Danti memasuki sebuah rumah mewah yang dulunya sering ia kunjungi dengan berat hati. Kini, ia datang dengan perasaan yang berbeda. Danti merasa bahagia sekaligus bangga saat kakinya melangkah masuk.
"Selamat datang pengantin baru!"
Danti tersenyum lebar mendengar sapaan penuh godaan dari seorang pria yang seumuran dengannya. Danti melebarkan kedua tangannya meminta untuk dipeluk. Tubuhnya masuk dalam lingkungan hangat pelukan pria tersebut.
"Jangan lama-lama," Danis mendekat sembari menarik lengan Danti untuk bisa lepas dari pelukan pria di depannya.
"Pelit banget lo," ketus si pria itu. "Gue manggil apa nih? Kakak? Mbak? Geli banget," lanjutnya.
Danti menoleh pada Danis meminta bantuan untuk menjawab. Kalau Danti sendiri lebih suka dipanggil nama saja biar tidak canggung dan merasa asing. Apalagi ia dan pria itu sudah bersahabat lama. Sejak mereka kecil hingga dewasa seperti sekarang.
"Mbak," jawab Danis. Ia memeluk pinggang Danti, lalu membawanya menuju tangga untuk menuju lantai 2, ke kamarnya.
"Serius Emyr harus manggil aku Mbak?" tanya Danti pada Danis.
"Hm. Masa mau manggil nama gitu aja. Kamu istri Mas. Emyr adik Mas," jelas Danis.
Danti menurut saja. Ia tidak mungkin melawan perkataan Danis di hari kedua menjadi seorang istri. Danis membuka pintu kamarnya, lalu membiarkan Danti masuk lebih dulu.
"Mami mana?" tanya Danti.
Danti memilih langsung naik ke atas kasur dan membaringkan diri. Danti masih mengantuk, ia juga lelah karena pagi tadi harus melayani Danis lagi. Jangan lupakan juga usaha Danti untuk tetap terlihat normal saat berjalan.
"Masih di jalan sama Papi," jawab Danis sambil menutup pintu, lalu menguncinya.
"Mas, jangan lagi ya. Aku capek," rengek Danti saat ia menatap wajah bergairah suaminya.
Danis benar-benar tidak memberinya ampun. Melayani Danis sama gilanya dengan khayalan liar Danti selama ini. Apalagi pria itu sangat hafal dengan semua adegan dewasa yang Danti tulis pada setiap cerita.
"Kita masih punya banyak waktu buat praktekin semuanya," lanjut Danti sembari mengusap dada Danis saat pria itu menindihnya.
"Iya, Sayang."
Danis mengecup kening Danti dengan sayang, lalu beralih mengecup matanya yang jelas sekali terlihat lelah.
"Maaf kalau Mas maksa kamu buat melayani hasrat gila Mas," bisik Danis.
Danti tersenyum lembut. Ia menatap mata Danis yang juga menatapnya. Dari dekat seperti ini bisa Danti lihat bagaimana tatapan sayang dan penuh cinta dari mata Danis.
"Itu tugas aku sebagai istri, Mas. Tapi aku minta maaf kali ini, aku bukannya gak mau. Tapi aku capek," jelas Danti.
Sejak semalam, Danis selalu membuat Danti merasa puas. Pria itu lebih mementingkan kesenangan Danti, baru dirinya sendiri. Danti suka. Danis bukan tipe pria yang memilih puas sendiri.
"Mas tahu, kan, kalau aku suka banget sama kepala botak itu? Apalagi kalau dia udah ngasih sodokan kuat. Uhh... Nagih," bisik Danti dengan sensual.
Danis mengerang sehingga Danti tertawa geli. Suaminya begitu mudah bergairah pada dirinya. Bahkan mendengar suara Danti saja Danis bisa langsung melenguh pelan. Danis sangat memuja istrinya itu.
"Dan kamu juga tahu, kan, kalau Mas sangat sangat sangat ketagihan dengan semua yang ada di kamu?"
Danti mengangguk masih dengan lengkungan di bibirnya. "Masih gak percaya kalau pria dingin nan cuek ini segila itu dalam mencumbu dan memuaskan."
Danis tersenyum. Ia mengecup telapak tangan Danti yang sejak tadi mengelus rahangnya. "Cuma kamu yang bikin Mas begitu, Sayang."
Danti masih ingat dengan jelas bagaimana dulu Danis sangat menjuahinya. Bahkan ketika mereka berpapasan di dalam rumah ini, Danis memilih membuang muka dan melangkah lebih cepat.
Danti kira Danis bersikap begitu karena tidak menyukainya. Danti kira Danis bersikap begitu karena membencinya yang sering sekali berkunjung dan betah seharian di dalam kamar Emyr.
"Dulu, Mas sempat mikir yang aneh-aneh saat kamu seharian di kamar Emyr dan gak keluar," kata Danis.
Danti mencebikkan bibir, "Mas mikirnya aku sama Emyr berbuat mesum?"
"Hm. Mas mikirnya kalian lagi praktekin apa yang kamu tulis," tambah Danis.
"Gila. Mana mungkin aku begitu sama Emyr. Dia kan gak doyan lubang becek," sanggah Danti.
"Hm, Mas juga baru tahu minggu lalu. Makanya langsung gerak cepat buat ngelamar kamu. Apalagi Emyr cerita kalau kamu sering banget sedih karena sikap Mas."
Ya, Danti akui dia memang sering seperti itu. Bahkan sampai tidak bisa tidur karena memikirkan kesalahan apa yang pernah ia lakukan sehingga Danis menatap benci padanya.
"Aku mau tanya dong," Danti menyentuh bibir bawah Danis dengan telunjuknya. "Habis baca cerita yang aku tulis, Mas ngapain?"
Danis berdecak, "seriusan masih nanya?"
Danti mengangguk dengan tatapan polos. Danis dibuat gemas dan kesal secara bersamaan. Danti seolah sedang memancingnya dengan pertanyaan itu.
"Ngoc*k, Sayang, sambil bayangin kamu telanjang, nungging dan mendesah minta ampun," bisik Danis di telinga Danti.
Danti menggigit bibir. Sial. Kalimat Danis sungguh vulgar. Danti langsung membayangkan bagaimana pria itu melakukannya.
"Lebih enak dibayangin apa langsung sama orangnya?"
"Langsung dong. Bisa dengar suara seksinya pas desah. Bisa dengar bunyi plup-plup saat punya kita beradu. Bisa minum susu juga," jelas Danis dengan suara yang semakin serak.
Danis sudah menceritakan bagaimana ia bisa melamar Danti hingga mereka resmi menikah. Danti memang tidak tahu siapa pria yang dijodohkan Ane untuknya. Danti sudah menolak. Tapi ternyata ia dijebak sehingga pada saat hari akad tiba, semua akses untuk kabur ditutup Ane. Bahkan nama calon suaminya saja Danti tidak diberi tahu.
Ternyata pria itu Danis, cinta pertamanya.
"Aku jadi pengen disod*k," bisik Danti dengan suara dibuat mendesah.
Danis mengerang dan menurunkan wajah untuk bisa mencumbu bibir nakal Danti. "Mas gak jamin setelah ini kamu bisa jalan,"
"Gak papa. Nanti kalau Mami nanya kenapa aku gak keluar kamar, aku tinggal jawab kalau anaknya nakal banget bikin aku kelelahan."
Danis terkekeh, "yang ada Mami malah dukung Mas buat bikin kaki kamu kebas ngangkang. Yang penting hasil akhirnya. Cucu."
Danti tertawa. "Ayo ngadon cucu buat Mami. Aku gak mau kalah sama Mas Barra dan Mbak Olin," kata Danti dengan bibir yang digigit sensual.
"Laksanakan, Sayang. Jangan teriak kuat-kuat ya, nanti Emyr dengar."
"Gak bakal tegang juga burungnya dengar desahan," balas Danti.
"Tetap aja. Suara desahan kamu cuma boleh didengar Mas aja," Danis kembali mencumbu Danti.
Ternyata begini rasanya menikah dengan orang yang sama-sama memiliki perasaan saling mencintai. Danti sekarang tahu rasanya diposisi Olin ataupun Bebel.
Danti jamin dirinya akan bahagia ke depannya bersama Danis.
"I love you too, Mas Daniswara," bisik Danti.
Danis tersenyum. Pernyataan cintanya semalam baru dibalas Danti sekarang. Sungguh melegakan.
***
Emyr si gay menyusul ye!
PO Vol.2 HARI TERAKHIR YA.
5 judul: Abiyan, Barra, Caraka, Daniswara, Emyr
Hanya 85K sampai 19 Maret 2022.
Pengiriman PDF Minggu, 20 Maret (malam). Info selalu di Instagram Mami ya devimarliza_
Pengiriman PDF melalui 2 opsi (dipilih) Whatsapp atau Gmail.
Yang mau ke gmail lgsg tulis alamat gmail nya saat mengirim format order.
Gudnaik!
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2021 - 2022 (END)
Romansa[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...