Aurelia (End)

21.6K 2.1K 36
                                    

Aurel meremas kemeja di punggung Gian. Napasnya sesak karena cumbuan tiada henti yang pria itu lakukan. Aurel tahu betul Gian seperti apa. Jika ia tidak menghentikan dengan cepat apa yang terjadi saat ini, bisa Aurel pastikan ia dan Gian akan berakhir telanjang bersama.

Mereka tidak boleh melakukannya. Aurel tidak mau sakit lagi. Sekarang saja hatinya sudah sangat sakit membayangkan jika pernikahannya dan Gian benar-benar tidak akan bisa kembali seperti dulu mengingat pria itu memiliki Eby.

"Stop, Mas, stophh..."

Gian menghentikan cumbuannya dengan lengan yang semakin erat mendekap pinggang Aurel. Ia merindukan wanita itu. Berpisah rumah selama 2 bulan bagaikan 2 abad bagi Gian. Sungguh menyiksa dan mencekiknya.

"Gugatan kamu gak pernah masuk ke pengadilan mana pun," bisik Gian di depan bibir Aurel yang kini terbuka sedikit.

Mata Aurel yang semula terpejam kini sontak terbuka lebar. Ia menatap bibir Gian yang menyunggingkan senyum tipis nan menawan.

"Gak mungkin. Aku jelas--"

"Kamu lupa kalau teman-temanku jaksa dan pengacara, hm?"

Sial. Aurel ditampar oleh fakta itu. Ia tahu. Hanya saja ia tidak pernah berpikir kalau Gian akan menggunakan kekuatan temannya dalam usaha perceraian mereka.

"Tapi pengacaraku bilang--"

"Kamu juga lupa dia bekerja untuk siapa?" bisik Gian lagi. Kali ini ia kembali menekan bibir mereka satu sama lain.

Aurel seketika blank. Jadi, selama 2 bulan ini ia memusingkan hal yang sia-sia. Aurel kira ada yang salah dengan gugatannya. Ternyata berkas itu memang tidak pernah masuk ke pengadilan. Gian benar-benar pria sialan.

"Aku membencimu," gumam Aurel disela cumbuan mereka.

Gian melepaskan tengkuk Aurel. Kini kedua lengannya mendekap pinggang Aurel dan mengangkatnya sehingga Aurel dengan spontan juga melingkarkan lengan ke pundak Gian. Kedua kaki wanita itu juga terangkat untuk membelit pinggang pria tersebut.

"Apa pun yang kamu pikirkan tentang Mas sama wanita lain, Mas gak peduli. Selama Mas gak pernah ngelakuin itu, Mas gak bakal takut atau merasa bersalah. Kamu dan pikiran negatif kamu kadang nyebelin," ujar Gian.

Langkah Gian kini menuju ke sebuah pintu yang akan membawa mereka pada kamar pribadi pria itu. Tempat Gian beristirahat atau saksi percintaan panas mereka setiap kali Aurel berkunjung.

"Zilla nunggu kita," bisik Aurel.

Gian yang paham maksud sang istri seketika memutar kembali langkahnya menuju sofa. Jika ranjang akan membuat durasinya lama, maka sofa lebih praktis untuk durasi singkat.

"Pintu," Aurel melirik pintu ruangan suaminya yang ia ingat belum dikunci sama sekali.

Gian tidak peduli. Lagi pula tidak akan ada yang berani masuk jika Aurel bersamanya. Siapa yang berani mengganggu ketenangan sang nyonya jika bersama sang tuan?

"Mas nikahin kamu bukan semata karena cinta. Tapi Mas juga butuh. Selain menjadi istri, kamu juga ibu dari anak-anak, Mas. Mas butuh kamu untuk 2 peran itu. Peran yang gak akan pernah bisa digantikan oleh siapa pun."

Aurel menatap mata Gian yang juga sedang menatapnya. Gian sudah duduk di sofa dengan Aurel berada di atas pangkuannya. Kedua telapak tangan Gian bertengger di pinggul Aurel. Sedangkan punggung Gian bersandar di badan sofa dengan pasrah.

"Aku minta maaf," kata Aurel sembari menunduk dan memainkan jari yang kukunya dihias warna-warni itu di dada bidang Gian.

"Mas juga minta maaf karena terlalu sibuk bekerja sampai lupa acara sekolah Zilla dan bikin kamu marah."

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang