Usai membersihkan diri, Kezia keluar dari kamar mandi. Ia bersiap dengan cepat karena perutnya benar-benar sudah lapar. Biasanya akhir minggu begini Kezia hanya akan berada di rumah seharian tanpa ada niatan untuk keluar. Cuma sabtu dan minggu saja Kezia punya waktu untuk berkumpul dan mengobrol dengan santai bersama kedua orangtuanya.
"Pagi, Papi ganteng!"
Meski usianya sudah kepala tiga, tapi sikap manjanya tidak bisa berubah sama sekali. Apalagi Kezia terlahir menjadi satu-satunya anak perempuan dari tiga bersaudara.
"Loh?!"
Kezia terkesiap saat ia memasuki ruang makan dan menatap ada 3 orang asing di sana. Sedangkan ayah dan ibunya hanya menggeleng maklum dengan sikap putri mereka.
"Ayo duduk. Sarapan dulu sebelum Papi bahas hal penting sama kamu."
Kezia menurut. Meski manja, ia selalu tahu cara menempatkan diri. Kezia tahu tata krama di keluarganya begitu dijunjung tinggi. Dan walaupun ia sedang menahan kekesalan, Kezia tetap tersenyum manis pada tiga tamu di sana.
Entah apa yang Kezia pikirkan selama memakan sarapannya. Pikirannya bercabang sehingga ia tidak sadar kalau semua orang kini tengah menatapnya yang hanya mengaduk-aduk nasi goreng di pringnya. Hanya setengah yang sudah wanita itu habiskan. Biasanya Kezia akan minta tambah, apalagi ini nasi goreng kesukaannya. Buatan ibunya.
"Dek, Papi gak perlu kenalin lagi tamu kita, kan?" tanya sang ayah.
Kezia menghela napas pelan dan mengangguk. "Kezia udah tahu, Pi."
"Bagus. Jadi, kita gak perlu basa-basi lagi. Papi cuma mau bilang, kalau Adan serta orangtuanya datang ke sini untuk melamar kamu."
Kezia menelan ludah. Meski kabar ini sudah ia dengar dari kedua saudaranya, tapi tetap saja Kezia tidak suka. Adan. Pria yang seumuran dengan Kezia itu tampak ramah. Tapi tidak ada yang tahu kalau pria itu juga yang hampir membuat Kezia celaka setahun yang lalu.
"Kezia udah tahu. Tapi, Kezia gak bisa jawab sekarang, Pi." Kezia menunduk menatap tangannya yang saling bertautan di atas paha. Perasaannya mendadak tidak nyaman. Adan sejak tadi menatapnya dengan pandangan lurus yang meresahkan.
"Gak papa, Kezia. Tante sama Om ke sini gak minta jawaban langsung kok. Kalian bisa deketan dulu. Jalan, atau kencan buat tahu pasangan masing-masing lebih dulu."
Kezia tidak menjawab. Ia hanya menunduk saja. Lalu, seolah ingat sesuatu, Kezia mendongak membalas tatapan Adan padanya.
"Aku mau mastiin dulu. Sebelumnya semua orang juga pasti udah tahu kalau Adan..."
Kedua orangtua Kezia menahan napas, sedangkan orangtua Adan mengerjap dengan harap-harap cemas.
"Aku gak mau jika nanti aku dan Adan nikah, misalnya ya. Aku gak mau kasus sebelumnya terulang lagi. Aku gak bisa terima calon imamku pemuja barang haram begitu. Apalagi sampai ngasih aku nafkah dari uangnya."
Bisa Kezia lihat senyum miring terbit di bibir pria yang dijodohkan dengannya. Sial. Persis seperti senyum setahun lalu saat pria itu ingin mencelakai Kezia.
Suasana canggung mulai tercipta. Kedua orangtua Kezia berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan agar mereka tidak hanyut dalam kenangan menyakitkan.
Entah berapa lama mengobrol, akhirnya ketiga tamu itu berpamitan. Kezia menghela napas panjang dan meraih gelas untuk diisi air. Ia mendadak haus. Selama para orangtua mengobrol, Kezia tidak bersuara sedikitpun. Jelas saja ia menahan bosan dan kantuk secara bersamaan.
"Mi," panggil Kezia pada ibunya yang hendak beranjak dari sana.
"Hm?" Ibunya menatap Kezia dengan penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2021 - 2022 (END)
Romansa[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...