Faiz (End)

20.3K 2.3K 121
                                    

"Mami..."

Ziya menatap putrinya yang tiba-tiba merengek sambil menggaruk lengannya dengan kesal. Bintik-bintik kemerahan langsung tampak di kulit putih sang putri. Ziya seketika panik dan hendak berlalu tapi lengannya kembali ditahan oleh Faiz.

"Zi--"

"Jasmin alergi, tolong... Gimana ini? Tuhan..."

"Non," panggil seorang wanita muda yang datang dengan tergesa membawa tas milik Ziya. "Ada kacangnya, Non. Makanya tadi Non Jasmin lari-lari karena dia gak mau makan."

"Astaga... Terus gimana ini. Jasmin kan alergi kacang, Mbak," kesal Ziya pada pengasuh putrinya.

"Maaf, Non, saya kurang teliti."

Ziya terdiam saat Jasmin diambil alih oleh Faiz. Putrinya itu memeluk leher Faiz dan merengek menggumamkan kata 'gatal' sehingga Faiz berlalu dengan langkah lebar meninggalkan lobi hotel. Ziya mengikutinya bersama pengasuh Jasmin dengan wajah khawatir.

"Masuk," titah Faiz ketika sebuah mobil berhenti di depannya.

Faiz duduk di kursi penumpang belakang. Ziya ikut masuk ke tempat yang sama. Sedangkan pengasuh Jasmin duduk di kursi penumpang depan, di sebelah sopir.

Mobil melaju menuju rumah sakit yang telah Faiz sebutkan. Pria itu menimang Jasmin dengan lembut dan menenangkan gadis kecil tersebut. Jasmin terlihat mulai tenang dan perlahan berhenti menggaruk lengannya yang kini semakin memerah.

Rahang Faiz mengeras. Ziya jelas berbohong mengatakan Jasmin bukan anaknya. Bahkan gadis kecil di pangkuan Faiz saat ini sama dengannya. Alergi kacang.

"Sini sama Mami, Sayang," bujuk Ziya.

Jasmin mengalihkan wajah dan menempelkannya pada dada bidang Faiz dengan manja. Entah dorongan dari mana, Faiz menunduk dan mengecup puncak kepala Jasmin dengan sayang. Faiz yakin kalau gadis kecil ini putrinya. Kalau Ziya masih bersikeras berbohong, Faiz akan melakukan tes DNA.

Tak lama mobil Faiz tiba di rumah sakit. Ia keluar dan tergesa membawa Jasmin menuju dokter anak ahli alergi imunologi. Faiz ingin tahu kondisi Jasmin keseluruhan dan penanganan yang tepat nantinya jika terjadi hal seperti ini lagi.

Jasmin diperiksa dan ingin didampingi oleh pengasuhnya. Faiz dan Ziya memberikan ruang untuk pengasuh Jasmin mendekati gadis itu. Usai diperiksa, Jasmin merengek ingin pulang. Ziya yang paham putrinya benci bau obat-obatan segera menyuruh pengasuh Jasmin membawa gadis itu menuju lobi di mana sopirnya sudah menunggu. Ziya yang menghubungi selama di perjalanan tadi. Menyuruh untuk menyusul mereka ke rumah sakit.

"Kita butuh bicara, Ziya."

Ziya yang hendak berbalik pergi seketika menghentikan langkahnya. Ia menatap Faiz dengan tenang. Pikirannya sudah sedikit terbuka selama di perjalanan tadi memperhatikan Faiz memperlakukan Jasmin. Pria itu terlihat sangat penyayang.

"Jasmin..."

"Anak saya?" Faiz terlihat tak sabaran. Ia memegang kedua lengan Ziya dengan tubuh yang sedikit menunduk agar wajahnya dan wajah Ziya sejajar.

"Oh, Tuhan..."

Faiz mengusap wajahnya dengan perasaan lega luar biasa saat Ziya memberikan anggukan kecil. Faiz tidak bisa menahan senyuman lebar mengembang di bibirnya. Ia sungguh bahagia. Apa ini yang dinamakan kontak batin antara seorang anak dan seorang ayah? Bahkan Jasmin memanggilnya 'Papi' yang mana itu panggilan impian Faiz jika memiliki anak kelak.

"Saya harus pulang. Jasmin nunggu saya."

Faiz menggeleng. Ia tidak memberikan Ziya kesempatan untuk pergi lagi. Faiz melihat jam di pergelangan tangannya. Masih pukul 9 dan itu belum larut untuk membawa Ziya serta Jasmin ke rumahnya.

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang