Mighty Girl (2)

29.3K 3.2K 209
                                    

Aileen bersyukur karena ia memiliki kontrol diri yang cukup cepat. Padahal dulu, Aileen termasuk perempuan yang mudah sekali tersulut emosi. Apalagi saat ada yang menyakiti orang-orang yang ia sayangi.

Namun, seiring berjalannya waktu, Aileen semakin banyak berlatih. Apalagi hidup semakin keras dan tidak semua hal bisa diselesaikan dengan emosi.

"Gak usah mampir, Bang. Langsung balik aja," kata Aileen.

Damian menoleh dengan dahi yang berkerut bingung. Padahal tadi wanita itu yang meminta agar mampir ke rumah ibunya. Tapi sekarang malah berubah pikiran.

Tidak mau ambil pusing, Damian melajukan mobil menuju kediaman mereka. Ia juga lelah. Setelah seharian bekerja di kantor, malamnya juga harus menghadapi nyinyiran neneknya.

"Besok kamu udah boleh kerja," ujar Damian memecah keheningan yang tercipta.

Aileen menoleh dengan senang. Senyumnya seketika mengembang. Ini yang ia tunggu-tunggu. Sejak menikah, ia hanya duduk di rumah. Aileen bosan dan sering berpikir untuk kabur. Tapi lihat sekarang, Damian seolah memberikan sedikit warna karena mengizinkannya bekerja.

"Di mana?" tanya Aileen penuh harap kalau ia akan diberikan pekerjaan di perusahaan sepupu Damian yang baik hati.

"Di perusahaan. Jadi sekretarisku."

Raut wajah Aileen seketika berubah kelam. Ia tidak lagi bersemangat. Menjadi sekretaris Damian sama saja menyerahkan waktu berharga miliknya diacak-acak bebas. Aileen tahu jam kerja pria itu. Sungguh jam yang tidak masuk di akal sehat Aileen.

"Gak ada posisi lain? Maksudku—"

"Menolak artinya tetap di rumah."

Sialan. Damian sialan!

Aileen tahu ia tidak punya pilihan lain. Apa Damian tidak akan bosan bertemu dengannya 24 jam setiap harinya? Aileen saja sudah membayangkan bagaimana ia akan muntah nantinya.

"Beli martabak cokelat dulu," kata Damian lagi.

Aileen hanya mengangguk saja menyetujui perkataan suaminya. Sebulan ini Aileen baru tahu kalau Damian suka makanan manis jika ia tidak puas dengan menu makan malamnya.

Dan seperti yang Aileen tahu juga, masakan pelayan di rumah nenek Damian masih di bawah standar untuk Damian yang suka makanan lezat.

"Mau aku masakin sesutu? Keseringan makan manis malam begini juga gak baik, Bang," ujar Aileen menawarkan diri.

Walaupun jiwa tomboinya masih melekat, tapi sejak dulu ia memang pintar memasak. Itu hal mencolok juga yang menjadi perbedaan dirinya dan Amber.

Damian menoleh. Kebetulan mobilnya juga berhenti di lampu merah. Ia menatap wajah Aileen yang entah kenapa terlihat berbeda malam ini.

"Kamu sakit?"

Aileen mengernyit bingung. Sakit? Dirinya?

"Gak," jawabnya sembari menyentuh pipinya sendiri.

Damian ikut mengulurkan tangan. Ia menyentuh dahi Aileen dan mengernyit semakin dalam.

"Panas," gumamnya.

Damian tidak bersuara lagi. Ia juga sengaja menurunkan suhu pendingin mobil agar Aileen tetap nyaman. Damian membelokkan setir ke arah yang berlawanan dengan rumah mereka. Aileen ingin protes, tapi dering ponselnya membuat ia teralihkan.

"Halo?"

"Amber udah lahiran,"

"Serius? Keadaannya gimana?" Nada suara Aileen yang begitu antusias membuat Damian kembali menoleh. Kali ini ia cukup penasaran dengan kabar apa yang diterima sang istri.

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang