke rumah sakit," jawab Dero dengan raut khawatir yang tidak bisa ia sembunyikan.
"Gak perlu. Gue cuma pusing biasa. Kayaknya kurang tidur doang ini. Lo balik aja. Gue bisa sendiri."
Dero tidak menghiraukan usiran halus itu. Ia harus memastikan kondisi Naljja benar-benar dalam keadaan baik.
"Lo ngapain ke sini? Mau ketemu seseorang?" tanya Dero masih dengan posisi membungkuk dan wajahnya begitu dekat dengan Naljja.
Naljja menelan air ludah. Matanya yang sembab menjadi pemandangan menyebalkan bagi Dero. Ia benci melihat wanita menangis. Apalagi ini Naljja.
"Jangan nangis lagi. Lo pusing karena kebanyakan nangis ini," gumam Dero dan ujung hidungnya hampir menyentuh ujung hidung Naljja.
Naljja menoleh ke kanan sehingga hidung mereka tidak jadi bersentuhan. Naljja tidak mau adegan liar di otaknya menjadi kenyataan. Apalagi faktanya Dero akan segera menikah. Artinya mereka harus mulai menjaga jarak, kan? Naljja tidak mau calon istri Dero nanti salah paham pada pertemanan mereka.
"Gue punya unit di sini. Hadiah ulang tahun dari Papa," Naljja memberi tahu tujuannya datang ke sini.
Dero menarik diri, lalu menghela napas panjang. "Gue anter lo ke atas kalau gitu."
Naljja menggeleng, "gak usah, Der. Lo balik ke rumah sakit aja. Deket juga dari sini. Gue bisa sendiri."
Keras kepalanya Naljja akan tetap kalah dengan keras kepalanya Dero. Satu fakta yang tidak Naljja sadari dalam pertemanan mereka.
"Lo jalan sendiri atau gue gendong?"
Naljja mendongak cukup lama menatap Dero sebelum ia meraih tasnya dan keluar dari mobil. Naljja beralih ke bagasi untuk mengambil koper miliknya. Tapi Dero lebih dulu meraih benda itu dan membawanya.
Naljja berjalan mendahului Dero memasuki lift. Keduanya saling diam. Naljja menyandarkan punggungnya di dinding lift karena rasa pusing di kepalanya kembali menyerang.
Dero tidak menyadari perubahan raut wajah Naljja yang memucat. Bahkan dahi wanita itu juga berkeringat.
Saat pintu lift terbuka, Naljja melangkah dengan pasti menahan rasa pusing di kepala. Naljja juga mengepalkan kedua tangannya sebagai bentuk pertahanan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2021 - 2022 (END)
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...