Your Tiger (4)

22.9K 2.7K 100
                                    

"Apa orangtuamu masih ada?"

Jeslyn mengangguk denbgan kepala tertunduk saat Lintang menanyainya. Ia tidak tahu kalau rencana untuk menjual keperawanannya pada Tiger akan berakhir diintrogasi seperti ini.

"Bisa hubungi mereka? Saya ingin bicara."

Jeslyn menelan ludah. "T—Tante, saya dan Tiger gak ada hubungan apa pun. S—saya Cuma—"

"Gak ada kesempatan untuk mengelak, Jeslyn. Saya sudah tahu semuanya dan kamu gak perlu jelasin apa pun. Yang perlu kamu tahu, Tiger tertarik padamu dan itu tidak bisa diremehkan. Saya mengenal baik prilaku putra saya."

Lintang menghela napas sebelum kembali berujar, "dia persis seperti Daddy nya jika menginginkan sesuatu. Kalau saya tidak melakukannya sekarang, mungkin kejadian seperti ini akan terus terulang sampai dia mendapatkan apa yang diam au. Mendapatkan kamu."

Jeslyn menelan ludah kembali. Kali ini ia benar-benar tidak bisa berpikir dengan tenang. Bagaimana kalau orangtuanya mengira ia bersikap buruk selama menempuh jenjang perkuliahan di sini?

"Ayo, saya tidak mau waktu terbuang sia-sia hanya untuk menunggu kamu memikirkan cara untuk kabur dari eksekusi ini. Belajarlah bertanggung jawab atas apa yang sebelumnya kamu putuskan. Kamu berharga, Jeslyn. Kamu bisa jujur ke saya kalau Tiger memaksa dan menyeretmu ke sini. Tapi saya tahu semuanya. Kamu juga mau asal Tiger membayar harga mahal."

Lintang tidak tahu apa yang dipikirkan oleh anak muda seperti Jeslyn sehingga berani mengambil keputusan untuk menjual diri.

"S—saya butuh uang," Jeslyn meremas kedua tangannya. Untung saja mereka hanya berdua saja di dalam kamar hotel ini. Jadi, ia bisa sedikit mengutarakan niatnya yang berakhir di sini.

"Oke, lalu?"

"Dan Tiger punya itu."

"Terus?"

"Y—ya, saya mau kalau dibayar."

Lintang mencebikkan bibir. "Saya memang gak punya anak perempuan, Jeslyn. Tapi saya perempuan. Saya tahu isi kepala perempuan yang sedang putus asa seperti kamu. Saya pernah seusia kamu dan saya melewati banyak hal buruk dari sekadar 'kekurangan uang'. Hanya saja, merelakan mahkota berharga yang kamu jaga bukanlah solusi tepat. Kamu bisa bekerja. Kamu bisa pinjam atau kamu—"

"Saya bekerja paruh waktu, Tante. Saya juga sudah coba untuk pinjam uang ke kenalan saya. Sayangnya, mereka bukan orang kaya."

"Oke. Balik ke tujuan awal. Hubungi orangtua kamu."

"Tan, saya belum di apa-apain. Gak usah bawa orangtua. Kita selesaikan aja berdua. Saya janji bakal jauh-jauh dari Tiger."

Lintang menggeleng, "saya gak meragukan kamu, Jeslyn. Saya hanya gak percaya dengan putra saya. Saya mau dia tahu apa resikonya jika main-main dengan perempuan. Saya ingin dia belajar menghargai perempuan dan kamu adalah tujuannya." 

"Kamu pikir setelah kalian melakukan hal gila itu di luar pernikahan, kamu akan bisa hidup tenang? Enggak, Jeslyn. Sedikitnya kamu akan merasa bersalah untuk dirimu sendiri dan merasa bersalah untuk masa depanmu nanti. Ini bukan negara barat yang bebas melakukan apa pun di luar pernikahan. Perempuan yang gak perawan di usia muda akan selalu dikecam oleh masyarakat kita. Ini kelemahannya. Laki-laki gak pernah disalahkan. Perempuan yang selalu dinilai salah dalammenjaga diri. Saya hanya ingin kamu paham hal sederhana itu saja."

"Tan—"

"Hubungi orangtua kamu sekarang. Atau... kamu mau saya nikahkan tanpa sepengetahuan mereka?"

Jeslyn menggeleng pelan. Ia menarik napas, lalu menghembuskannya dengan teratur. Tangannya meraih ponsel dan menghubungi nomor ayahnya.

'Selamat, Jes, lo bakal terikat dengan harimau kampus," batinnya mengiba.

***

Tiger membelalak ketika ia mendengar semua orang berseru 'SAH' secara bersamaan. Ia menoleh pada Ginda yang duduk di sebelahnya. Pria itu hanya memberikan tatapan geli dan kerlingan menggoda.

Sial.

Tiger menelan ludah saat Lintang tersenyum lebar padanya. Entah apa yang wanita itu pikirkan. Tiger tahu kalau ia tidak akan bisa berbuat sesuka hatinya lagi. Ia sudah menikah. Ia sudah menjadi suami dan kepala keluarga. Artinya ia punya tanggung jawab yang besar.

Jeslyn duduk di sebelah Tiger. Perempuan itu didandani oleh make up artist pilihan Lintang. Jeslyn disulap berubah dari perempuan polos nan kekanakan menjadi perempuan dewasa yang menggoda.

"Istriku," bisik Tiger di telinga Jeslyn.

"Ehem, ditahan dulu, Mas. Acara belum selesai," tegur Lintang.

Jeslyn jelas menahan malu. Sedangkan Tiger hanya bertingkah seperti tidak terjadi apa-apa.

Acara akad dilangsungkan di kediaman Jeslyn. Rumah sederhana milik keluarga perempuan itu membuat Lintang sedikit prihatin. Pasti Jeslyn mengalami hari-hari berat berkuliah jauh dari orangtuanya dan harus memikirkan cara untuk mendapatkan biaya sendiri.

Setelah akad usai, Lintang beserta keluarga besar akan kembali ke kediaman mereka. Jeslyn dan Tiger ikut juga dengan rombongan karena besok mereka harus masuk kuliah. Tidak ada jatah libur pasca menikah.

Setelah pembicaraan serius mengenai pernikahan dadakan ini, keluarga Jeslyn hanya berpasrah pada keluarga Tiger. Mereka tidak ada niatan untuk mengadakan pesta setelah akad mengingat tidak adanya biaya.

Lintang jelas mengambil langkah aman. Tanpa mengurangi rasa hormatnya terhadap calon besan, ia memberi tahu kalau acara pesta pernikahan akan ditanggung penuh oleh Tiger dan hari itu masih sebulan lagi.

"Bu, aku pergi dulu ya," pamit Jeslyn pada ibunya yang kini hanya mampu tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca.

"Sebenarnya, Ibu senang, Nak. Kalau bukan Nak Tiger mungkin kamu akan menikah juga dengan anak Pak Kades."

"Maksud Ibu?"

"Pak Kades kemarin ke sini. Dia melamarmu untuk anaknya. Ayah terima niat baik mereka karena Pak Kades janji akan menguliahi kamu sampai selesai dan membiayai sekolah adik-adik kamu. Tapi kamu sudah punya calon. Ibu senang kamu sudah menikah dengan pilihanmu."

Jeslyn meringis. Orangtuanya memang tidak tahu insiden 'tercyduk' di kamar hotel oleh Lintang. Ibu Tiger itu merahasiakannya.

"Ibu harap kamu bahagia, Nak," lanjut sang ibu sembari memeluk Jeslyn dengan sayang.

***

"K—kenapa?"

Tiger menggeleng. Bibirnya masih menyunggingkan senyum menatap Jeslyn yang kini melangkah dari dalam kamar mandi menuju ranjang. Perempuan itu sungguh merusak pikiran bersih Tiger. Kini isinya kotor semua. Sial. Tiger jadi tidak sabar.

Mereka ada di rumah orangtua Tiger dan saat ini keduanya berada di kamar Tiger. Kamar pengantin mereka. Lintang memang sengaja menghiasnya agar tampak sedikit manis. Bahkan perabotan kamar ia beli yang baru demi menyambut menantunya.

"Lo mau tinggal di sini atau apartemen?" tanya Tiger.

"Terserah," jawab Jeslyn. Ia tidak tahu harus memilih apa. Tapi opsi tinggal bersama orangtua Tiger lebih aman sih.

"Di sini aja kalau gitu. Gue tahu lo gak bisa masak atau masakan lo gak sesuai sama selera gue. Jadi, biar di sini aja."

Jeslyn tidak lagi membalas. Ia membaringkan diri dan mendesah lega karena tubuhnya cukup lelah harus bolak-balik menempuh perjalanan jauh.

"Belum gue apa-apain udah ngedesah aja," goda Tiger. "Atau lo sengaja mau mancing biar gue apa-apain sekarang juga? Sabar dong, Sayang. Kang Mas mandi dulu."

Jeslyn bergidik ngeri mendengar ucapan Tiger. Sedangkan laki-laki itu terbahak sambil melangkah ke dalam kamar mandi.

***

Mandi yg bersih ya Kang Mas!

Btw, siap berdosa lagi gak nih? Kukira warga ecum dah pada taubatun nasuha🥲 (bener gak tuh tulisannya?)

Oh, iya, anuh...

Siapin tisu buat next capt. Buat elap i--itu... Ehem...

Up besok?

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang