Leo menurunkan wajah agar bisa kembali mencumbu Quen. Ia tersenyum kala telapak tangan Quen kini ikut naik meraba rahangnya.
"Bibir lo enak," bisik Leo di depan bibir Quen.
"Cipok terus kalau gitu," balas Quen.
Leo tidak akan heran lagi dengan balasan dari Quen. Perempuan itu memang suka sekali mengungkapkan kemesuman otaknya. Leo suka.
Bibir Leo dan Quen kembali menempel. Masih melakukan hal yang sama. Saling mencumbu dengan gairah yang siap meledak.
Leo yakin kalau ia dan Quen tidak bisa menguasai diri mereka, hal-hal yang diinginkan pasti terjadi. Apalagi saat ini Leo benar-benar menginginkan tubuh Quen seutuhnya.
Leo hanya ingin perempuan itu menjadi miliknya. Leo hanya ingin Quen tahu sebesar apa ia memujanya.
***
Leo memasuki rumah dengan perasaan senang. Mungkin menjadikan Quen pacar masih jauh dari keinginannya. Tapi ini sudah lebih baik dari hanya sekadar sahabat saja.
"Bang, temenin antal Pica pulang," ujar Lion yang datang tiba-tiba dari arah ruang tengah.
"Prisa di sini?"
Lion mengangguk, lalu menunjuk seorang gadis kecil yang asyik bermain mobil-mobilan milik Lion.
"Tadi sama siapa ke sini?" tanya Leo penasaran sambil melangkah ke arah Prisa.
"Sama Kak Quen. Telus gak dijemput sampai sekalang," jawab Lion.
Leo menghela napas. Bagaimana mungkin Quen menjemput adiknya itu sementara mobil Quen sengaja ditinggal di kantor Leo. Perempuan itu pulang Leo yang antar karena sudah sore dan jalanan juga macet.
"Ayo Abang antar pulang," kata Leo pada Prisa yang langsung beranjak dari duduknya dan mencebikkan bibir.
Leo melangkah diikuti oleh Prisa dan Lion yang entah berbicara apa. Untung saja Leo dalam suasana hati yang baik saat ini. Coba kalau tidak, bisa saja Quen ia omeli.
Sekitar 10 menit berkendara, mobil Leo tiba di depan rumah orangtua Quen dan Prisa. Ia turun, lalu disusul oleh dua bocah yang duduk di kursi penumpang belakang.
Leo sudah seperti sopir pribadi.
"Dek, maaf, Kakak lupa," ringis Quen saat Prisa masuk setelah pintu rumah ia buka.
Quen diabaikan oleh Prisa. Bocah itu lebih memilih mengajak Lion masuk dan berterima kasih pada Leo. Sedangkan Quen memanyunkan bibirnya karena sang adik menyebalkan.
"Makasih udah antar Prisa. Aku beneran lupa."
Leo tersenyum dan mengangguk. Ia mengelus rambut Quen dengan lembut sebelum menarik perempuan itu untuk ia peluk sebentar.
"Jangan sering-sering, nanti aku beneran hamil."
"APA?! KAMU HAMIL, KAK?!"
Quen dan Leo tersentak mendengar suara nyaring yang memekakkan telinga itu. Quen gelagapan saat sang ibu mendekatinya dan Leo yang masih berdiri di ambang pintu.
"SIAPA YANG HAMILI?!"
"Bukan, Ma. Aku—"
"Aku, Tan," Leo tiba-tiba bersuara.
Ibu Quen membelalak. Ia menatap Leo dan Quen bergantian untuk beberapa saat sebelum berteriak memanggil suaminya.
"Kenapa, Ma? Jangan teriak-teriak begitu. Nanti dikira terjadi apa-apa sama orang," tegur ayah Quen.
"Mas, telpon Jaguar sekarang!"
"Buat apa?"
"Ini," ibu Quen menunjuk putrinya serta Leo.
"Kamu apaan sih, bikin heboh aja," kesal Quen.
"Ma, Leo bercanda. Aku gak hamil. Tadi itu—"
"Diam. Kalian gak bisa dibiarin berdua terus. Pantes aja kamu selalu nolak kalau dibawa ke acara perusahaan Papa, biar bisa berduaan di rumah sama Leo."
"Ma!"
Leo tidak ada niat untuk menjelaskan apa pun atau membantu Quen untuk menjelaskan kebenarannya.
Bukankah kalau sudah begini mereka akan segera dinikahkan?
"Jaguar, bilang sama Belinda, nanti malam datang ke rumah. Penting. Ini masalah anak-anak kita. Bahaya ini bahaya."
Quen memutar bola mata mendengar kalimat lebay ibunya.
"Otw nikah," bisik Leo cengengesan.
***
PO LEOPARD sampai jam 00.00 malam ini ya!
Besok harga kembali normal di 40K
Promo SS dan Novel masih berlaku sampai tgl 02.02 ya.
Chat nomor admin (di bio) untuk order💦
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2021 - 2022 (END)
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...